[Review] The Deep by Helen Dunmore – Bersama Paus menuju dasar laut
Mereka tidak mengenal paus itu. Kuharap mereka bisa merasakan kebaikan hatinya. - Sapphire
Judul
asli: The Deep
Judul
terjemahan: Dasar Laut
Series:
Buku ketiga dari tetralogi Ingo
Pengarang:
Helen
Dunmore
Penerbit:
Gramedia Pustaka Utama
Terbit:
Cetakan kedua - Desember, 2013
Tebal
buku: 304 halaman
Format:
Paperback
Genre:
Fantasy
ISBN:
978-979-22-5259-0
Diantara ketiga buku lainnya dalam
tetralogi Ingo, buku ketiga yang memiliki judul The Deep ini, kavernya terlihat lain sendiri. Warna hijau gelap
bukan biru ataupun tosca. Awalnya aku tidak terlalu memperhatikan gambar apa
yang ada di kaver tersebut. Mungkin karena warnanya yang cenderung gelap.
Kupikir kaver itu cuma berisi aliran air berwarna hijau. Akan tetapi setelah
diperhatikan lebih seksama #halah ada gambar di bagian bawahnya. Sosok besar
mamalia penghuni laut. Yap, hewan terbesar di dunia yaitu Paus. Ada hubungan
apa antara Paus dengan kisah Ingo?
Well,
tetralogi Ingo tentu masih berkisar antara kaum Mer (manusia duyung) dimana dua
diantara mereka bersahabat dengan anak Udara yaitu Conor dan Sapphire. Fokus
kali ini memang bukan sepenuhnya tentang kaum Mer. Porsi lebih besar diberikan
kepada Sapphire dan Connor serta si Paus. Dalam The Deep ini mereka bertualang ke dasar laut yang gelap dan sunyi. Tidak
ada satupun kaum Mer yang dapat masuk kesana tanpa menjadi hilang selamanya. Melalui
buku ini pembaca bisa dapat merasakan keadaan dasar laut yang jauh dari udara
dimana tekanannya begitu kuat sehingga hanya hewan sekelas dan sebesar Paus
yang mampu menahan tekanan tersebut.
Lebih lanjut, jika berhubungan dengan
dasar laut, ada satu makhluk mitos yang telah tinggal di sana selama ribuan
tahun lebih. Yap, Kraken. Memang rasanya tidak afdhol berkisah tentang lautan
tanpa menyertakan manusia duyung dan monster bernama Kraken ini. Intinya,
Sapphire dan Connor kembali dipanggil oleh Ingo. Banyak kaum Mer yang meminta
pertolongan mereka untuk kembali menidurkan Kraken yang terbangun akibat Simpul
Ombak yang terlepas. Saldowr tidak bisa banyak membantu karena dirinya
mengalami luka yang cukup parah saat Simpul Ombak pecah menjadi kepingan.
Sapphire, Connor, dan Faro (yang
berusaha membuktikan bahwa dia Mer sejati) menyanggupi untuk pergi ke dasar laut.
Kaum Mer lainnya telah mengetahui bahwa Sapphire pernah tidak sengaja terlempar
ke dasar laut dan bisa kembali dengan selamat, tentunya dengan bantuan Paus
tersebut. Kali itu Paus muncul kembali dan dia menawarkan tumpangan bagi mereka
bertiga jika ingin pergi ke dasar laut sana. Dan paus itu jugalah yang berusaha
menjemput mereka kembali. Perjalanan mereka ke dasar laut sangat menarik. Helen
menjelaskan bahwa Paus memiliki semacam sonar suara yang membantunya melewati
karang-karang dan menjelajah dasar laut yang gelap.
Yang
bisa kaulakukan hanya merentangkan tangan selebar mungkin, lalu menyentuh
sebanyak mungkin kulit kasarnya yang berkerut-kerut, lalu berharap dia mengerti
bahwa kau takkan pernah melupakan jasa-jasanya menyelamatkan nyawamu, dank au
berharap putrinya tidak pergi jauh ke ujung dunia serta meninggalkannya
sendirian, dan kau berharap tidak perlu mengucapkan selamat tinggal. (hal. 219)
Tentu yang paling dinanti pembaca
(khususnya aku) adalah rupa Kraken dan bagaimana cara mereka menidurkan Kraken
kembali. Namun ternyata deskripsi yang Helen buat untuk Kraken dan adegan
“bertempur” dengan Kraken tidak bisa memuaskanku. Rasanya masih kurang greget.
Sepertinya Helen memang tidak terlalu suka menampilkan adegan yang keras.
Maksudku, seperti di The Tide Knot,
adegan gelombang tinggi yang menerjang pantai St. Pirans digambarkan tidak
terlalu mencekam. Justru lumba-lumba terdampar yang begitu membekas. Pun begitu
dengan The Deep. Adegan perjalanan
mereka menempuh dasar laut menuju liang Kraken dan perjalanan pulangnya yang
lebih membekas daripada misi mereka menidurkan Kraken. Sepertinya Helen lebih
suka menggugah kepedulian kita terhadap Ingo dan ekosistem lautan daripada
menampilkan adegan perang dan sebagainya. Ya, itulah yang kupikirkan terjadi
pada tetralogi ini. Bisa juga itu disebabkan karena target pembacanya termasuk
anak-anak. Namun entahlah dengan bukunya yang lain. Mungkin aku baru bisa
membandingkan dengan baik jika ada kesempatan membaca buku Helen yang lainnya.
