[Review] The Silmarillion by J.R.R Tolkien – Sebuah riwayat yang panjang
“dan pertolongan sering kali datang justru
dari yang lemah, saat yang Bijak telah menyerah.” - Gandalf
Judul: The
Silmarillion
Pengarang: J.R.R Tolkien (diedit oleh Christopher
Tolkien)
Penerbit: Gramedia
Pustaka Utama
Terbit: Cetakan
kedua, Januari 2016
Tebal buku: 624 halaman
Format: Paperback
Genre: High Fantasy
ISBN: 978-602-03-2269-8
Sebelumnya,
terimakasih untuk Ez yang sudah memberikan buku ini sebagai hadiah ulang
tahunku di minggu awal Februari kemarin. Alhamdulillah, tuntas sudah hajat
untuk membaca buku ini sehingga bisa kucoret satu judul dari daftar buku
inceranku, hehe. Seperti yang sering kubilang jika aku sudah lama mengidamkan
buku ini dan di akhir 2015 kemarin Gramedia menterjemahkannya dan
menerbitkannya. Sedikit cerita, awal mula tahu buku ini karena aku melihat
gambar sketsa di Pinterest. Gambar tersebut adalah gambar Maedhros putra Feanor,
Pangeran Elves dari kaum Noldor yang namanya disebut dalam kisah di buku ini. Ahh,
cakep sekali Maedhros ini di sketsa tersebut, haha. Dan selain itu aku penyuka
kisah fantasi dan begitu pula dengan rekaan Tolkien. Di buku ini memang Tolkien
lebih banyak berkisah tentang Elves. Klop, deh, aku jadi makin ingin membaca
buku ini. Ditambah pula sebelumnya aku sudah terbius dengan The Hobbit.
Butuh waktu
sekitar lima hari untuk menamatkan buku setebal 624 halaman ini. Meskipun
jumlah halamannya segitu, namun yang benar-benar mengandung kisah hanyalah 500
halaman saja. Selebihnya adalah beberapa lembar pembuka dan daftar isi, lalu
disusul kata sambutan (katakanlah begitu) dari Christopher Tolkien (anaknya
sekaligus yang mengedit kisah ini), lalu ada pula kutipan surat Tolkien yang
begitu panjang (menghabiskan 27 halaman). Surat ini ditujukan untuk sahabatnya
Wilton Waldman yang dikirimkan pada tahun 1951. Di dalam suratnya Tolkien
bercerita mengenai ringkasan, inti sari dan pandangannya sendiri mengenai
kisah-kisah dunia rekaannya termasuk Middle Earth dan termasuk pula ke dalamnya
kisah The Hobbit dan trilogy Lord of the Rings. Aku membaca surat ini setelah
selesai menamatkan seluruh cerita. Boleh juga dibaca di awal karena memang
letaknya di bagian awal. Setidaknya surat ini membantu kita untuk memahami
kisah-kisah di dalam buku The Silmarillion ini.
Lanjut
lagi, sebagian sisa halaman tersebut juga dihabiskan untuk menulis indeks
nama-nama, pohon silsilah, penjelasan mengenai bahasa Elves yang Tolkien
ciptakan, lalu beberapa lembar peta. Untuk indeks nama-nama sendiri kunilai
super duper perlu karena kisah di dalam buku ini sangat kaya akan nama-nama.
Katakanlah mulai dari nama tokoh-tokohnya serta keturunan mereka, nama-nama
tempat yang begitu mendetail hingga ke nama menara, begitu pula dengan nama
benda-benda betuah, pohon-pohon, dan lain sebagaiannya. Tidak heran indeks ini
menghabiskan sekitar 40an halaman sendiri. Aku sempat bolak balik mengecek ke
indeks ini untuk membiasakan diri dan memahami ini tokoh mana sih yang sedang
dibicarakan. Imajinasi Tolkien memang “wow”. Dia bukan lagi me-reka suatu negara, melainkan sebuah dunia dengan segala kehidupan dan kisah di dalamnya.
