Review Novel Between Shades of Gray karya Ruta Sepetys

"Harapan terbesarku adalah agar lembaran-lembaran di dalam wadah ini menggerakkan rasa kemanusiaanmu yang terdalam." - Lina


Judul: Between Shades of Grey
Pengarang: Ruta Sepetys
Penerjemah: Ingrid Nimpoeno
Penyunting: Rika Iffati Farihah
Penerbit: Noura Books
Terbit: Cetakan I, Desember 2014
Tebal buku: 386 halaman
ISBN: 978-602-1306-45-1

Sebelum memutuskan untuk membeli novel ini, aku sudah membaca beberapa ulasannya. Banyak yang memberikan nilai positif sehingga membuat penasaran. Sebuah novel yang indah. Namun aku sempat menunda membaca novel ini sebab ada kesan lain yang kutangkap yaitu berupa nuansa kesedihan. Benar juga sih. Setelah dicoba, Between Shades of Grey membius sejak kalimat pertama dan sulit dilepaskan meskipun membacanya sambil menangis.

Novel ini berkisah tentang keluarga Kostas Vilkas terutama Lina, anak sulung dari keluarga tersebut. Dia berasal dari keluarga yang bahagia, terhormat serta berkecukupan. Ayahnya dosen di sebuah Universitas. Sementara ibunya, Elena, wanita berpendidikan yang memilih untuk mengurus dirinya serta Jonas, adik laki-lakinya.

Lina memiliki bakat melukis dan suka mengekspresikan apa yang dirasakannya melalui gambar. Dirinya berharap bisa belajar lebih banyak tentang seni lukis. Hal tersebut tentu didukung oleh kedua orang tuanya. Sayang perang dan invasi Uni Soviet terhadap banyak negara di sekitarnya mengubur mimpi Lina dan ribuan lainnya. Lebih buruk lagi, keadaan tersebut mengubah hidup mereka hingga 180 derajat.

Terjadi deportasi secara paksa dari rumah dan kehidupan mereka di Lithuania. Banyak kaum pria yang dianggap kriminal hingga harus menerima hukuman penjara. Begitu pula dengan para perempuan dan anak-anak yang mengalami hal-hal sulit dan tidak manusiawi. Kelaparan dan ancaman kesehatan selama proses pemindahan hingga kerja paksa saat sampai di lokasi yang secara tidak langsung juga seperti penjara meski di alam terbuka.

Rasanya saat memutuskan untuk membeli novel ini aku tidak terlalu menaruh perhatian kalau Between Shades of Grey tergolong fiksi sejarah (historical fiction). Hal ini sedikit banyak membuat perasaan semakin tersentuh. Pembaca bisa mendapatkan gambaran suasana perang dari sisi warga sipil.

Unsur sejarah dalam Between Shades of Grey semakin diperjelas pada bagian Catatan Penulis (terletak pada beberapa halaman terakhir novel ini). Penulis memaparkan bahwa telah melakukan banyak riset terkait novel ini, bahkan sampai berkunjung langsung ke Lithuania dan bertemu dengan banyak tokoh sejarah di sana seperti keluarga para penyintas deportasi, psikolog, sejarawan hingga pejabat pemerintahan.

Kisah ini diangkat berdasarkan kejadian sekitar tahun 1939 dimana Uni Soviet menduduki negara-negara Baltik yaitu Lithuania, Latvia, dan Estonia. Mereka menyusun daftar orang-orang yang dianggap anti-Soviet. Bagi yang namanya masuk di daftar tersebut harus dibunuh, dikirim ke penjara, atau dideportasi ke dalam perbudakan di Siberia.

Disebutkan pula kalau ayah dan kakek penulis juga sebenarnya bagian dari sejarah ini. Mereka selamat karena dapat kabur ke Jerman dan berlindung di kamp pengungsian. Sebab telah selesai membaca novel ini, maka kutipan kalimat yang dirangkai penulis mengenai keluarganya membuatku tersentuh saat membacanya:

"Bagi sebagian orang, kebebasan yang kami dapatkan sebagai warga negara Amerika berasal dari pengorbanan orang-orang yang terbaring dalam kuburan tak bernama di Siberia. Seperti Joana bagi Lina, kebebasan kami harus dibayar dengan kebebasan mereka." - hlm. 381

Lebih jauh, cerita penulis akan latar belakang novel ini membuatku sedikit banyak teringat dengan novel The Physick Book of Deliverance Dane dimana penulisnya juga merupakan keturunan dari salah seorang wanita yang lolos dari pengadilan Salem, pengadilan terhadap para "penyihir". Ya, hingga saat ini belum banyak buku bertema fiksi sejarah yang kubaca. Oleh karena itu informasi seperti ini masih melekat di benak, hehe.

