[Review] Ingo by Helen Dunmore – Berkenalan dengan Ingo dan Kaum Mer

Seandainya aku ada di Ingo. Jauh di tengah laut asin, … - Mathew Trewhella


Judul: Ingo
Series: Buku pertama dari tetralogi Ingo
Pengarang: Helen Dunmore
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Cetakan ketiga - Desember, 2013
Tebal buku: 312 halaman
Format: Paperback
Genre: Fantasy
ISBN: 978-979-22-4670-4

Manusia duyung atau yang lebih terkenal Puteri Duyung merupakan makhluk mitos yang sering muncul di dalam kisah-kisah di buku ataupun film. Gambarannya sebagian besar sama yaitu bagian atas memiliki tubuh manusia sementara bagian bawah seperti ikan. Di beberapa kisah Putri Duyung digambarkan baik hati dan biasanya jatuh cinta sama manusia. Di beberapa kisah lainnya ada pula yang menggambarkannya kejam seperti monster yang memikat nelayan untuk terjun ke laut dan memakannya ataupun hal lainnya.

Manusia duyung inilah yang menjadi ide cerita dalam tetralogy Ingo. Seri ini bisa saja menjadi historical fiction mengingat penulisnya mengangkat kisah Ingo berdasarkan cerita tentang Mathew Trewhella yang jatuh cinta kepada Putri Duyung Zennor. Kisah tersebut berkembang luas di daerah Senara, Cornwall, Inggris. Ada sebuah pahatan berbentuk Puteri Duyung di sebuah gereja di tempat tersebut. Seiring waktu berjalan, kisah Trewhella yang jatuh cinta kepada Putri Duyung tersebut sepertinya menjadi cerita rakyat sekitar dan bagian dari sejarah.

Namun Helen tidak memilih jalur tersebut. Dia memilih menjadikan cerita rakyat tersebut sebagai pijakan untuk membangun kisahnya sendiri. Manusia duyung dihidupkannya dan alih alih hanya sekedar dongeng, manusia duyung ini masih muda dan bersahabat dengan anak manusia yang masih berusia sebelas atau dua belas tahunan. Oleh karena itu, buku ini menurutku berbau fantasi dan sama sekali tidak mengandung kisah dewasa. Sebagian besar isinya tentang petualangan kakak beradik Sapphire dan Conor dalam mengarungi Ingo dan persahabatannya dengan kaum Mer (sebutan bagi manusia duyung di buku ini).

Kisah Ingo dimulai dengan momen antara Sapphire dan ayahnya yang sedang bercerita tentang legenda putri duyung Zennor. Sapphire dan ayahnya memang sangat dekat dan sama-sama mencintai laut. Sementara ibunya sangat membenci laut. Banyak yang bilang jika Sapphire memngang mirip ayahnya sementara Conor (kakaknya) lebih terlihat seperti ibunya. Saat itu musim panas. Keluarga kecil itu harus siap menghadapi sebuah kehilangan. Ayahnya kemudian diketahui menghilang di laut. Kapalnya yang bernama Peggy Gordon terbalik di sisi teluk. Upacara dukacita berlangsung. Banyak yang bilang bahwa ayahnya telah mati. Sapphire dan Conor tidak pernah percaya akan hal itu. Mereka terus yakin bahwa ayahnya masih hidup dan mereka yakin suatu kali nanti akan kembali bertemu.

Rumah mereka di daerah bernama Senara dan dekat dengan laut. Di musim panas berikutnya Sapphire menuruni tebing menuju ke teluk sendirian mencari Conor. Pikiran Sapphire lalu teralihkan ketika dia melihat seseorang yang mirip dengan Conor sedang duduk menghadap laut. Anak itu mengenakan baju selam yang terlihat diturunkan hingga ke pinggang. Dari situlah akhirnya dia bertemu Faro yang mengajaknya menyelami Ingo. Awalnya terasa sakit saat menembus lapisan air, namun lama-lama Sapphire terbiasa. Dia bisa dengan mudah bernapas seperti Faro yang tidak lain adalah kaum Mer (manusia duyung).  Ada misteri apa terkait kehilangan ayah Sapphire yang begitu tiba-tiba? Akankah keyakinan mereka tentang ayahnya yang masih hidup terbukti? Lalu petualangan seperti apa yang mereka berdua (Sapphire dan Conor) alami di Ingo? Silakan baca langsung, ya.

Aku lumayan terhanyut dengan kisah Ingo ini. Boleh jadi ini  karena aku lumayan suka dengan pantai dan menurutku lautan itu memang menyimpan banyak misteri. Ibaratnya laut itu seperti wanita cantik yang misterius #hadeh. Deskripsi Helen tentang Ingo dan membaca bagaimana Sapphire masuk serta terbiasa di sana membuatmu ingin juga mencobanya. Namun tentunya itu berbahaya dan mustahil, haha. Namun karena kuatnya Helen bercerita membuatku menjadi sedikit iri. Ingin ikutan melihat Ingo dan makhluk-makhluk di dalmnya secara dekat.

