[Review] The Silence of the Lambs by Thomas Harris – Domba, Ngengat, dan Buffalo
“Setahuku tidak ada cara yang ampuh,
kecuali tekad untuk mencapai tujuan.” - Starling
sumber |
Judul asli: The
Silence of the Lambs
Judul terjemahan:
Domba-domba Telah Membisu
Seri: Hannibal Lecter
#2
Pengarang: Thomas Harris
Penerbit: Gramedia
Pustaka Utama
Terbit: Juni, 2013
(Cetakan ketiga)
Tebal buku: 480 halaman
Format: Paperback
Genre: Mysteri;
Thriller
ISBN:
978-979-22-9075-2
Aku tidak
langsung melihat buku ini ketika itu. Hanya dua buku terakhirnya (buku ke-3 dan
ke-4) yang jatuh ke depan mataku. Terimakasih sebelumnya untuk Ez yang telah
menghadiahi buku ini di awal Februari kemarin sebagai hadiah ulang tahun
untukku. Dan karena Ez tidak yakin untuk membeli hadiah ini sendirian, dia
mengajakku. Haha, cukup heboh waktu itu. Sewaktu melihat dua buku terakhir
itu, aku meminta Ez untuk googling. Ternyata seri pertama dari Hannibal Lecter itu berjudul Red Dragon, dan barulah The Silence of
the Lambs (TSotL) ini sebagai seri keduanya. Aku lalu memintanya untuk membantu
mencari Red Dragon. Dan yang ketemu ternyata TSotL ini.
Tweet pertama ttg TSotL | #BBILagiBaca |
Tidak
masalah langsung melompat ke buku kedua. Cerita di dalamnya masih bisa berdiri
sendiri. Tokoh Hannibal Lecter-lah yang menjadi benang merah di setiap seri. Di
seri ini, penulis masih memberikan deskripsi mengenai Hannibal yang lengkap.
Pembaca kurasa bisa menangkap jika Dokter satu ini memang super jenius dan
super gila. Kebetulan pula, aku sudah pernah menonton salah satu versi filmnya
yang berjudul Hannibal Lecter (sepertinya film yang kutonton ini diangkat dari
seri keempat yaitu Hannibal Rising).
Jadi setidaknya aku punya basic yang
cukup tentang si Dokter. Meski demikian aku cukup penasaran dengan Red Dragon. Apalagi
ketika membaca paragraf terakhir di halaman 16.
“…. Masih ingat Red Dragon? Lecter
menghasut Francis Dolarhyde untuk mengincar Will dan keluarganya. Muka Will
sekarang mirip lukisan Picasso, gara-gara Lecter. ….” (hal. 16)
The Silence
of the Lambs berkisah tentang Clarice Starling, yang tengah dalam pendidikan
untuk menjadi agen FBI. Pengetahuannya di psikologi dan forensik serta
nilai-nilainya yang cemerlang membuat Jack Crawford—kepala seksi Ilmu Perilaku
memberinya tugas baru dan menantang. Pihak FBI, khususnya seksi Ilmu Perilaku
sedang mencoba membuat database dari profil orang-orang yang terlibat dengan
kasus pembunuhan berantai. Tidak ada cukup orang untuk dimintai bantuan dan
Jack pun meminta Starling untuk melakukannya. Starling diminta untuk menemui
Dr. Hannibal Lecter yang tengah dirawat di rumah sakit jiwa di daerah Baltimore
(hehe, aku lupa nama RSJ-nya). Lecter mendiami sel dengan tingkat pengawasan
maksimum. Dokter sekaligus psikiater yang diketahui telah membunuh sembilan
orang ini juga memperoleh perlakuan “khusus”. Gangguan kejiwaan yang Lecter
derita membuatnya tidak bisa disiksa secara fisik. Hanya kebosanan yang dapat
menyiksanya.