Dan aku
masih terpesona dengan desain sampulnya yang begitu simple namun elegan, hehe.
Sampul The Silmarillion yang kupunya ini berwarna hitam legam dengan corak lingkaran
biru di tengah buku, sepertinya sebagai ilustrasi permata silmaril. Mengenai
ukuran huruf di dalamnya, cukup kecil namun tidak terlalu kecil dan spasinya bukan
single. Masih enaklah buat dibaca namun memang membutuhkan waktu yang cukup
lama untuk menghabiskan satu halaman. Ini dikarenakan kisahnya yang begitu
“kaya” (seperti yang kubilang di atas, terutama kisah di bagian Quenta
Silmarillion) plus lebar buku ini yang sekitar 20cm. Namun aku menikmatinya.
Salut juga untuk penterjemahnya, mbak Tanti Lesmana. Bravo!
Ya, kisah
di dalam buku ini tidak berdiri sendiri atau hanya satu kisah. Buku ini terbagi
ke dalam 5 bagian dan semuanya memang sebuah riwayat atau sejarah yang begitu
panjang mengenai dunia yang direka oleh Tolkien. Dia memulainya dengan cerita mengenai
penciptaan. Ada (katakanlah) Tuhan, lalu diciptakanlah (katakanlah)
malaikat/dewa-dewa. Kemudian disusul pula dengan pengkhianatan (katakanlah
setan) dan berikut penciptaan Elves, kurcaci, dan manusia. Ez sempat melihat
sekilas isi buku ini dan berkomentar, “kok, buku ini nggak ada dialognya?”
Haha, ya memang, sebagian besar kisah Quenta Silmarillion minim dialog. Lebih
kepada bertutur, bernarasi. Dialognya menyelip sedikit. Oleh karenanya kubisa
mengatakan jika ini buku besar sejarah serta riwayat dunia rekaannya Tolkien.
Buku ini jugalah yang mendahului kisah-kisah di The Hobbit dan The Lord of the
Rings.
Baiklah,
aku akan menceritakan secara ringkas kisah di setiap bagian di dalam buku ini
yang memakan hingga 500 halaman itu.
#1 Ainulindale
Kisah ini
dimulai dengan Eru/Illuvatar (katakanlah Tuhan yang Esa) memainkan musik atau
memulai penciptaan terhadap bumi/arda. Namun sebelum menciptakan bumi,
Illuvatar menciptakan para Ainu (katakanlah malaikat). Diantara para Ainu
adalah yang bernama Melkor atau yang kemudian dikenal sebagai Morgoth. Mereka
semua diminta Illuvatar untuk memainkan musik penciptaan dunia baru yang
kemudian dikenal sebagai bumi atau arda berikut nanti para penghuninya yaitu
Elves dan Manusia. Semua Ainu diciptakan patuh dan memahami bagian musiknya
sendiri, namun tidak dengan Melkor. Bak Setan yang jahat, begitulah Melkor
menentang Illuvatar dan menyisipkan nada-nada sumbang pada musik yang
dimainkan. Nada-nada ini menimbulkan kejahatan dan menyusupi Bumi yang masih
muda itu dengan hal-hal yang tidak baik.
#2 Valaquenta
Kisah di
bagian ini bercerita tentang Valar dan Maiar. Beberapa Ainu diperintahkan untuk
mengurus Bumi dan mengawasi serta menyayangi anak-anak Illuvatar yang akan
datang kemudian (yaitu Elves dan manusia). Ainu yang turun ke bumi ada 7 pasang
dan mereka dinamakan Valar. Diantara para Vala ini, Manwe (penguasa udara) dan
ratunya Varda ditunjuk sebagai pimpinan. Selain Manwe, valar lain yang
“kekuatannya” hampir menyaingi Manwe adalah Ulmo (penguasa perairan) dan Mandos
(penguasa kematian). Namun para Vala dan pasangannya valie memiliki kemampuan
tersendiri yang berbeda satu sama lain. Bersama mereka, Melkor pun turut
mendatangi Arda dan berusaha untuk menguasainya. Ketika para Valar mencoba
membangun dan memperindah Arda, maka Melkor mengganggu mereka dan
menghancurkannya. Sungguh jahat Melkor ini.
