Review Hannibal karya Thomas Harris

"Memang sulit dan tidak enak mengetahui bahwa seseorang dapat memahami tanpa menyukaimu." - Starling


Judul: Hannibal
Seri: Hannibal Lecter #3
Pengarang: Thomas Harris
Alih bahasa: Joko Raswono
Desain sampul: Eduard Iwan Mangopang
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Cetakan ketiga, Juni 2013
Tebal buku: 664 halaman
Format: Paperback
Genre: Thriller, Crime
ISBN: 978-979-22-9459-0

Aku telah berniat untuk menyelesaikan tumpukan bacaan di rumah Jambi. Termasuk di dalamnya serial Hannibal Lecter yang terdiri dari empat buku. Dua buku pertamanya telah selesai kubaca sekitar tiga tahun yang lalu. Sementara Hannibal adalah buku ketiga dalam serial ini.

Sesuai dengan judulnya, buku ketiga ini lebih banyak bercerita tentang sepak terjang Lecter setelah "bebas" alias melarikan diri dari penjara RS Baltimore khusus untuk kriminal penderita gangguan jiwa. Apa saja yang akan dilakukan oleh seorang dokter psikopat/sosiopat jenius yang bercita rasa tinggi ini? Di negara manakah dia akan menikmati napas kebebasannya? Intinya, di buku ini Lecter menjadi pusat cerita sekaligus seorang penjahat paling diburu.

Lebih lanjut, selama tujuh tahun kebebasannya tersebut, hidup Lecter akhirnya terusik dengan gangguan seorang pria super kaya raya yang juga memiliki riwayat penyakit jiwa. Dia merupakan korban Lecter yang berhasil selamat. Memiliki predikat sebagai korban Lecter tentu membuatnya tidak lagi memiliki tubuh yang utuh.

Multi jutawan ini memerlukan dukungan peralatan medis khusus dan seorang perawat pribadi untuk menyokong hidupnya. Meski demikian, kondisi tersebut tidak menghalanginya untuk memburu Lecter dan merancang rencana balas dendam sadis terhadapnya.

Di sisi lain, peran Starling sebagai penyidik FBI lebih dominan di sini. Sementara Jack Crawford (atasannya) tidak tampak menonjol. Jack diujung masa pensiunnya tidak lagi terlalu aktif maupun terlihat berambisi untuk menangkap Lecter kembali. Tampaknya ada juga pembaca yang menyayangkan hal ini.

Aku pribadi tidak merasa terganggu. Buku ketiga ini di mataku lebih terlihat sebagai sebuah penutup (mengingat buku keempatnya boleh jadi lebih cocok sebagai prequel). Intinya (menurutku) di dalam Hannibal, para karakter mayor yang pernah muncul di buku-buku sebelumnya mendapatkan "akhir" masing-masing. Jika Crawford harus berakhir demikian, yaa..baiqlah. :')

Apakah perburuan terhadap Lecter berhasil? Bagaimana penulis akan mengakhiri buku ini?

Menurutku Lecter telah digambarkan sebagai seorang serial killer yang jenius sekaligus menawan sehingga pasti tidak akan mudah untuk membuatnya terbunuh. Kemampuannya mengendalikan pikiran orang lain sekaligus pikirannya sendiri sangat baik. Akan janggal jika Lecter diakhiri dengan depresi lalu bunuh diri. Sementara mengembalikannya ke penjara tampaknya juga bukan ide yang menarik.

Rasa penasaran akan nasib Lecter memunculkan masa-masa dimana aku merasa tidak sabar, sangat ingin tahu bagaimana penulis mengakhirinya. Namun ternyata rasa penasaran tersebut masih bisa dibendung. Aku masih bisa menunggu dengan sabar. Aku berhasil membaca secara berurutan tanpa melompat langsung ke halaman terakhir.

Jika harus membandingkan dengan dua buku sebelumnya, buku ketiga ini menurutku tidak terlalu terasa menegangkan. Padahal disini pembaca dapat melihat bagaimana Lecter beraksi melakukan pembunuhan secara langsung.

Justeru menurutku Red Dragon dan The Silence of the Lambs membuat sosok Lecter lebih memukau meski hanya beraksi dari balik jeruji. Di kedua buku tersebut, aku juga merasa alur ceritanya lebih greget sekaligus menggugah empati. Limpahan adegan sadis di kedua buku tersebut pernah berhasil membuatku melompati beberapa halaman demi mencari tahu apakah seseorang berhasil selamat.

Apakah jeda tiga tahun telah membuat sosok Lecter di kepalaku memudar? Atau memang demikian buku ini terasa. Entahlah. :D

Meski demikian buku ini masih punya "keindahannya" sendiri. Ada dua hal yang menarik. Aku tidak akan menjelaskan secara rinci. Kata kuncinya adalah istana ingatan Lecter dan Barney, hehe.

Pada kenyataannya tak ada konsensus dalam komunitas psikiatri bahwa Dr. Lecter harus dimasukkan dalam kategori Manusia. Telah lama ia dipandang oleh kolega-kolega profesionalnya dalam psikiatri sebagai sesuatu yang sama sekali Lain. Banyak di antara mereka yang takut akan komentar tajamnya di majalah profesional. Demi mudahnya, mereka menamakannya "monster". - hlm.192

Sebenarnya ada beberapa hal lain yang ingin kubagikan mengenai buku setebal 664 halaman ini. Telah ditandai pula halaman yang terkait. Namun aku sudah kepalang ingin membaca buku lainnya. Jadi ya, kucukupkan ulasan/review dari Hannibal di sini saja. :D

Secara keseluruhan, Hannibal lumayan menarik. Pembaca diajak melihat Lecter lebih dekat. Kualitas diri Lecter dan keterangan tentang asal usul keluarganya (hampir lupa aku menyebutkan ini) meliputi sebagian besar isi buku. Pengetahuan pembaca akan kehidupan "para elit/bangsawan" terutama dalam bidang seni boleh jadi bertambah setelah menikmati buku ini.