Konflik di TSotL | #BBILagiBaca |
Lecter
berhasil memancing keingintahuan Starling tentang kasus pembunuhan berantai
yang juga kini tengah ditangani Jack. Buffalo Bill adalah julukan untuk
pelakunya. Dia membunuh dengan keji yaitu dengan menguliti tubuh korbannya yang
semuanya adalah wanita. Lecter rupanya tahu cukup banyak tentangnya. Namun
tidak mudah tentunya untuk mengorek informasi dari seorang Lecter. Dia suka
“bermain-main” dan malah menyelami kondisi kejiwaan Starling. Apakah Starling
berhasil mendapatkan informasi yang diinginkannya? Atau Lecter akan bosan
dengannya lalu mencelakai Starling? Hmm… :D
Dari
cuplikan di atas, kisah di buku ini termasuk jenis thriller atau suspense. Pace-nya cukup cepat. Mungkin ini trik
agar suspense-nya lebih berasa, kali,
ya. Ada banyak hal yang menegangkan. Jangankan deskripsi tentang perlakuan
Buffalo Bill terhadap para korbannya, membaca deskripsi tentang Clarice pertama
kali bertemu dengan Lecter saja sudah bikin dag dig dug. Apalagi, Harris memang
sudah menakut-nakuti kita dengan mengungkit apa yang dilakukan Lecter kepada
Will (agen FBI yang telah ditugaskan lebih dulu dari Clarice untuk bertemu
dengan Lecter). Pun dengan adegan-adegan sadis lainnya yang diceritakan dengan
apik. Aku seolah melihat adegan itu di depan mata dan menjadi takut. Huwwaa…
“Para dokter berhasil menyelamatkan sebelah
mata juru rawat itu. sepanjang kejadian itu, Lecter tetap dimonitor oleh
alat-alat pemantau. Dia mematahkan rahang si juru rawat agar dapat menjangkau
lidahnya. Denyut nadi Lecter tak lebih dari delapan lima, bahkan ketika dia
menelan lidah wanita itu.” (hal. 24)
Riset,
riset, dan riset. Bisa kusimpulkan penulisnya melakukan banyak riset yang
berkaitan dengan isi buku. Ada banyak fakta semisal tentang psikologi manusia,
penanganan kasus di FBI, uji forensik terhadap mayat, hingga penyamakan kulit,
dan lain-lain. Semua ditangani dengan manis, sarat logika namun tidak
menggurui. Menurutku ini poin plus dan layak menjadi contoh untuk yang ingin
menulis novel dan memerlukan fakta pendukung.
Bicara soal
penampilan, ada sesuatu yang “manis” dari covernya. Haha, aku teringat dengan
iklan salah satu produk susu encer di tivi. Iklan tersebut menggunakan animasi
Naga. Sementara gambar di kalengnya Beruang dan tentu saja isinya susu Sapi,
haha. Nah, kalau buku ini, di judulnya menggunakan kata Lambs atau Domba-domba. Sementara covernya menggunakan gambar
Ngengat dan isinya kebanyakan tentang “Buffalo” Bill. Namun, covernya menarik.
Bisa kita lihat di ngengat tersebut ada gambar tengkoraknya. Di buku ini tentu
ada penjelasan mengenai jenis ngengat ini. Mungkin kalau kulihat ngengat tersebut
di dunia nyata, boleh jadi aku akan langsung teringat dengan buku ini.
Cover TSotL | #BBILagiBaca |
Sebelum
menutup review ini, ada satu hal menarik lain yang ingin kuceritakan yaitu
mengenai karakter. Ada beberapa karakter utama di buku ini selain Clarice.