Tersebut
pula lah di bagian ini tentang para Maia. Mereka adalah pelayan para Vala
karena meski mereka berasal dari ras yang sama dengan Valar, tingkatan mereka
lebih rendah. Aku tidak terlalu ingat siapa saja nama-nama mereka. Namun yang
paling berperan di dalam kisah di buku ini dan sering disebut ada tiga yaitu:
Eonwe (pelayan Manwe); Osse (pelayan Ulmo); Melian (pelayan Vana dan Este);
serta Sauron (pelayan Melkor).
#3 Quenta Silmarillion
Nah, inilah
bagian riwayat yang panjang, bercerita tentang kehidupan kaum Elves yang sangat
dicintai oleh Tolkien. Di sini juga akan diceritakan mengenai kelahiran para
Kurcaci dan manusia. Ada beberapa tragedi yang terjadi pada kaum Elves. Mereka
dimunculkan pertama kali di Middle Earth (jika aku tak salah ingat). Lalu
ketika para Vala mengetahuinya, maka mereka ingin membawa mereka ke Valinor
(Negeri para Vala atau bisa juga dinamakan Surga namun masih di dalam kawasan
Bumi). Mereka sangat mengasihi kaum Elves yang juga diberi karunia keabadian
dan awet muda oleh Illuvatar. Oleh karenanya mereka diajari oleh para Vala
berbagai macam keterampilan.
Ketika
Orome (utusan Valar) mendatangi mereka dan mengajak mereka ke Valinor, tidak
semua kaum setuju. Ini disebabkan oleh bisikan-bisikan Melkor yang memang
duluan mengetahui kelahiran para Elves. Dia menyusupkan rasa takut. Akhirnya
Elves yang menolak untuk berangkat ini di sebut Elves Kegelapan karena mereka
tidak pernah melihat cahaya di kedua pohon bertuah di negeri Valinor. Adapun
Elves yang ikut adalah kaum Elves Vanyar (berambut keemasan dan yang pertama
berangkat dan dipimpin oleh Ingwe); kaum Elves Noldor (yang berangkat di
barisan kedua dan dipimpin oleh Finwe); terakhir kaum Elves Teleri (yang
berangkat ketiga dan dipimpin oleh Elwe dan saudaranya Olwe). Meski kaum Teleri
berniat untuk berangkat ke Valinor, namun mereka tidak pernah sampai. Ada
tragedi tersendiri yang akan sangat panjang jika dikisahkan di sini. Ah, ya, para
Elves tersebut diajak untuk melihat cahaya karena memang saat itu keadaan bumi
masih gelap, belum ada bulan dan matahari.
Lalu bagian
mana tentang permata silmaril? Kaum Noldor, terutama Feanor (anaknya Finwe) sangat
pandai membuat permata. Dialah yang membuat ketiga permata Silmaril yang di
dalamnya mengandung cahaya dari kedua pohon. Permata tersebut dikuduskan atau
bertuah. Petaka dimulai ketika Melkor bersama laba-laba raksasa purba bernama
Ungoliant, menghancurkan pohon cahaya di Valinor. Kegelapan pun menyelimuti
bumi dan pohon tersebut hanya bisa dipulihkan dengan bantuan permata Silmaril.
Namun Feanor menjadi posesif terhadap permata tersebut dan menolak perintah
Valar. Akan tetapi Melkor ternyata lebih duluan mencurinya dan membawa lari
permata tersebut ke Middle Earth yang gelap. Feanor dan keturunannya termasuk
Maedhros (putra sulungnya) memutuskan untuk keluar dari Valinor. Mereka
mengucapkan sumpah yang menghantui diri mereka sendiri di kemudian hari. Dan
salah satu vala pun mengutuk mereka dengan kesialan. Mereka, kaum Elves Noldor
pun menjadi kaum elves Yang Terusir.