Dari segi kisah atau alur cerita, buku ini boleh jadi merupakan sebuah titik puncak pertempuran "melawan" Lecter. Oh ya, aku merasa menemukan lebih banyak typo disini daripada di dua buku sebelumnya. Mengenai akhir yang penulis tetapkan terutama untuk Lecter, menurutku tidak masalah karena memang sepertinya itu bukan hal yang mudah untuk ditentukan.

Singkatnya, buku ini cocok dibaca terutama jika kamu memang penikmat bacaan bertema thriller, sekaligus penggemar serial Hannibal Lecter serta terkesan dengan kejeniusannya.

Rating: 3,7/5 (i liked it)
Hannibal Lecter series by Thomas Harris
#3 Hannibal

Kutipan menarik dari buku ini:
Yang menggerogoti dirimu adalah godaan untuk sependapat dengan para pengecammu, guna memperoleh persetujuan mereka. - hlm.44

"Menurutku mudah sekali menyalahartikan pemahaman dengan empati. Kita semua menghendaki empati. Mungkin belajar membuat perbedaan itu adalah bagian dari proses menjadi dewasa. Memang sulit dan tidak enak mengetahui bahwa seseorang dapat memahami tanpa menyukaimu. Yang paling buruk adalah bila pemahaman hanya digunakan sebagai alat pemangsa. - hlm.72

Saat itu ia adalah bintang yang sedang menanjak, yang macet di tengah jalan ke atas. - hlm.75

Kematian dan bahaya tidak harus datang dalam bentuk yang tampak jelas dari luar. Bisa saja mereka datang dalam napas manis orang yang kaucintai. - hlm.114

Comments

  1. Waaah, aku penyuka thriller bangetttt. Pernah nonton sih film ttg Hannibal ini, dan merinding. Aku ga kebayang kalo baca bukunya yg pasti
    lebih dtil.

    Ntr mau cari ah. Jd ini buku seri ya mba. Dulu aku pikir hannibal ini kisah nyata, tp ternyata hanya rekaan yaa. Penulisnya keren sih, bisa bener2 ngaduk emosi pembaca bangettt

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hallo kak Fanny. Aku belum pernah nonton Hannibal yg Anthony Hopkins. Tapi lihat cuplikannya di yutub memang bikin merinding.

      Iya kak ini buku seri. Baca berurutan aja kak dari buku pertama yang judulnya Red Dragon. Biar lebih enak ngikutin seri ini.

      Delete
  2. Replies
    1. Sama-sama kak. Bisa jadi alternatif bacaan di kala senggang. 😊

      Delete
  3. Udah lama banget pengin baca buku ini kakk. Nunggu ada di iPusnas tapi belom dimasukkin juga :(

    Terima kasih kak Rizki buat ulasannya, sedikitnya aku jadi tau gambaran cerita di buku ini seperti apa 😊

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oalah..semoga bisa segera baca ya reka. Ini buku emang udah lama banget. :D

      Delete
  4. akhirnya tamat juga, yeaaaayyyy.... tinggal filmnya nih, hehehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hallo kak eka. Aku baru cek blog. Ternyata kak eka komen disini juga.

      Iya kak. Tinggal filmnya lagi. Kepengen nonton cuma masih takut terlalu visual darah2 sama sadisnya haha.

      Btw suka dgn konsep blog kak eka yg ini. Black & white gitu. :D

      Delete
  5. Kenalan sama Hanibal justru dari filmnya dulu. Terus, baru tau kalau diangkat dari novel. Eh, malah kenalan sama Hanibal dari buku yang ke-2 yang Silence of the Lamb. Dan belum nemu lagi buku lainnya. So far suka banget sama ceritanya. Bikin mules karena tegang

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lah, sama donk Alena haha.

      Tapi kenalan pertama sama Hannibal muda alias yg di film Hannibal Rising. Bukan hannibal yg diperankan sama Hopkins.

      Terus baca bukunya juga dari yang Silence. Baru dari situ baca yg Red Dragon (buku pertama).

      Lompat2 baca bukunya tapi masih bisa nyambung sih. Tapi kalau bisa baca secara berurutan lebih enak kaenya. :D

      Delete
  6. Halo kak, apakah benar di novel ini Clarice starling dan hannibal akhirnya memiliki hubungan "khusus" (pacaran)? Maaf agak oot pertanyaannya, soalnya saya belum baca bukunya dan difilm mereka digambarkan tidak memiliki hubungan khusus. (Walaupun hannibal sangat terlihat memperlakukan starling dengan istimewa di film)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sepertinya iya. Mereka jadi punya hubungan spesial gitu. Di buku ini mereka hidup bersama sih dan ada adegan dansa bareng juga. Entah jika bisa dibilang pacaran ya sebab hubungan ini terbentuk karena si Hannibal memanipulasi otak Starling. Di satu sisi, Starling juga mengingatkan Hannibal dengan Mischa adiknya itu. Ya begitulah. :D

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

7 Alasan Memilih dan Membeli Buku Bacaan

[Review] The Silmarillion by J.R.R Tolkien – Sebuah riwayat yang panjang

[Review] Cewek Paling Badung di Sekolah by Enid Blyton – Asal mula Elizabeth dikirim ke Whyteleafe