Mereka antara lain Lecter, Jack, dan Buffalo Bill. Diantara para karakter
tersebut, Harris memberikan ide yang menarik mengenai konsep kejahatan dan
kegilaan. Setiap karakter memiliki kedua hal itu di dalam dirinya meski
kadarnya berbeda-beda. Kita bisa melihat secara kasat mata bahwa Clarice dan
Jack bisa digolongkan ke dalam protagonis. Mereka memang terlihat baik-baik
saja, namun jauh di dalam benaknya, mereka memiliki kecendrungan memiliki
“kegilaan”. Jack berusaha menata mentalnya saat dirinya dihadapi dengan kasus
Bill, istrinya yang terbaring koma, serta masa pensiunnya yang datang
menjelang. Di lain pihak, Starling memiliki masa kecil yang sulit, dan seperti
judul buku ini, Starling mempunyai ingatan menyedihkan mengenai anak-anak domba
dan kuda kesayangannya.
Karakter di TSotL | #BBILagiBaca |
Di lain
pihak, sudah tentu kita bisa menganggap Lecter dan Bill memiliki kadar kegilaan
yang tinggi dan cenderung menjadi jahat atau antagonis. Lecter sendiri jika
ditelusuri merupakan korban dari tragedi di masa kecilnya. Begitu pula dengan
Bill. Kegilaan atau gangguan mental yang membuat mereka menjadi pelaku
kejahatan. Dan seolah membuat suatu perbandingan yang menarik, penulis
menceritakan kepada kita tentang seorang karakter lagi yang tidak terlalu dominan namun cenderung lebih jahat daripada Lecter dan Bill. Ketika membaca tentang
karakter ini, aku yakin setiap orang akan merasa geram, kesal, dan tidak suka.
Ya, terkadang orang yang memiliki kesehatan mental yang baik, namun dengan
sengaja melakukan kejahatan dengan sadar dan itu demi kepuasaan diri sendiri,
bisa dikategorikan lebih jahat dan lebih gila daripada mereka yang memang
memiliki gangguan kejiwaan.
Paling tidak, dua jurnal ilmiah menjelaskan
bahwa masa kecil yang tidak bahagia itulah yang menyebabkan ia membunuh wanita
di basement-nya untuk mengambil kulit mereka. Kata-kata gila dan jahat tidak
muncul dalam kedua artikel tersebut. (hal. 463)
Meski ada
beberapa typo (bahkan sejak halaman pertama, hehe) namun bagiku buku ini
menarik. Bikin deg-degan dan penasaran. Aku takut tapi sekaligus ingin tahu
kelanjutannya. Ketika sampai di akhir buku, ada twist yang tak terduga. Aku
sempat lompat beberapa halaman karena adegannya bikin jantungku berdegub lebih
cepat. Aku ingin segera tahu apakah Starling baik-baik saja, hehe. Ya, itulah
enaknya baca buku, kita bisa meloncat ke halaman selanjutnya dan membaca
bagaimana adegan yang menegangkan itu berlalu. Aku jadi yakin untuk membaca
seri selanjutnya. Bagi kalian yang suka thriller, tidak boleh melewatkan buku
ini, ya. :D
Tweet terakhir ttg TSotL | #BBILagiBaca |
Rating: (5/5) it was amazing
Hannibal Lecter series by Thomas Harris:
#2 The Silence of the Lambs
Submitted to:
Wow, sudah 4 tahun saya punya buku ini dan belum berani membacanya. Ok, masuk daftar baca segera.
ReplyDeleteSamaaa....dulu sampai bela2in ngumpulin serial ini, tapi masih betah di rak to-read.
DeleteTapi bisa jadi karena udah pernah nonton filmnya juga...
Masdi: Wah kebalikan kita mas. Kemarin aku yg belum baca Unwind. Coba aja baca Mas. :D
DeleteMba Desty: Sudah terkumpul semua ya Mba? Wah..envy.. XD
buku ini keren bangeeeet.... beneran bisa bikin deg2an parah hehe.. aku malah nonton filmnya dulu (jaman smp kali) dan waktu baca bukunya memang jadi kebayang adegan2 seremnya si anthony hopkins hehe...
ReplyDeleteSetujuu..bikin deg2an Mba..Iyya pelemnya sdh jadoel skrg dan ada beberapa tapi cuma baru satu pelem sih yg baru aku tonton. Makasii sdh mampir Mba Astrid. :D
Delete