Reading Wrap Up: May - June 2021


Yuhuu! Reading Wrap Up datang lagi!
Pertama, aku mau bilang kalau kali ini agak berkurang rasa bersalahnya. Sejak sesi rekap terakhir, aku lumayan rajin nulis blog. Sudah ada empat postingan dalam kurang lebih dua bulan. Lumayan lah ya. Ada peningkatan. :D

Omong-omong, kali ini tidak ada Book Haul alias buku baru. Mengapa? Karena memang tidak belanja buku. Tidak ada juga yang memberi hadiah buku. Jadi bisa dibilang jumlah timbunanku masih sama seperti dua bulan lalu.

Bagaimana dengan rekap bacaan? Alhamdulillah ada dua buku yang selesai dibaca. Kalau melihat rekapan di Goodreads, sejauh ini baru 6 dari target 31 buku yang tuntas (20%). Sudah setengah tahun berlalu. Apa target tersebut bisa dipenuhi? Saat ini jawabannya masih menjadi misteri. :D.

Bicara tentang rekap bacaan, di bulan Juni ini aku punya cara baru untuk membabat timbunan. Biasanya aku memilih judul yang akan dibaca sesuai mood saja. Seringnya aku kebingungan sendiri karena merasa ada banyak judul dominan alias menarik perhatian. Ujung-ujungnya malah tidak fokus saat membaca.

Alhasil aku mencoba singkirkan mood lalu urutkan daftar timbunan di Goodreads sesuai dengan jumlah halaman. Mulai dari angka yang terkecil hingga terbesar. Lalu aku pilih buku di urutan atas. Yup, aku mulai mencicil baca dari buku-buku dengan jumlah halaman paling sedikit (< 200 halaman).

Dengan begini aku merasa lebih adil terhadap buku-buku yang belum kubaca. Lagi pula cara ini boleh jadi cukup logis untuk membantuku mencapai target baca tahun ini, ya gak sih? Baiklah, berikut rekap buku bacaanku selama periode bulan Mei dan Juni 2021.

Hannibal Rising karya Thomas Harris


Jilid keempat dari serial Hannibal Lecter milik Thomas Harris. Novel ini bercerita tentang masa kecil Hannibal Lecter dan bagaimana akhirnya ia bisa menjelma menjadi seorang yang berbahaya a.k.a pembunuh sadis nan jenius.

Setelah perang mereda, Robert Lecter, pamannya mengasuh Hannibal. Usianya kala itu masih tiga belas tahun. Istrinya yaitu Lady Murasaki melanjutkan perannya setelah Robert berpulang. Sedikit banyak Hannibal terpapar dengan budaya Jepang. Nuansa negeri sakura tersebut juga memberi warna yang lumayan banyak pada novel ini.

Menurut Inspektur Popil, Hannibal kecil sebenarnya telah mati bersama kepergian Mischa, adik perempuannya yang gagal ia lindungi. Yang tersisa setelahnya adalah sesuatu yang lain. Saat kehidupan Hannibal kembali bersinggungan dengan para pembunuh Mischa, Hannibal tidak bisa tinggal diam.

Aku lumayan menikmati buku ini meski pernah lebih dulu menonton layar lebarnya. Menyusuri jiwa dan pikiran Hannibal saat masih kanak-kanak hingga remaja dapat menjadi selingan setelah puas menengok tingkah polahnya di penjara Baltimore ataupun ketika telah melarikan diri dari tahanan. Buku ini melengkapi tiga buku sebelumnya.

Dawuk: Kisah Kelabu Rumbuk Randu karya Mahfud Ikhwan


Novel ini telah lama berada di timbunan. Telat dibaca bukan karena kurang yakin dengan isinya. Lah, novel ini peraih Kusala Sastra Khatulistiwa 2017. Bukan juga karena sampulnya sebab desain dan warna sampulnya terlihat padu. Alasannya sepele: segelnya sangat rapi sehingga aku segan untuk membukanya. #loveit :D

Dawuk dibuka dengan kehebohan yang ditimbulkan Warto Kemplung di warung Bu Siti. Nama aslinya Anwar Tohari, namun berubah menjadi Warto si Pembual yang suka rokok dan kopi gratisan. Dia akan membual sebagai gantinya.

Pengunjung warung kopi lain sudah mulai enggan mendengarkan bualannya hingga dia bercerita tentang Mat Dawuk. Pemuda buruk rupa yang garang, dengan nasib yang tak jauh berbeda. Apa yang terjadi dengan Mat Dawuk?

Nama sebenarnya Muhammad Dawud, namun penduduk desa Rumbuk Randu menjulukinya demikian. Anak buruk rupa yang sepanjang hidup hanya dicintai oleh dua orang: kakek dan istrinya.

