Reading Wrap Up: January - June 2022

rekap bacaan januari - juni 2022

Sejak awal tahun, sama sekali belum menulis tentang daftar buku yang telah dibaca serta buku yang telah dibeli (book haul & reading wrap up). Intensitas baca masih menurun. Sementara itu aku juga telah memutuskan untuk tidak membeli bahan bacaan baru. Niatnya ingin membabat timbunan yang ada dulu.

Berhubung sudah terlanjur begini kondisinya. Besar kemungkinan akan seperti itu pula setengah tahun terakhir ini. Jadi, sudahlah, kuputuskan untuk tahun ini membuat reading wrap up per enam bulan. :D

Selama kurun waktu enam bulan terakhir (Januari - Juni) berhasil menuntaskan lima buku. Empat diantaranya bertajuk kriminal (mystery, thriller, crime). Sementara sisanya berupa fiksi sejarah (historical fiction). Berikut detailnya sesuai urutan baca.

Hard Evidence karya Pamela Clare


Kasus perdagangan manusia merupakan highlights dari novel bertajuk kriminal ini. Tessa Novak, seorang jurnalis investigasi, tidak sengaja menjadi saksi mata atas penembakan terhadap seorang gadis muda. Hal ini memicunya untuk melakukan sesuatu, yaitu melakukan penyelidikan sekaligus membagikan ceritanya ke khalayak melalui harian Denver Independent, tempatnya bekerja.

Penyelidikan tersebut membuat Tessa juga bersinggungan dengan seorang agen FBI yang telah bertahun-tahun menyamar dan mendalami kasus ini. Selain perkara perdagangan manusia tadi, interaksi antara Tessa dan Julian membentuk romansa tersendiri yang akhirnya ikut mewarnai alur cerita novel Hard Evidence ini.

Sebab jarang membaca novel kriminal yang mengangkat kasus perdagangan manusia, buku ini menarik untuk dinikmati. Cara Pamela bercerita juga enak untuk disimak. Terlepas dari bagian romansa yang menghabiskan sekian halaman (sehingga merasa agak jenuh, hehe), rasanya Hard Evidence tidak mengecewakan.

Lebih lanjut, novel ini merupakan buku kedua dari serial I-Team. Mengintip Goodreads, serial I-Team melibatkan para jurnalis wanita lainnya (teman-teman sekantor Tessa) dalam memecahkan suatu kasus. Ya, mirip dengan Hard Evidence, buku lainnya yang tergabung dalam serial ini juga memasukkan unsur romance dan kehidupan pribadi para tokoh utamanya.
Baca selengkapnya: Review Novel Hard Evidence (Bukti Kuat) karya Pamela Clare

Between Shades of Gray karya Ruta Sepetys


Sudah cukup lama menunda membaca buku ini. Bukan karena luput dari pandangan ataupun tergoda buku lain. Bahkan Between Shades of Gray merupakan salah satu buku yang memiliki rating yang bagus dan ulasan yang positif.

Aku menundanya karena khawatir buku tersebut mengandung banyak kesedihan seperti kesan pembaca lainnya yang telah lebih dulu mencicipinya. Dengan kata lain, menyiapkan mental dulu sebelum larut di dalam tutur Ruta Sepetys. Haha, agak berlebihan ya. :D

Between Shades of Gray menjadikan sejarah invasi pasukan Uni Soviet ke negara-negara Baltik khususnya Lithuania sebagai latar belakang. Dikisahkan dari sudut pandang penduduk yang diusir/diasingkan secara paksa dari tanah airnya sendiri.

Rumah serta terutama kehidupan mereka direnggut. Perlakuan terhadap para penduduk tersebut seringkali tidak manusiawi. Contohnya sebagian ada yang dipenjara sebab dituduh melakukan tindakan kriminal. Sebagian lagi diminta melakukan kerja paksa.

Apakah buku ini beneran membuat sedih? Ruta Sepetys menulis dengan indah. Dalam artian, aku terhanyut dalam setiap kalimat yang ada di buku ini. Alurnya pun menjadi dinamis sebab pembaca tidak tahu nasib seperti apakah yang akan menimpa para penduduk yang terusir tersebut.

Dan ya, aku merasa sedih dan menangis terutama menjelang akhir buku. Ada karakter protagonis yang lumayan kuat perannya dan (bahkan) penggerak alur cerita, yang kemudian tidak selamat dari invasi ini. Duh, coba baca sendiri ya kalau teman-teman tertarik dengan buku ini.
Baca selengkapnya: Review Novel Between Shades of Gray karya Ruta Sepetys

4.50 from Paddington karya Agatha Christie


Tahun ini, kembali menikmati karya Agatha Christie. Masih ada beberapa judul yang belum selesai dibaca. Secara acak, aku pilih judul yang ini. Namun kali ini tidak mengangkat cerita tentang Poirot, melainkan Miss Marple.

