Review Cerita Hantu Klasik disusun oleh Vic Parker

Bukankah sudah kubilang kalau yang kau kira kegilaan sesungguhnya hanya indra-indra yang terlalu peka – Aku di cerita Jantung Pembongkar Rahasia (The Tell-Tale Heart)


Judul asli: Classic Ghost Stories
Judul terjemahan: Cerita Hantu Klasik
Disusun oleh: Vic Parker
Alih bahasa: Dono Sunardi, Barokah Ruziati, Marcalais Fransisca
Penyunting: Denis Agung
Redesain: Yanyan Wijaya
Penerbit: Bhuana Ilmu Populer (BIP)
Terbit: 2013
Tebal buku: 532 halaman
ISBN 10: 602-249-270-X
ISBN 13: 978-602-249-270-2

Apa bisa dibilang kebetulan ya karena ini sama sekali tidak direncanakan. Buku pertama yang kubaca di tahun 2020 adalah kumpulan cerpen karya Tom Hanks berjudul Uncommon Type. Sementara Cerita Hantu Klasik adalah buku terakhir yang dibaca tahun lalu. Buku bergenre horor ini juga terdiri dari kumpulan cerita. Jadi secara kebetulan aku mengawali dan mengakhiri 2020 dengan membaca sebuah antologi, hehe.

Cerita Hantu Klasik sendiri bukan ditulis oleh Vic Parker. Buku ini merupakan seri terjemahan dari kumpulan cerita bertema hantu/horor dari banyak pengarang klasik seperti Edgar Allan Poe, Oscar Wilde, Mary Shelley dll. Total ada 35 cerita yang kemudian dibagi ke dalam empat bagian sesuai dengan tema ceritanya. Bagian-bagian tersebut antara lain: Kuburan, Hantu, Makhluk Terkutuk, dan Arwah Gentayangan.

Membaca kumpulan cerita ini menyenangkan. Cerita klasik terakhir yang kubaca adalah The Happy Prince and other Tales karya Oscar Wilde. Itu kubaca di tahun 2018. Jadi lumayan bersemangat untuk menikmati buku ini.

Antologi ini kunikmati secara berurutan. Aku mulai membaca dari tema Kuburan lalu ke tema-tema selanjutnya. Masing-masing tema/bagian terdiri dari 8-9 judul cerita. Beberapa cerita terasa tanggung, seperti ada lanjutannya lagi. Setelah selesai hampir ++300 halaman, aku baru menyadari kalau di bagian bawah judul cerita di buku ini ada yang bertanda "cuplikan". Dengan kata lain (menurutku) memang bukan cerita lengkapnya yang disajikan.

Jujur aku kurang menikmati cerita pertama dari tema Kuburan. Judulnya Pencuri Mayat karya Robert Louis Stevenson. Kurang nyaman saja membacanya. Mungkin karena sudah lama tidak bersentuhan dengan cerita klasik jadinya perlu sedikit adaptasi dengan pemilihan kata dsb. Atau bisa juga berkaitan dengan mood saat membaca buku tersebut. Yang mana aku sudah tidak ingat lagi secara detail peristiwa apa yang terjadi di hari pertama aku membaca buku ini. Jarak antara selesai baca dan menulis ulasannya cukup jauh, hihi.

Salah satu cerita di bagian Kuburan ditulis oleh Edgar Allan Poe dan ini entah kali kedua atau ketiga aku membaca alur kisah yang sama tapi dengan gaya terjemahan yang berbeda. Oh ya ada dua cerita yang paling kusuka dari bagian ini yaitu Runtuhnya Rumah Keluarga Usher karya Edgar Allan Poe dan Makam tak Berdasar karya Ambrose Bierce.

Tema Hantu terdiri dari sembilan cerita klasik. Sesuai nama temanya, cerita-cerita di bagian ini melibatkan hantu di dalamnya. Ada satu cerita di sini yang menjadi favoritku yaitu Hantu Canterville karangan Oscar Wilde. Cerita hantunya anti-mainstream (menurutku). Membaca cerita ini jadi tertawa bukannya takut. Meski demikian pengarangnya tetap bercerita secara ‘elegan’. Cerita ini memiliki tanda “cuplikan”. Walaupun begitu ceritanya masih tetap menarik dan lumayan panjang (24 halaman).

Makhluk Terkutuk adalah tema cerita bagian ketiga. Sesuai judulnya, bagian ini berisi cerita horor tentang makhluk aneh, bukan hantu tetapi makhluk yang sama menyeramkannya. Beberapa makhluk terkutuk di buku ini lumayan terkenal seperti Dr. Jekyll dan Mr. Hyde; Frankenstein; Drakula; Mumi, dll.

Bagian keempat sekaligus bagian terakhir dari buku ini memuat cerita yang berkaitan dengan Arwah Gentayangan—tentang orang-orang yang telah mati namun ‘mengganggu’ yang masih hidup. Menurutku hampir keseluruhan cerita di bagian terakhir ini terasa horornya alias terasa menakutkan. Entah aku yang terbawa suasana kali, ya. Rasa takut ini muncul dari alur ceritanya yang juga menarik. Membuat penasaran dan pembaca jadi menerka-nerka apa yang akan terjdi kepada tokoh utama. Tampaknya inilah kelebihan dari bagian keempat. Biar cerita-cerita di buku ini semakin membekas di benak pembaca. :D

Jika ditanya bagian favoritku yang mana, tentu saja bagian terakhir jawabannya (Arwah Gentayangan). Aku merasa berdebar saat membaca bagian ini (menegangkan). Menurutku sesuai dengan tujuan cerita horor yaitu menciptakan misteri yang bikin takut pembaca sekaligus merasa penasaran.

Berdasarkan catatan di Goodreads, buku ini kuselesaikan selama dua minggu lebih. Lama ya? Bukan karena bukunya yang tidak bagus. Waktu bacaku saja yang saat itu banyak jedanya. Bisa disimpulkan kalau buku ini menarik dan cerita-cerita klasik yang dipilih juga pasti ada pertimbangannya (bukan dipilih secara acak). Oh ya buku ini juga dilengkapi dengan ilustrasi berwarna dan juga hardcover. Jadi, secara keseluruhan isi serta tampilannya tidak mengecewakan. Silakan dicoba terutama jika tertarik dengan cerita klasik terutama yang bertema horor.

Rating: 3.7/5 (liked it)

Comments

  1. Genre kesukaan aku nih, sayang bukunya gak ada di Gramedia Digital. Plus ada ilustrasi berwarna yang memanjakan mata. Dimasukin ke wishlist bookdepository dulu aja sekarang mah,hehe.

    Baca resensi ini bikin aku ngebayangin kisah yang ditulis Allan Edgar Poe, sepertinya kelam, hehehe. Soalnya puisi bikinannya juga kelam.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ini aku nemu bukunya juga dibagian diskon kak. Tahun 2019. Waktu itu main ke tokbuk yg uda mau tutup. Ada diskonan buku ini. Termasuk kk, sudah dua org yg bilang pengen buku ini ke aku. Smoga dapet ya kak.

      Iya kelam. Apalagi Poe sering pake "aku" sebagai tokoh utamanya. Jadi makin dapat feel-nya seolah-olah langsung mengalami. Haha.

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

7 Alasan Memilih dan Membeli Buku Bacaan

[Review] The Silmarillion by J.R.R Tolkien – Sebuah riwayat yang panjang

[Review] Cewek Paling Badung di Sekolah by Enid Blyton – Asal mula Elizabeth dikirim ke Whyteleafe