Meskipun kisah fantasi dan tokoh utamanya tergolong anak-anak, kisah ini menawarkan pesan yang menarik. Helen melalui Ingo mengajak pembaca untuk lebih peduli dengan lingkungan terutama lautan dan menjaga ekosistem di dalamnya. Ada banyak yang harus dilindungi dan kita manusia memiliki tanggungjawab untuk hal tersebut. Jika sudah membaca seluruh buku di dalam tetralogy ini, di setiap serinya pembaca akan diajak mengenal lebih dekat beberapa hewan laut. Contohnya di seri pertama ini pembaca diajak mengenal anjing laut. Ya, tentunya kedekatan tersebut dibangun melalui sedikit taburan serbuk fantasi agar buku ini tidak menjadi terlalu berat. Dan itupun semacam sisipan namun mengena. Pastinya hal tersebut tidak menghilangkan fokus pembaca dari alur kisah sesungguhnya.

Aku menyukai deskripsi tentang Ingo. Aku pun menamatkan tetralogi ini sekali jalan, maksudnya tidak diselingi dengan bacaan lain. Ingo sudah kuanggap sebagai tempat pelarian yang menarik. Meskipun demikian, aku kurang menyukai karakter Sapphire walaupun dia heroine di kisah ini dan lebih menonjol daripada Conor. Sikapnya membuatku gemas karena seringnya keras kepala dan kekanakan (memang masih anak-anak, sih, haha). Intinya, aku tidak suka Sapphire di seri pertama. Namun ada baiknya juga, sih, karena hal itu membuat tokoh utamanya tidak terasa terlalu fiksi. Dan syukurlah di seri selanjutnya nanti Sapphire mengalami pengembangan karakter. Lambat laun ia menjadi lebih dewasa dan menyenangkan. #halah

Secara keseluruhan, aku menikmati membaca Ingo. Membaca seri pertamanya membuatku ingin melanjutkan ke seri selanjutnya. Syukurlah semua serinya lengkap sehingga aku tidak perlu penasaran dan tidak perlu merasa menunda menikmati Ingo. Rasanya menyenangkan mengetahui kisah manusia duyung tidak selalu dikaitkan dengan percintaan. Memang agak tersirat antara Conor dan Elvira. Hanya saja itu tidak terlalu menjadi fokus. Sepertinya buku ini aman untuk anak-anak. Bahkan boleh jadi membantu menumbuhkan perasaan cinta dan peduli kepada lingkungan, khususnya laut. Ayo, ikutan baca, yuk. Salam literasi.

Rating: (3/5) liked it
Ingo series:
#1 Ingo
#2 The Tide Knot
#3 The Deep
#4 The Crossing of Ingo

Submitted to:
----------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------

Jika kalian pernah beberapa kali membaca review yang kutulis, kalian boleh jadi sudah paham dengan bagian ini, hehe. Yap, ini bagian yang sengaja dibuat untuk mendaftar quotes atau kutipan menarik versiku yang didapat dari buku tersebut. Aku menemukan beberapa quotes yang menarik di seri pertama dari tetralogy Ingo ini. Dan sesuai ketentuan yang kubuat sendiri, jika quotes-nya kurang dari sepuluh maka aku sisipkan sehabis review-nya. Jadi postingan quotesnya tidak terpisah dengan postingan ulasannya. Berikut quotes menarik yang kutemukan di Ingo. Silakan menikmati. :D

Dad terdengar begitu yakin soal ini sehingga aku tidak bertanya darimana ia tahu. Saat masih kecil, kita beranggapan orangtua kita tahu segalanya. (hal. 8-9)

Kalau kau mencintai seseorang dengan begitu besar, bagaimana mungkin dia tidak mendengarmu saat kau memanggilnya? (hal. 28)

“Dia selalu setua sekarang. Kalau kau bertanya begitu padanya, dia akan menjawab dirinya setua lidahnya dan sedikit lebih tua daripada giginya. Mungkin dia sudah tua dari dulu.” (hal. 34)

Aku juga tidak mau Conor memata-mataiku. Semua orang berusaha mencegahku melakukan apa yang kuinginkan. (hal. 132)

“Hanya orang-orang yang tidak tahu keberadaan mereka yang butuh peta,” jawab Faro dengan lagak sok. (hal. 175)

Tapi kadang hal nyata dan tidak nyata sulit dibedakan, kehidupan jadi lebih mudah kalau kau membelokkan fakta, sedikit saja… (hal. 199)

“Kalau begitu berusahalah. Kau akan mendapatkan apapun yang kau inginkan kalau kau berusaha. Sapphire hanya akan punya anjing kalau dia berusaha.” (hal. 244)

Comments

Popular posts from this blog

7 Alasan Memilih dan Membeli Buku Bacaan

[Review] The Silmarillion by J.R.R Tolkien – Sebuah riwayat yang panjang

[Review] Cewek Paling Badung di Sekolah by Enid Blyton – Asal mula Elizabeth dikirim ke Whyteleafe