Ringkas cerita, di suatu sore, tanpa diduga, sahabat Miss Marple datang meminta bantuan menyelidiki sebuah misteri pembunuhan yang kali ini menimpa seorang wanita muda. Saat itu dirinya sedang berada di dalam sebuah kereta pulang dari belanja keperluan natal.

Ketika kereta yang ditumpanginya berjalan sejajar dengan kereta lain, adegan pembunuhan tersebut terjadi. Tidak ada yang mempercayai cerita tersebut sebab memang tidak ada mayat yang ditemukan ataupun pemberitaan tentang orang hilang.

Apakah Miss Marple percaya dengan cerita sahabatnya tersebut? Atau adegan tersebut hanya khayalan saja sebab sedang kelelahan dan mengantuk?

Kasus yang ditawarkan tidak begitu rumit namun novel ini tetap menarik. 4.50 from Paddington menjadi tidak biasa karena selain menguak siapa pelaku dan motifnya, novel ini juga membuat penasaran dengan misteri siapa korbannya. Sebuah sudut pandang yang agak berbeda dari novel bergenre misteri ataupun kriminal pada umumnya.
Baca selengkapnya: Review Novel 4.50 from Paddington karya Agatha Christie

The Plotters karya Un-Su Kim


Sesuai dengan nama penulisnya, buku ini masuk ke dalam literatur Asia, tepatnya Korea Selatan. Salah satu novel yang ingin kubaca sejak melihat desain sampulnya yang menarik. Begitu pula dengan banyaknya ulasan positif mengenai buku ini.

The Plotters mengangkat tema yang lumayan keras. Berkisah tentang dunia pembunuh bayaran dan organisasi yang menaunginya. Pembaca diajak terlibat dalam konflik kekuasaan, kehidupan para pelaku yang bekerja di dalam sindikat/organisasi ini, hingga konsekuensi dari pekerjaan yang mereka lakoni serta kejiwaan dan pola pikirnya.

Meski terlihat seperti novel bertajuk kriminal, novel ini tidak diisi dengan untaian kasus dan penyelesaian yang "meriah". The Plotters banyak berceloteh dari sisi kemanusiaan dan perenungan terhadap hidup.

Secara keseluruhan buku ini menarik. Para tokoh yang terlibat memiliki karakter masing-masing dan lumayan kuat. Satu sama lain saling terhubung. Membaca novel ini memberikan suasana yang berbeda, terutama karena bahan bacaanku jarang sekali berkaitan dengan buku-buku bercita rasa Asia.
Baca selengkapnya: Review Novel The Plotters karya Un-Su Kim

Murder in the Mews karya Agatha Christie


Buku terakhir yang dibaca dalam kurun waktu enam bulan terakhir. Dibaca masih dalam rangka membabat timbunan, khususnya buku-buku yang ditulis oleh Agatha Christie.

Poirot adalah detektif yang berperan di dalam buku ini. Murder in the Mews bukanlah berupa sebuah novel, melainkan kumpulan cerita (pendek) tentang kasus-kasus yang Poirot selesaikan. Setiap kasus berbeda dan tidak saling berhubungan.

Ada empat kasus/cerita yang disajikan. Diantaranya berjudul Pembunuhan di Lorong, Pencurian yang Aneh, Cermin Mayat, dan terakhir Segitiga Rhodes. Keempat cerita tersebut menghabiskan sekitar 352 halaman.

Kasus yang menarik (menurutku) tentang Pencurian yang Aneh dan Segitiga Rhodes. Aku menyukai Pencurian yang Aneh sebab jarang membaca Poirot menangani kasus pencurian. Ending-nya juga bikin lega. Sementara itu, Segitiga Rhodes mengajak pembaca mengamati rentetan kejadian sebelum sebuah pembunuhan terjadi. Selain menebak pelaku, pembaca juga diajak memahami motif apa yang mungkin sekali melatarbelakangi pembunuhan tersebut.
Baca selengkapnya: Review Murder in the Mews karya Agatha Christie

Lalu, Apa Lagi Nih?

Selesai membaca Murder in the Mews, intensitas baca menurun lagi selama beberapa minggu. Namun syukurlah, semua daftar bacaan di atas sudah selesai kutulis ulasannya. Aku jadi merasa tidak ada hutang dokumentasi bacaan kepada diri sendiri. :D

Sekadar update, saat ini aku tengah mencoba membabat satu bacaan baru. Judulnya Memoirs of A Geisha karya Arthur Golden. Buku ini lumayan tebal dan ukurannya juga sedikit lebih besar dari kebanyakan buku lain. Aku sudah membaca beberapa halaman dan menarik. Semoga bisa segera dituntaskan.

Comments

Popular posts from this blog

7 Alasan Memilih dan Membeli Buku Bacaan

[Review] The Silmarillion by J.R.R Tolkien – Sebuah riwayat yang panjang

[Review] Cewek Paling Badung di Sekolah by Enid Blyton – Asal mula Elizabeth dikirim ke Whyteleafe