Review Murder in the Mews karya Agatha Christie

"Jarang sekali seseorang melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan wataknya. - Hercule Poirot"

review murder in the mews karya agatha christie

Judul asli: Murder in the Mews
Judul terjemahan: Pembunuhan di Lorong
Seri: Hercule Poirot #16.5
Pengarang: Agatha Christie
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Cetakan keenam, Januari, 2014
Tebal buku: 352 halaman
Format: Paperback
Genre: Classic; Mystery; Crime
ISBN: 978-979-22-2968-4

Mari sedikit kilas balik tentang asal usul buku ini. Pada tahun 2016, aku sempat mengunjungi pameran buku dan menemukan buntelan berharga. Ada sepuluh buku karangan Agatha Christie yang dijadikan bundel dan dijual dengan harga sangat miring. Tanpa ragu, tentu aku bawa mereka semua ke kasir.

Berikut daftar judul buku-buku di dalam bundel tersebut sesuai abjad (judul yang bercetak tebal mengandung link, silahkan di klik untuk membaca ulasannya).

Kumpulan Kisah di Dalam Murder in the Mews

Nah, masih dalam rangka membabat timbunan buku-buku karya Agatha Christie di atas, Murder in the Mews menjadi pilihan. Buku setebal 352 halaman ini mirip dengan Poirot Investigates dan Miss Marple's Final Cases. Ya, buku ini merupakan kumpulan kisah Poirot dalam memecahkan kasus kriminal.

Jadi Murder in the Mews bukan berisi one shot story seperti biasanya. Di dalam buku ini ada empat kisah atau katakanlah cerita pendek. Ada yang bertipe pembunuhan (seperti biasa) dan ada juga kasus pencurian. Berikut keempat cerita dalam buku ini secara berurutan.

"Itu memang pembunuhan. Pemusnahan seorang manusia oleh manusia lain."-hlm.89

Pembunuhan di Lorong yang juga merupakan terjemahan dari Murder in the Mews adalah judul pertama yang kujumpai. Premis utama dari cerita ini (seperti yang tertera dalam blurb di belakang buku) adalah tentang bagaimana seorang wanita dengan pistol di tangan kanan bisa menembak pelipis kirinya sendiri.

Mrs. Allen ditemukan tidak bernyawa di kamar sewanya. Miss Plenderleith merupakan teman satu rumah yang kemudian diinterogasi sebab ada kecurigaan korban dibunuh, bukannya bunuh diri.

Poirot menemukan kejanggalan dan akhirnya membuktikan apakah Mrs. Allen memang terbunuh. Jika iya, siapakah pembunuhnya? Jawaban dari pertanyaan tersebut merupakan plot twist dari cerita berjudul Murder in the Mews ini.

Sementara itu, kisah kedua berjudul Pencurian yang Aneh. Pada cerita ini, tidak ada yang terbunuh atau dengan kata lain bukan kasus pembunuhan yang Poirot pecahkan. Melainkan sebuah pencurian.

Lord Mayfield menjadi tuan rumah dan mengundang beberapa orang penting ke rumahnya untuk makan malam dan menginap. Menjelang tengah malam, terjadi kegemparan. Sebuah dokumen rahasia negara hilang. Tuan rumah melihat seseorang berlari dekat lokasi kejadian lalu menghilang.

Di waktu dan tempat yang berdekatan, seorang pelayan bersaksi melihat hantu berbaju putih. Adakah kaitan antara hantu dan hilangnya sebuah dokumen penting berisi rencana rahasia pemerintah tersebut? Poirot pun dipanggil untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

Menurutku membaca Pencurian yang Aneh terasa fresh sebab jarang-jarang Poirot memecahkan misteri pencurian seperti ini (sejauh yang pernah kubaca). Walaupun misalnya pembaca bisa menebak dan memecahkan kasus ini, ada sedikit sisipan kejutan yang melegakan di akhir cerita.

Kisah ketiga berjudul Cermin Mayat. Gervase Chervenix-Gore merupakan seorang yang kaya raya serta sangat mencintai diri sendiri dan kehidupannya. Suatu kali ia mengirimi Poirot surat berisi permintaan tolong (lebih terasa seperti sebuah perintah).

Poirot memutuskan untuk membantu dan mendatangi rumah Gervase hanya untuk menemui kalau ia telah tewas bunuh diri. Saat itu menjelang makan malam dan penghuni rumah lumayan ramai.

Bagaimana sebutir peluru yang menewaskan Gervase di ruang kerjanya bisa memecahkan cermin di bagian lain ruangan? Apakah ini murni kasus bunuh diri atau sebaliknya, sebuah kasus pembunuhan?