Intinya
kisah ini sangat panjang. Ada pertempuran besar, kisah tentang munculnya
manusia, lalu tentang pernikahan antara Elves dan Manusia, serta banyak kisah
lainnya sebelum bumi memasuki zaman ketiga. Langsung saja baca sendiri, ya,
mengenai kesudahan akhir permata silmaril tersebut yang begitu tragis dan
memakan banyak korban. Hiks! #RIPMaedhros
#4 Akallabeth
Bagian ini
bercerita mengenai kejatuhan Numenor atau Atlantis. Diceritakan sebelumnya di
bagian ketiga (Quenta Silmarillion) bahwa Manusia pun turut serta berjuang
melawan kejahatan yang ditimbulkan oleh Melkor. Tidak sedikit tragedi yang
disebabkan oleh Melkor atau Morgoth tersebut terhadap kaum manusia.
Salah satu
kaum manusia yang dihargai oleh Valar dipimpin oleh Elros. Mereka diberikan
tempat tinggal baru yang letaknya tidak di Middle Earth dan tidak pula di
Valinor. Namun negeri tersebut terletak lebih dekat dengan Valinor atau Negeri
Kekal Abadi-tempat tinggal para Valar dan Elves yang melihat cahaya. Negeri manusia
tersebut bernama Numenor atau Atlante.
Manusia di
negeri ini diberi karunia berumur panjang dan terampil dalam belayar. Namun, lambat
laun, mereka menjadi tidak tahu diri dan ingin meminta karunia seperti kaum
Elves yaitu hidup abadi. Ini juga karena hasutan dari Morgoth dan pelayannya
yang setia, Sauron. Namun bukanlah tempat manusia untuk hidup abadi, justru
ketidakabadian adalah karunia Illuvatar yang sebaliknya membuat kaum Elves iri.
Setelah beratus-ratus tahun kemudian, Kaum mansusia di Numenor ini menyatakan
perang dan mendapatkan murka dari Illuvatar.
#5 Tentang Cincin-cincin Kekuasaan dan
Zaman Ketiga
Nah, ini
adalah bagian terakhir dari buku ini. Kisah ini juga merupakan cikal bakal atau
riwayat mengenai cincin kekuasaan yang dibuat oleh Sauron yang nantinya dirinci
dalam kisah The Hobbit dan The Lord of the Rings. Bagian ini bercerita mengenai
nasib kaum manusia yang selamat dari murka Illuvatar di Numenor. Mereka
kemudian kembali ke Middle Earth dan membangun kerajaan mereka di sana. Ini
juga kisah tentang ke-20 cincin yang Sauron buat untuk kaum Elves (3 cincin);
kaum kurcaci (7 cincin); kaum Manusia (9 cincin); dan satu cincin utama (yang
mengendalikan semua cincin) yang dipegang oleh Sauron sendiri. Cincin utama
inilah yang nantinya diambil oleh Isildur namun tenggelam di Sungai Anduin.
Kemudian ditemukan oleh Gollum lalu dicuri oleh Bilbo dan kemudian dipercayakan
kepada Frodo untuk dihancurkan di gunung api di kerajaan milik Sauron yaitu
Mordor.
Oh ya, buku
ini juga dilengkapi dengan peta Middle Earth yang dicetak terpisah. Selain
bonus peta, ada pula pembatas bukunya yang berwarna hitam juga seperti cover.
Overall, aku menyukai buku ini dan kagum dengan kedalaman pikiran seorang
Tolkien. Dia berusaha menyelesaikan apa yang telah dimulainya. Meski agak
melelahkan ketika membaca bagian Quenta Silmarillion, namun buku ini sedikit
menarik dengan disisipi kisah awal mula adanya Bulan dan Matahari. Kelahiran
Elves pun menjadi momen yang menarik dan aku menyukai penuturan mengenai hal
tersebut.