Selanjutnya, mari kita bahas sedikit tentang salah satu tokoh di novel ini. Boleh dibilang tokoh utama dalam novel ini adalah Lina. Namun ada satu tokoh lainnya yang menarik perhatian. Yup, salah satu heroine yang sangat berperan dalam setiap keputusan selama mereka menuju dan berada di kamp kerja paksa. Tokoh tersebut adalah Nyonya Elena Vilkas alias ibunya Lina.

Kehadiran tokoh tersebut lumayan dominan. Karakter Elena yang penuh energi positif namun tetap pandai membaca keadaan secara langsung maupun tidak ikut menggerakkan alur cerita. Elena mampu melihat hal-hal lain di luar apa yang terlihat seperti sikap seseorang, termasuk sikap "musuh" sekalipun. Tokoh ini jugalah yang membuatku menangis pada beberapa bab terakhir.

"Piala Ibu berlimpah penuh cinta untuk semua orang dan segala sesuatu di sekelilingnya, bahkan musuhnya."-hlm.353

Terkadang sulit bercerita tentang buku yang bagus. Secara keseluruhan Between Shades of Grey menyajikan secuil sejarah dalam balutan fiksi mengenai apa yang menimpa sebagian besar penduduk Lithuania saat Uni Soviet melakukan invasi besar-besaran ke daratan di sekitarnya.

Kemalangan yang mereka rasakan saat rumah dan hati mereka direnggut secara paksa sangat menyentuh sekali. Sebab pembaca diajak melihat langsung melalui kacamata mereka. Momen yang mereka lalui dimana keadaan berubah secara drastis lalu diharuskan bertahan hidup sambil tetap menyalakan rasa optimis dan cinta tanah air sangat tidak mudah untuk dilakukan. Kelaparan, penyakit, terlebih memperjuangkan harga diri ataupun berkorban demi yang lain ikut mewarnai cerita di novel ini.

Ruta Sepetys menulis narasi yang indah dan enak untuk dinikmati. Lembut namun tidak membosankan, malah membius. Ketidakpastian yang melingkupi hidup para karakter di novel ini membuat alur ceritanya menjadi dinamis. Beberapa adegan terasa seru dan mencekam. Singkatnya, tidak salah jika novel ini telah meraih banyak penghargaan. Sangat layak untuk dibaca. Silahkan dicoba bagi yang merasa penasaran.

Rating: 5/5 (it was amazing)
Kutipan menarik dari buku ini:


"Aku tidak patut mendapatkan apa-apa. Kita membela apa yang benar, Lina, tanpa mengharapkan ucapan terima kasih atau hadiah."-hlm.9

" Bayi yang baru lahir. Dia baru saja hidup beberapa menit, tapi sudah dianggap kriminal oleh tentara Soviet."-hlm.22

"Pernahkah kau bertanya-tanya berapa nilai nyawa manusia? Pagi itu, nyawa adikku setara nilainya dengan arloji-saku."-hlm.28

"Rasa humor kita, mereka tidak bisa merampas itu dari kita, bukan?"-hlm.137

"Perlakuan yang salah terhadap diri kita tidak memberi kita hak untuk melakukan hal yang keliru."-hlm.346


Comments

  1. Aku mau cari bukunya ❤️. Akupun suka buku sejarah gini mba. Kebanyakan yg pernah aku baca berbau Nazi, saat Jerman mulai menyerang negara2 sekitarnya. Yg berbau Sovyet gini belum pernah baca nih. Suka sedih sih kalo baca yg terkait sejarah. Apalagi ttg pembantaian, perbudakan dll. Akupun liat dulu ceritanya seperti apa, kdg kalo terlalu sedih, mau bacanya mikir dulu, takut mewek ....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga ketemu ya kak dan cocok sama buku ini. 😍

      Iya fiksi sejarah apalagi tema yg kayak gitu bikin sedih. Baca buku ini aja aku mikir lama sebelumnya. Eh sekali coba baca, malah suka dgn gaya penulisnya bercerita. Jadi meski nangis (terutama menjelang bagian akhir buku), tetep lanjut baca haha.

      Delete
  2. Ini buku yang bikin aku jatuh cinta sama tulisannya Ruta Sepetys :')) Buku terbarunya yang I Must Betray You juga bagus bangettt :'))) Baru tau ternyata yang ini udah ada terjemahanya XD

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama kak. Ini juga karya Sepetys pertama yang kubaca. Dan aku suka juga dengan caranya bercerita. Aku belum baca versi aslinya. Namun baca terjemahannya ini sudah terasa bagusnya. :D

      Barusan googling tentang I Must Betray You. Historical thriller gitu katanya. Aku baru tahu judul ini. Thanks kak, masuk ke wishlist. Kepengen eksplor karya Sepetys lainnya. :D

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

7 Alasan Memilih dan Membeli Buku Bacaan

[Review] The Silmarillion by J.R.R Tolkien – Sebuah riwayat yang panjang

[Review] Cewek Paling Badung di Sekolah by Enid Blyton – Asal mula Elizabeth dikirim ke Whyteleafe