Sekilas cerita ketiga ini mirip dengan cerita pertama (Murder in the Mews). Pembedanya hanyalah saat kejadian ada banyak saksi di rumah Gervase yang harus Poirot interogasi. Setiap mereka memiliki kepribadian dan kecenderungan tersendiri dalam menilai seperti apa karakter korban. Ada sebuah fakta rahasia yang muncul di akhir cerita ini.

Terakhir, cerita keempat berjudul Segitiga Rhodes. Digambarkan Poirot sedang berlibur di sebuah resort. Valentine Chantry merupakan seorang aktris cantik terkenal yang suka kawin-cerai. Ia juga menjadi tamu alias tengah berlibur di tempat tersebut bersama suami kelimanya yang merupakan seorang komandan angkatan laut bermuka masam.

Di sisi lain ada pasangan muda Mr dan Mrs. Douglas Gold. Valentine bersikap menggoda Mr. Douglas sehingga menimbulkan gosip serta spekulasi di antara tamu lain. Poirot pun ikut di dalamnya.

Hal tersebut semakin meruncing hingga akhirnya Valentine terbunuh akibat racun di depan mata semua orang. Mr. Douglas menjadi tersangka. Benarkah ia pelaku kejahatan tersebut?

Aku lumayan menyukai cerita Segitiga Rhodes. Meski berbau pembunuhan, pembaca terlebih dulu diajak terlibat pada momen-momen sebelum peristiwa tersebut terjadi. Poirot yang telah meramalkan hal tersebut tidak berhasil untuk menghentikannya. Sebuah cerita pendek yang menarik dengan plot twist yang tidak terduga.

Itulah cerita tentang keempat kasus yang dipecahkan oleh Poirot dalam buku ini. Teman-teman suka dengan cerita yang mana?

Kesan Setelah Membaca Murder in the Mews

Kembali pada kilas balik di awal postingan ini. Aku sama sekali tidak menyangka kalau tiga buku di dalam buntelan Agatha Christie yang beruntung kutemukan tersebut berisi kumpulan cerita dan bukan one shot story. Bukannya aku tidak suka membaca tipe buku seperti ini, hanya saja tiga dari sepuluh rasanya bukan jumlah yang sedikit, hehe.

Setelah membaca kumpulan cerita pendek tentang Poirot ini, aku merasa bingung sendiri. Dalam artian aku mencoba membayangkan bagaimana kalau keempat cerita di atas menjadi lebih panjang.

Cara mengembangkan sebuah ide menjadi jalinan fiksi yang panjang hingga layak disebut sebagai sebuah novel adalah sesuatu yang keren. Termasuk kisah fiksi berbau kriminal dimana sebaiknya tidak bertele-tele agar pembaca tidak menjadi bosan dan merasa plot-nya terlalu diulur-ulur.

Selanjutnya masih ada tiga buku Agatha lagi yang belum dituntaskan. Semoga bisa beres tahun ini. :D

Rating: 3.5/5 (i liked it)
Kutipan menarik dari novel ini:

"Penjahat tak pernah merasa kejahatannya bisa gagal."-hlm.346

"Kebodohannya telah membunuhnya."-hlm.348

Comments

  1. Waaaah baru tau kalo disini tuh detektifnya si Poirot! Poirot itu salah satu detektif yang aku suka banget di dunianya Agatha Christie dan malah kayaknya aku lebih cenderung baca buku-buku yang detektifnya Poirot, tapi aku baru tau dengan buku ini. Mungkin karena ini lebih ke kumpulan cerita ya aku jadi gak terlalu ngeh.

    Btw, Mba kamu beruntung banget bisa dapet bundelan Agatha Christie dengan harga murah! Dan itu cover-cover lama ya Mba? Aku malah suka dengan cover lama daripada cover baru sekarang yang warna putih itu.

    Makasih reviewnya Mba!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya kak. Ini termasuk kumpulan cerita gitu. Sebelum baca aku kira ini novel biasa. Rupanya bukan. Aku gak lihat keterangan di sampul buku bagian kanan bawah.

      Lagian kemaren belinya buntelan gitu. Gak bisa milih2 banget haha.

      Bener, ini cover lama. Kalau yang baru aku belum punya. Kalaupun punya yang baru pastinya dengan judul yang belum pernah dibaca/dipunya. Kae mau gak mau gitu kan. Yang cover lama pasti udah jarang ada.

      Sama2 kak. Sukses buat blog bukunya ya. Lum sempat mampir ke sana. :D

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

7 Alasan Memilih dan Membeli Buku Bacaan

[Review] The Silmarillion by J.R.R Tolkien – Sebuah riwayat yang panjang

[Review] Cewek Paling Badung di Sekolah by Enid Blyton – Asal mula Elizabeth dikirim ke Whyteleafe