“…. Lagi pula, sudah ditetapkan bahwa
bangsa Yang Pertama Lahir itu akan terbangun dalam kegelapan, dan
bintang-bintanglah yang pertama-tama akan mereka lihat. Cahaya terang itu akan
membangunkan mereka.” (hal. 58)
Ya, tidak
banyak yang bisa kubahas mengenai buku ini. Terkadang memang susah membuat
review buku-buku yang melibatkan perasaan dan kekaguman seperti buku ini, haha.
Memang bukan buku yang bisa dibilang sempurna namun aku menyukainya. Silakan
langsung kalian coba baca sendiri, ya. Apalagi jika kalian memang penggemar
kisah dunia yang di-reka oleh Tolkien.
Rating: (4/5) really liked it
Submited to:
------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------
Tidak
banyak Quote yang bisa kutemukan di buku ini. Hanya ada beberapa so, akan
langsung kukutuliskan bersamaan dengan review-nya ini. Enjoy! :D
Akan tetapi kesenangan dan kebanggaan Aule
hanyalah dalam hal membuat serta barang buatannya, tanpa disertai hasrat untuk
memiliki ataupun keangkuhan akan keahliannya; karenanya dia hanya memberi,
tidak menimbun, dan dia senantiasa bersenang hati, sebab selalu ada saja yang dikerjakannya.
(hal. 10)
Sebagaimana kita laki-laki dan perempuan
bisa terlihat dari pakaian yang dikenakan, namun bukan pakaian itu sendiri yang
menentukan sifat kita. (hal. 14)
Sebab mereka yang hendak melindungi
kekuasaan dari pemberontakan, hendaknya tidak melakukan pemberontakan pula.
(hal. 89)
Di dalamnya ada kedamaian yang waspada.
(hal. 144)
“Akan tetapi janganlah terlalu mencintai
hasil karya kedua tanganmu itu, serta rancangan-rancangan di hatimu.” (hal.
193)
“Sebab hatiku memperingatkan bahwa apabila
saat ini kau mengejar mereka yang tidak lagi mencintaimu, maka kau tidak akan
pernah pulang lagi.” (hal. 212)
Sebab dia yang tidak mengenal belas
kasihantidak akan pernah bisa memahami tindakan-tindakan yang didasarkan pada
rasa iba. (hal. 410-411)
“dan pertolongan sering kali datang justru
dari yang lemah, saat yang Bijak telah menyerah.” (hal. 494)
Kalau boleh tau, salah satu karangan jrr tolkien unfinished tales apa sidah ada terjemahan yaa?
ReplyDeleteSetahu sy belum mas. Yg sy dengar sdh diterjemahkan baru The Hobbit; The Lord of the Ring Trilogy; The Children of Hurin; The Silmarillion; Tales from the Perilous Realm.
DeleteUntuk buku yg silmarilion udah di baca, sekarang penasaran dengan novel-novel lain karya J.R.R Tolkien, kalo bisa kasih saran kira-kira novel mana yg bisa jadi referensi untuk dibaca dan tentunya sudah tersedia di Gramedia hehe...?
ReplyDeleteHai, mas Ardi Miller. Judul2 buku Tolkien yg saya sebutkan di komen atas, sudah diterjemahkan.
DeleteSaya juga belum baca semua buku Tolkien yg sudah diterjemahkan itu mas. Kalau favorit saya sejauh ini The Hobbit.
Hai.. Kalau utk lanjutan trylogi TLOTR buku apa ya?
ReplyDeleteHallo. Setahu saya TLOTR gak ada kelanjutannya.
DeleteTapi buku pelengkapnya ada yaitu The Hobbit. Setting waktunya sebelum Frodo dan Sam.
Tentang petualangan Bilbo Baggins (paman Frodo) bareng Gandalf dan para kurcaci termasuk awal mula gmn dia bisa dapat cincin itu.
Kalau mau baca review The Hobbit cek disini ya: https://bukulova.blogspot.com/2014/05/the-hobbit-petualangan-penuh-imajinasi.html :D
Sudah menonton ulang semua film-filmnya, tapi belum pernah baca bukunya hiks... Anyhoo, terima kasih atas review-nya. Saya sangat mengapresiasinya. Sungguh. Terima kasih.
ReplyDelete