Ah, okay,
apakah Sapphire dan Connor termasuk superhero?
Atau mereka tergolong demigod?
Mengapa mereka bisa bernapas di dua alam? Baiklah kuberi bocoran sedikit, hehe.
Itu semua memang sudah ada dalam darah mereka. Di dalam tubuh mereka mngalir
darah Mer dan darah Udara. Besar kemungkinan mereka adalah keturunan Mathew
Trewhella yang dulu jatuh cinta dengan Putri duyng Zennor dan memutuskan
meninggalkan Udara demi duyung tersebut. Di sebagian besar keturunannya ada
darah Mer yang mengalir. Ada yang kuat aliran Mer-nya ada pula yang lemah.
Sapphire dan Conor memiliki darah yang seimbang. Oleh karena itu, Saldowr
berharap banyak kepada mereka berdua.
Well,
selain dengan mitos manusia duyung, yang bisa kuingat dari tetralogi Ingo ini
secara keseluruhan adalah kemampuan unik yang Sapphire dan Conor punya (di luar
kemampuan mereka bernapas dalam air). Contohnya seperti Conor yang mampu
memahami dan bernyanyi bersama anjing laut penjaga Limina ataupun ketika Conor
mampu membaca mantra untuk menyatukan simpul ombak. Begitupun dengan Sapphire
yang mampu berbicara dengan Paus dan nantinya dengan Nanuq serta Atqa-nya di
buku keempat. Hal-hal tersebut bagiku unik dan semakin menghidupkan magis
fantasi yang dibangun.
Secara keseluruhan The Deep lebih tipis daripada seri lainnya. Namun kisahnya masih
berkelanjutan dan sayang sekali jika harus meloncat ke buku ini tanpa mampir di
dua buku sebelumnya meskipun ada penjelasan singkat mengenai Paus yang pertama
kali Sapphire temui di The Tide Knot.
Rasanya suasana yang terbangun tidak akan lengkap jika tidak membaca kisahnya
secara berurutan. Dan aku masih menyukai suasasna Ingo, tentang misteri dan
keajaibannya. Kehidupan dilautan memang belum bisa tersentuh secara maksimal
oleh manusia karena banyak keterbatasan yang dimiliki. Namun mungkin memang
seperti itu baiknya agar kita lebih menghargai laut dan tidak perlu mengusik
hal-hal misterius yang tersimpan di dalamnya. Apalagi mengusik secara
berlebihan.
Submitted to:
----------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------
Whoa,
sampailah kita dibagian ini. Aku merasa lega dan senang sekali karena bagian
ini akan muncul setelah aku berhasil menyelesaikan review. Dan Alhamdulillah,
bersama berakhirnya review The Deep,
itu artinya aku berhasil menyelesaikan tunggakan review yang ada selama
Maret-April ini. Memang dalam mereview keempat buku Ingo ini aku
meloncat-loncat. Meski ini seri ketiga dalam tetralogy tersebut namun aku telah
duluan selesai mereview seri keempatnya. Jika kalian ingin melihat review seri
lainnya klik di sini.
Well,
menulis bagian ini menyenangkan sekaligus melelahkan. Menyenangkannya tentu
karena reviewnya sudah berhasil dibuat dan tidak perlu banyak berpikir, hanya
mengutip beberapa quotes yang telah kutemukan dan kukumpulkan selagi membaca
bukunya. Nah, melelahkannya karena mengetik ulang kutipan itu yang terasa “sesuatu”.
Aku harus bolak balik melihat bukunya agar kata-kata yang kuketik sama persis
dengan yang dibuku. Mau browsing atau
copy paste di internet tidak terlalu memuaskan.
Namun apapun itu, aku menyukai hal ini dan akan terus kupertahankan sebagai
bagian dari review yang kubuat, haha. #apasih.
Sudahlah. Abaikan ocehanku itu. Yuk,
kita lihat quotes menarik apa yang berhasil kukumpulkan. Selamat membaca buku,
kawan. Semoga harimu menyenangkan. :)
Lebih
mudah menjalani sesuatu untuk pertama kali, saat kau belum tahu apa-apa,
daripada setelah menyadari ebtapa sulitnya hal itu. (hal. 70-71)
“Dia
juga mendengarkan dengan sabar. Kau tahu, kadang orang hanya mendengarkan
karena ingin memastikan apa yang sudah mereka ketahui? Saldowr tidak seperti
itu.” (hal. 97)
Jangan
pikirkan hal itu sekarang. Jalani semuanya satu per satu. (hal. 157)
“Harusnya
kau serius, Sappy! Apa gunanya marah dan sedih tapi tidak berusaha mengubah
keadaan? (hal. 272)
“Boleh-boleh
saja kau berpikir begitu, tapi sebenarnya kau datang demi dirimu sendiri. sudah
terlalu banyak orang yang sibuk menolong orang lain supaya mereka tidak perlu
menolong diri sendiri.” (hal. 280)
Comments
Post a Comment