Dawuk cucu mbah Dulawi yang sakti. Namun si Embah pergi ke hutan dan tidak kembali lagi. Hidupnya terlantar, berkeliaran di kuburan dan hutan. Sebelum tewas tertabrak bus, Bapaknya sendiri tidak mau mengurusnya.

Seperti banyak penduduk Rumbuk Randu lainnya, Dawuk menjadi TKI di Malaysia. Di satu sisi, ia lumayan ditakuti karena tidak segan berkelahi bahkan membunuh lawannya. Dawuk memiliki ilmu bela diri yang bagus. Disisi lain, ia penggemar film dan lagu india.

Di antara semua ironi yang mampir di kehidupannya, menikah dengan Inayatun, kembang desa Rumbuk Randu adalah yang paling tidak masuk akal. Namun Tuhan menganugerahkan cinta diantara mereka yang tumbuh saat sama-sama di Malaysia. Dan dari sini kisah kelabu dari yang kelabu harus ditanggung Dawuk.

Novel ini sangat menarik meski tipis (182 halaman). Tergolong sastra namun tidak susah dipahami. Bahasanya tidak sepenuhnya lugas, namun masih sangat bisa diikuti. Novel ini jelas disisipi unsur kearifan lokal. Beberapa bagian terasa miris, mencekam, penuh laga hingga ada pula yang membuat pembaca geram. Beberapa bagian sisanya diselingi humor dan dendang lagu india. Singkatnya, ini novel yang membekas di benak. Tidak perlu ragu untuk menikmati kelincahan Mahfud Ikhwan bercerita. 

Penutup

Meski masih jauh dari target baca tahunan, aku pribadi lumayan merasa senang karena berhasil juga membaca minimal dua buku di bulan ini. Mudah-mudahan bulan berikutnya bisa meningkat. Biar timbunan makin tipis dan bisa belanja buku lagi tanpa merasa bersalah. :D (semoga penutup postingan ini tidak terasa terlalu singkat ataupun mendadak setelah intro panjang di bagian pembuka-nya, haha)

Comments

  1. Duuuh buku hannibal itu sbnrnya aku pengen cari semua seri mba :). Aku ga nonton filmnya tp aku tau lumayan sadis. Nah utk film2 yg begitu, aku LBH suka baca buku aja, Krn ga terlalu visual banget utk dibayangin :D. Sayang masih belum Nemu nih set komplitnya.

    Buku yg kedua kayaknya menarik juga . Tp utk sastra begitu, walopun aku terkadang baca, tp memang bukan favorit :D. Aku LBH suka genre buku thriller misteri sih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hallo kak fanny. Sorry telat banget respon komen kaka. 🙆

      Iyaa kalau terlalu sadis visual di film, aku juga sering gak kuat. Kalau baca bukunya, bisa lebih bebas nentukan kadar gore nya ya kak. Kebetulan nonton Hannibal Rising di tv. Udah banyak lah sensor nya haha

      Semoga segera ketemu kak. Mungkin sulit ditemuin karna serial Hannibal Lecter ini sudah lumayan "berumur" 😄

      Yang buku kedua agak miris karena isu yang diangkat boleh jadi ditemui di kehidupan sekitar.

      Dawuk lumayan asik buat jadi selingan kak kalau lagi pengen cari suasana baru di luar genre favorit.

      Delete
    2. Iya mba, Krn baca lebih detil review ttg dawuk di tulisan mba yg terbaru, kok ya malah JD tertarik. Mungkin Krn LBH detil tadi yaaa.

      Sebenernya kangen juga baca buku2 sastra kayak zaman sekolah dulu. Sebelumnya aku kira sastra itu bakal bosenin, tapi toh ga juga. Walo memang kdg kendala bahasa yg suka bikin bingung :p. Tapi masih bisalaaah untuk dimengerti :D

      Delete
    3. Haha iya kak. Aku awalnya penasaran karena Dawuk ini peraih penghargaan gitu kan. Rupanya asik dan menyentuh nurani.

      Sama kak. Kenalan sama buku-buku sastra dari perpus sekolah. Biasanya bukunya juga tipis-tipis. Aku ingat beberapa judul seperti Layar Terkembang, Robohnya Surau Kami, dll. Cuma alur ceritanya sudah gak terlalu ingat lagi, samar-samar.

      Kesannya sastra itu bikin mikir. Kalau kulihat-lihat, makin kesini, bahasanya lumayan lugas dan enak dicerna. Oh mungkin tergantung penulisnya juga kali ya kak. Gaya bahasa masing-masing penulis berbeda-beda sih. Ditunggu ulasan Dawuk di IG kalau nanti kak Fanny udah baca. :D

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

7 Alasan Memilih dan Membeli Buku Bacaan

[Review] The Silmarillion by J.R.R Tolkien – Sebuah riwayat yang panjang

[Review] Cewek Paling Badung di Sekolah by Enid Blyton – Asal mula Elizabeth dikirim ke Whyteleafe