Serial Hannibal Lecter karya Thomas Harris
Sesuai dengan judulnya, serial ini mengangkat Hannibal Lecter sebagai (salah satu) tokoh utama sekaligus benang merah. Thomas Harris membuat Lecter menjadi karakter antagonis yang terkenal. Sosoknya menawan (jenius, good looking, bahkan kaya). Status sebagai korban perang dan mengalami trauma mendalam, bagaimanapun Lecter tetaplah juga seorang pembunuh berantai sadis.
Kisah tentang Lecter dikemas ke dalam empat buku antara lain Red Dragon, The Silence of the Lambs, Hannibal, dan Hannibal Rising. Boleh dibilang tiga buku pertama masih saling bertautan. Sementara buku terakhir (Hannibal Rising) lebih bersifat prequel, bercerita tentang kehidupan Lecter di masa kecil hingga remaja, dengan latar waktu yang jauh sebelum tiga buku pertamanya.
Genre dari Serial Hannibal Lecter
Menilik dari Goodreads, serial ini dapat digolongkan ke dalam genre thriller, crime, dan suspense. Pembaca tidak diajak untuk menebak sebab sosok antagonis (baik Lecter dan pembunuh berantai lainnya yang diangkat dalam cerita Red Dragon & The Silence of the Lambs) telah diperkenalkan oleh penulis. Ini membuat pembaca menjadi waspada akan apa yang akan dilakukan antagonis alih alih menebak siapa (whodunit).
Di sisi lain keterlibatan FBI (dan dibahas lumayan dalam) boleh jadi mencerminkan unsur kriminalitas pada serial ini. Belum lagi profil serta limpahan adegan sadis yang dilakukan oleh Lecter dan pembunuh berantai lainnya: Red Dragon dan Buffalo Bill melengkapi perasaan ngeri yang tercipta saat menikmati buku-buku di serial ini. Alur cerita pun dibuat cepat (terutama di dua buku pertama) membuat jantung pembaca berdegup cepat.
Buku Favorit dari Serial Hannibal Lecter
Jika ditanya buku favorit dari serial ini, menurutku jawabannya ada pada dua buku pertamanya. Ini sedikit ironis sebab peran Lecter hanya melalui jeruji penjara saja. Namun entah bagaimana, keterlibatan Lecter saat Jack Crawford dan Clarice Starling menyusun profil pembunuh berantai lainnya lumayan intens. Kualitas sosok Lecter yang ditulis pada paragraf pertama postingan ini terasa kuat, mengancam.
Saat membaca buku ketiga dan keempat yang notabene berfokus pada Lecter semata, karakternya terasa goyah. Terutama buku ketiga (berjudul Hannibal) dimana FBI kembali memburu Lecter yang berhasil lolos dari penjara, membacanya terasa lambat, lama, sedikit monoton. Beberapa adegan seperti dipaksakan/berlebihan dan tidak begitu menegangkan (meskipun adegan dengan hewan ternak monster itu lumayan mengerikan).
Entah apa penyebabnya. Apakah mungkin karena jeda membacaku yang terlalu jauh (sekitar tiga tahun) antara dua buku pertama dan dua buku terakhir sehingga kesan kuat yang tertinggal menguap. Atau memang benar ada peralihan suasana di antara buku-buku tersebut?
Keunikan dari Serial Hannibal Lecter
Lebih lanjut, menurutku ada beberapa hal lainnya yang menarik dari serial ini. (Untuk saat ini) mari kita sebut saja (meski mungkin belum tepat) sebagai sebuah “keunikan”. Setelah menuntaskan serial ini, aku menemukan keunikan yang lumayan sering dimunculkan dalam keempat bukunya. Salah satunya berkaitan dengan karya seni.
Lecter merupakan keturunan bangsawan. Selain jenius, ia juga digambarkan memiliki cita rasa yang tinggi terutama dalam hal seni. Pada buku-buku di serial Hannibal, pembaca akan terpapar dengan beragam kesenian dan karya seni, terutama lukisan.
Apakah si empunya cerita a.k.a Thomas Harris memang penikmat seni terutama lukisan klasik? Atau kesan tersebut memang harus ditampilkan lantaran kegemaran Lecter si tokoh utama pada hal tersebut? Aku tidak menyelami Google untuk mencari jawabannya. Jika pembaca blog ini ada yang tahu, ditunggu komentarnya, ya. :D
Serial Hannibal Lecter dibaca secara berurutan atau boleh acak?
Omong-omong, aku memulai seri ini melalui buku kedua yaitu The Silence of the Lambs. Sempat ragu karena melompati buku pertama, namun pada akhirnya tetap aku baca saja. Hasilnya tidak seperti yang diduga. Ternyata tidak masalah melompati buku pertama alias langsung tancap gas ke buku kedua sebab bahasan dan pola pengisahannya masih mirip meski alurnya bergerak maju.
Akan tetapi menurutku jangan langsung melompat ke buku ketiga. Apa yang terjadi pada buku ketiga (Hannibal) lumayan berkaitan dengan dua buku sebelumnya. Lagipula buku ketiga ini boleh dibilang sebagai penutup serial ini. Para karakter di dua buku sebelumnya akan dimunculkan dan menemui “akhir” mereka. Rasanya bakal aneh mengetahui bagaimana Harris mengakhiri karakternya tanpa tahu peran apa yang mereka lakukan sebelumnya.
Sementara untuk buku keempat (Hannibal Rising), menurutku lebih bebas lagi. Mau dimulai paling duluan pun tidak apa. Sebab ini merupakan prequel dan tidak ada poin yang terlalu berhubungan dengan alur kisah serta karakter di tiga buku lainnya, kecuali karakter Lecter itu sendiri. Kebetulan pula sebelum menikmati versi buku, aku lebih dulu menonton adaptasi layar lebarnya yang mengangkat kisah Hannibal Rising. Dan sejauh yang kurasakan, itu tidak masalah.
Kesimpulan
Secara keseluruhan aku lumayan menikmati serial ini. Thomas Harris telah menciptakan sebuah karakter antagonis yang kuat dan lumayan fenomenal. Dua buku pertama (Red Dragon dan The Silence of the Lambs) sangat aku rekomendasikan jika kalian termasuk pembaca thriller & crime. Kedua buku tersebut memiliki pace yang cukup cepat ditambah limpahan adegan gore yang lumayan intens.
Jika sudah klik dengan karakter Lecter ataupun jalinan kisah yang ditenun oleh Harris, silahkan genapi dengan membaca dua buku berikutnya (Hannibal & Hannibal Rising). Saranku dibaca ketika memang punya waktu luang atau ketika stok bacaan menipis saja. Sebab dua buku terakhir ini agak “berbeda” dari dua buku sebelumnya (menurutku).
Penutup
Demikian rangkuman serial Hannibal Lecter. Bagaimanapun aku pribadi merasa lega telah menuntaskan semua buku pada serial ini. Serial selanjutnya yang ingin kubahas adalah Inkworld karya Cornelia Funke. Belum tahu kapan waktunya sebab sampai saat ini buku-buku tersebut masih berdiam di lemari dengan nomor antrian yang lumayan jauh. :D
Average Rating: 4.4 (really liked it)
Hannibal Lecter Series:
Comments
Post a Comment