[Review] The Happy Prince and other Tales by Oscar Wilde – Tujuh kisah dalam satu buku
"Travel improves the mind wonderfully, and does away with all one's prejudice." - Little Squib
Judul:
The
Happy Prince and other Tales
Pengarang:
Oscar
Wilde
Editor:
Nina Andiana
Desain
sampul: Staven Andersen
Penerbit:
Gramedia Pustaka Utama
Terbit:
Cetakan pertama, 2017
Tebal
buku: 136 halaman
Format:
Paperback
Genre:
Classic
ISBN:
978-602-03-3563-6
Tahun 2017 lalu, penerbit Gramedia
Pustaka Utama mulai mengeluarkan seri English
Classics dari beragam penulis. Seri pertama yang keluar ada empat buku. The Happy Prince and other Tales
(THPaoT) adalah salah satunya. Selain punya yang ini, aku hanya punya satu lagi
yaitu Daddy-Long-Legs karya Jean
Webster. Ada keinginan mengoleksi seri klasik lainnya. Sudah ada 12 buku, kalau
tidak salah yang Gramedia terbitkan.
Mengapa memilih karya Oscar Wilde?
Sederhana. Aku belum pernah membaca karya beliau. The Picture of Dorian Gray adalah salah satu karyanya yang pernah
kudengar dan menarik perhatianku tentunya. Namun aku baru menikmatinya melalui
film. Jadi, ya, agak penasaran dengan tulisan Wilde lainnya. Apakah akan tragis
seperti punya Dickens? Atau penuh drama dan prasangka seperti punya Austen? Aku
yakin, mereka masing-masing punya ciri khas.
THPaoT terdiri dari tujuh cerita pendek.
The Happy Prince adalah kisah pertama
atau pembuka. Lalu The Birthday of the
Infanta adalah kisah terakhir sekaligus yang paling panjang diantara kisah
lainnya. Jika ditanya apa kisah favoritku, umm untuk saat ini adalah The Selfish Giant. Sepertinya kisah itu
berbeda dengan yang lain terutama dari segi endingnya. Jauh lebih nyaman dan
bahagia, hehe. Mau tahu tentang kisah-kisah pendek di dalam buku ini? Yuk,
mari, aku akan ceritakan secara singkat satu per satu.
The
Happy Prince
Kisah ini tentang sebuah patung
“Pangeran Bahagia” dan seekor burung layang-layang (swallow). Mereka berdua
banyak membantu orang-orang yang kurang mampu dan kesusahan menghadapi musim
dingin. Bagaimana caranya dan apa saja yang terjadi selanjutnya, silakan baca
langsung, ya.
The
Nightingale and the Rose
Ini kisah tentang burung Nightingale
(bulbul) yang mencoba membantu seorang Student (pelajar) mencari mawar merah
untuk diberikan kepada seseorang yang ingin diajaknya berdansa. Dan kisah ini
perih alias memilukan. Endingnya
kembali bikin gregetan.
The
Selfish Giant
Kisah tentang raksasa yang mempunyai
halaman yang luas namun pelit. Suatu kali seorang anak kecil datang dan ingin
bermain di halamannya. Dan ini kisah favoritku di buku ini. Endingnya mengharukan namun bikin damai.
The
Devoted Friend
Salah satu kisah yang tidak kutamatkan.
Ini kisah tentang Hans dan Miller yang bersahabat namun mereka memaknai
persahabatan dengan cara masing-masing. Dan aku tidak tahan bagaimana Hans yang
polos terus “dimintai bantuan” oleh Miller yang “aneh”. Bukan tipikal orang
yang ingin kutemui di dunia ini. Huft.
The
Remarkable Rocket
Di sini tokoh utamanya adalah sebuah
roket atau kembang api. Dia sombong dan terlalu banyak mengoceh. Ada banyak,
sih, kutipan yang menggelitik karena punya makna yang dalam mengenai ocehan dan
sifat si Roket ini. Silakan baca langsung, ya.
The
Sphinx without a Secret
Kali ini tokohnya adalah manusia.
Sepasang sahabat berjumpa dan salah satu diantaranya tampak berbeda seperti
menanggung beban. Kalau menurutku ini kisah tentang seseorang yang egois dan
tidak sensitif. Menilai banyak hal dari prasangka dan logika. Tidak
mendengarkan kata hatinya. Duh, intinya ada Lady Alroy yang malang.
The
Birthday of the Infanta
Seorang Putri dan Badut kerajaan. Ada
kesombongan dan ada yang sulit menerima kenyataan karena keterkejutan.
Rasa-rasanya kisah ini mengingatkan aku dengan satu kisah lain. Entah punya Edgar Allan Poe atau punya siapa, ya?
Itu, lho, yang ada badut kerajaan marah dan kecewa sehingga membakar kain-kain
penghias ruangan istana yang saat itu sedang dipenuhi tamu-tamu kerajaan yang
datang untuk berpesta. Ada yang tahu?
Setelah kupikir-pikir #halah sepertinya
kisah yang Oscar Wilde tulis di buku ini kebanyakan berupa fable atau hewan dan tumbuhan yang mampu berbicara seperti manusia.
Selain itu ada juga benda mati seperti patung dan roket yang tidak hanya
berbicara melainkan juga memiliki sifat-sifat seperti manusia. Apa, ya,
istilahnya? Mungkin metafora, pengandaian. Dan melalui tokoh-tokoh seperti
itulah Oscar menuturkan kisahnya yang juga mengandung filosofi. Oscar seperti
memberikan tokoh-tokohnya perasaan sehingga kita bisa larut dan turut sedih misalnya
melihat sang Pangeran (The Happy Prince) dan si burung layang-layang (Swallow).
Jika Dickens menulis banyak tentang
kehidupan sosial yang timpang dan keserakahan serta hidup yang tragis,
tampaknya Oscar banyak berpusat kepada perasaan dan pengorbanan. Perasaannya
tentu tidak hanya cinta. Jika pun cinta, maka yang sifatnya lebih universal dalam
artian seperti kasih sayang. Jadi bukan hanya cinta antara lelaki dan
perempuan. Kisah yang ditulisnya sendiri tidak kalah tragis dengan Dickens,
hehe. Oleh karenanya aku tidak bisa menamatkan The Devoted Friend karena terlalu “gemes” dengan Miller. Dan hanya The Selfish Giant yang sejauh ini kusuka
karena endingnya bisa dibilang
bahagia.
Oh, ya, seperti yang telah tertera
sebelumnya, ini adalah seri English
Classic, tidak diterjemahkan. Dan syukurlah tidak sesusah yang aku pikirkan
sebelumnya. Aku bisa menikmatinya dan kata-kata yang digunakan tidak sangat
menyulitkan untuk dipahami.
Buku ini merupakan perkenalan yang baik
dengan karya-karya Oscar Wilde. Semoga kali berikutnya bisa membaca kisah
Dorian Gray. Meski bisa menerka bagaimana jalan ceritanya, namun tetap aku
ingin merasakan sensasi membaca karya Oscar yang paling terkenal itu. Apa kamu
suka bacaan klasik juga? Lagi baca buku klasik apa? Share, donk, di kolom
komentar, ya. Selamat membaca buku, kawan. :D
Rating:
(3/5) liked it
Comments
Post a Comment