Serial The Monstrumologist by Rick Yancey

created by using canva

Book Series - Aku merasa senang dan lega karena akhirnya dapat menuntaskan serial ini. Senang karena tidak perlu penasaran akan alur ceritanya. Aku sering membaca serial yang terpotong di tengah jalan, biasanya dikarenakan buku-bukunya belum ada di rak bukuku, hehe. Lalu aku merasa lega karena semua buku yang masuk ke dalam serial ini bisa kukoleksi tepat waktunya. Jadi semua sampulnya seragam mulai dari corak warna hingga corak ilustrasinya. #yaiy 

Sekilas tentang Serial The Monstrumologist

Serial ini terdiri atas empat buku yaitu The Monstrumologist, The Curse of the Wendigo, The Isle of Blood, dan The Final Descent. Dari judul-judul tersebut mungkin sudah terasa ada aura menyeramkan yang bergulir. Ditambah lagi jika melihat dari sampulnya yang berwarna hitam kelam dipadu warna merah (yang boleh jadi merupakan simbol darah), bisa ditebak buku fiksi ini bergenre horor.

Akan tetapi bukan hantu ataupun makhluk supranatural lainnya yang dibahas. Tema yang diangkat oleh serial ini adalah “monster”. Dr. Pellinore Warthop adalah salah satu tokoh utama di serial ini. Dia merupakan doktor di bidang ilmu pengetahuan alam yang menyimpang (atau semacam itu, aku lupa, hehe). Intinya dia adalah seorang ahli monster; mempunyai passion yang tinggi terhadap makhluk mengerikan namun bukan hantu seperti ya, monster. Dia memiliki gelar keilmuan di bidang tersebut. Uniknya dia tidak sendirian. Ada The Monstrumologist lainnya, bahkan mereka membentuk perkumpulan/organisasi sendiri. 

Dr. Warthop memiliki asisten kecil bernama Will Henry. Semua kisah yang ada di serial ini berasal dari bundelan jurnal yang Will Henry tulis. Di masa tuanya, dia telah dirawat di sebuah panti karena tidak mempunyai sanak saudara. Ketika meninggal, bundelan jurnal ini dibaca oleh si narator tanpa nama. Kisah kehidupannya selama menjadi asisten Dr. Warthop yang sarat dengan “perburuan” sangat tidak lazim memang untuk anak berusia 12 tahun. Terlebih perlakuan Warthop yang gila kerja itu, duh, menyedihkan. Namun, silakan baca langsung ya, karena kompleks sekali hubungan antara doktor dan asistennya ini. 

Waktu itu berputar, tidak linear. Inilah rahasia-rahasianya. Inilah rahasia-rahasianya. Inilah rahasia-rahasianya: Ya Nak, monster itu nyata. 

Tentang Monster-monster di Serial ini

Karena serial ini berkisah tentang monster, mari kita lihat satu per satu monster yang mendiami setiap bukunya. Di buku pertama, monster yang dibahas memang berwujud monster bernama Anthropophagus. Monster yang ini termasuk menyeramkan karena memiliki deretan gigi tajam, mulut yang lebar, dan pastinya karnivora. Intinya masih berupa tipikal monster pada umumnya. Sementara itu di buku kedua, monsternya agak berbeda, bernama Wendigo. Menurutku di buku kedua ini ada pertentangan apakah Wendigo memang memiliki wujud ataukah sejenis roh halus atau hanya sebuah mitos/tahyul. Aku juga bingung, mungkin aku perlu baca ulang, hehe. 

Kemudian buku ketiga menghadirkan, ya, bisa dibilang monster namun ini benar-benar (secara positif) di luar ekspektasiku. Aku tidak bisa bilang karena akan spoiler (haha, padahal di ulasannya sudah kusebutkan monsternya apa). Akan tetapi buku ketiga (The Isle of Blood) adalah favoritku dari serial ini. Terakhir di buku keempat, monsternya memiliki wujud namun bukan wujud khayalan (hint: sejenis hewan purba). Monster di buku keempat ini bukanlah fokus utama cerita. Tampaknya di buku terakhir ini, penulis mengajak kita untuk berpikir ulang mengenai makhluk mana yang sebenarnya menyimpang atau dengan kata lain siapa yang sebenarnya monster; mungkinkah manusia yang sebenarnya spesies menyimpang itu? 

Poin Menarik dari Serial The Monstrumologist

Menurutku salah satu keunikan dari serial ini adalah keterkaitannya dengan dunia nyata. Rick Yancey seolah mengaburkan batas dari jawaban untuk pertanyaan: apakah monster itu memang ada? Seingatku (aku tidak mengecek ulang saat menulis postingan ini) di setiap halaman awal buku-buku di serial ini, ada semacam kliping dari koran atau karya tulis resmi lainnya yang sekilas mengabarkan soal makhluk tersebut. 

Contoh paling mudah bisa kita lihat di buku kedua dan ketiga. Pada buku kedua, dari judulnya saja, Rick mengangkat kisah tentang Wendigo. Jika kita coba googling Wendigo maka akan muncul deretan referensi dari berbagai situs terkait makhluk tersebut. Sama halnya dengan buku ketiga. Pembaca dapat mencari tahu tentang Socorta—pulau yang di buku ini dijuluki sebagai Pulau Darah. Pulau yang terletak di negara Yaman ini bisa dibilang terisolasi dari dunia luar dan menjadi misterius karena ada banyak jenis tumbuhan dan hewan endemik di sana. Silakan cek Google, ya, kalau penasaran dengan pulau tersebut. Intinya, menurutku itulah salah satu keunikan dari serial ini. 

Kesimpulan

Secara keseluruhan, The Monstrumologist merupakan serial yang menarik untuk dinikmati terlebih jika kamu pecinta horor. Ada keseruan dan ketegangan sendiri saat mengikuti kisah hidup Will Henry dan doktor terkasihnya. Mungkin serial ini kurang menarik jika kamu merasa keberatan membaca banyak metafora yang bertaburan di dalamnya. Pastinya ini bukan bacaan yang cocok untuk anak-anak karena kisah hidup Will Henry dan keseharian Dr. Pellinore Warthop jauh dari kesan normal, malah cenderung suram dan ironis. Silakan dicoba jika penasaran dan ingin membaca novel horor namun tidak berkaitan dengan makhluk halus. 

Average rating: 3.7/5 (liked it) 
The Monstrumologist series: 

Comments

  1. Selama ini baru nemu bukunya paling tentang sihir, hantu, vampire dan baru kali ini tau ada yang mengangkat tentang monster. Tiba-tiba keinget bukunya Lockwood&co karena sepertinya vibesnya mirip meskipun jauh berbeda ya yang dihadapi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kebetulan ini buku Rick Yancey pertama yg kubaca mba dan lgsg ketemu yg monster gini. Nah, mungkin lah ada kemiripan dgn Lockwood &Co (cuma aku beloem baca series itu, huhu). The Monstrumologist ini menurutku rada gelap/gloomy gitu juga sih mba.

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

7 Alasan Memilih dan Membeli Buku Bacaan

[Review] The Silmarillion by J.R.R Tolkien – Sebuah riwayat yang panjang

[Review] Cewek Paling Badung di Sekolah by Enid Blyton – Asal mula Elizabeth dikirim ke Whyteleafe