[Review] The Final Descent by Rick Yancey

Siapakah monsternya dan spesies mana yang seharusnya kita sebut menyimpang?


Judul asli: The Final Descent
Judul terjemahan: Turunan Terakhir
Pengarang: Rick Yance
Penerjemah: Nadya Andwiani
Editor: Bayu Anangga
Desain sampul: Olvyanda Ariesta
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit: April, 2019
Tebal buku: 344 halaman
Format: Paperback
Genre: Fiksi, Thriller
ISBN: 9786020624198

Menguras emosi dan memutarbalikkan persepsi. Itulah frasa yang boleh jadi cukup menggambarkan apa yang dirasakan saat menuntaskan buku ini. Di dalamnya ada kemelut yang gelap. Ada pergolakan batin dan perubahan karakter yang cukup signifikan. Meski lebih tipis dari “teman-temannya” (344 halaman), buku ini lebih rumit dan menjebak.

Tiga jurnal terakhir Will Henry yang terangkum di dalam The Final Descent, ditampilkan melalui periode waktu yang acak. Pertama dari sisi saat ini, Will Henry dewasa berusia sekitar 30 tahunan yang kembali menemui Dr. Warthrop di kediamannya. Kedua, dari sisi remajanya saat berusia enam belas tahun (tiga tahun jaraknya dari petualangan mereka di Pulau Darah), termasuk beberapa bulan saat kedatangan spesies bernama T. cerrejonensis di Harington Lane. Terakhir, ada sisi berupa “suara” Will kecil yang pertama kali bertemu Dr. Warthop. Pada bagian awal buku, telah ada halaman yang menerangkan bahwa tiga jurnal terakhir ini memang cukup merepotkan dalam penyusunannya dan terasa semakin ganjil.

Akhir mereka awalku. Waktu terjalin berkelindan.

Setelah berhasil mendapatkan spesies terakhir T. cerrejonensis, Dr. Warthop akan menampilkannya dalam kongres tahunan Monstrumolog. Spesies tersebut tersimpan di dalam Monstrumarium. Tampak aman namun ternyata berhasil dicuri oleh sebuah sindikat kejahatan. Will berusaha keras memburunya kembali sambil melindungi doktornya.

Perlahan tapi pasti, ada banyak teka-teki yang terungkap. Bukan hanya mengenai kasus T. cerrejonensis saja, melainkan sesuatu tentang hubungan emosi antara Will Henry dan Dr. Warthop. Termasuk sisipan kisah “romantis” dirinya dengan Lily Bates. Jika dikaitkan dengan judulnya, membaca buku ini memang ibarat masuk ke dalam ruangan bawah tanah yang gelap. Berjalan perlahan menuruni tangga-tangga curam di dalamnya. Hingga akhirnya sampai di turunan terakhir untuk melihat makhluk apa yang menunggu di dasarnya. Semakin lama membaca, semakin banyak kegelapan yang terangkat.

Di atas segala yang dirasakan ketika dan setelah membaca The Final Descent, aku merasa lega karena berhasil menuntaskan seri ini. Dimulai sejak 2017 lalu. Seharusnya dapat selesai di 2019, namun saat itu aku sedang memiliki jarak dengan dunia baca-tulis. Diantara kerumitan, plot twist yang mengaduk-aduk perasaan, hingga ending yang masih memunculkan misteri, aku merasa senang karena baik Will Henry dan Dr. Pellinore Warthrop telah memiliki akhirnya masing-masing. Begitu pula dengan sang narator di dalam buku dan penulis dari dunia yang kutinggali ini telah mencapai kesimpulannya masing-masing. Ah, masih banyak seri fiksi lainnya yang ingin kunikmati. Bisa dipastikan The Monstrumologist menjadi salah satu yang membekas kuat di ingatan.

Waktu itu berputar, tidak linear. Inilah rahasia-rahasianya.Inilah rahasia-rahasianya. Inilah rahasia-rahasianya: Ya Nak, monster itu nyata.

Rating: (3.8/5) liked it
The Monstrumologist series:
#4 The Final Descent

Comments

Popular posts from this blog

7 Alasan Memilih dan Membeli Buku Bacaan

[Review] The Silmarillion by J.R.R Tolkien – Sebuah riwayat yang panjang

[Review] Cewek Paling Badung di Sekolah by Enid Blyton – Asal mula Elizabeth dikirim ke Whyteleafe