Serial Winnie-the-Pooh by A.A. Milne

Saat Noura Books mengeluarkan seri buku Winnie-the-Pooh, buku-buku tersebut langsung masuk ke dalam daftar buku yang kuinginkan (wishlist book). Alhamdulillah wishlist ini pun terwujud meski baru selesai kubaca setelah terlewat tiga tahun dari waktu terbitnya. #duh 

Mengapa menyukai serial ini 

Ada beberapa alasan mengapa serial ini masuk ke dalam deretan buku inceranku. Alasan pertama dan mungkin sentimental, aku sudah menyukai karakter Pooh dan teman-temannya sejak kecil. Aku dan adikku senang mengoleksi kertas file/binder (dulu sebutannya begitu, hihi) yang bertemakan karakter di cerita Winnie-the-Pooh. Begitu pula dengan aneka barang yang bertema demikian. 

Alasan kedua aku belum pernah membaca ataupun menonton langsung tentang apa sih sebenarnya Winnie the Pooh ini. Bagaimana karakter mereka sebenarnya dan apa yang mungkin membuat banyak sekali anak-anak menyukai beruang cokelat penyuka madu berbaju merah ini serta teman-temannya. Jadi melalui serial ini, aku merasa dapat menemukan dan menikmati kisah mereka. 

Sementara alasan ketiga adalah packaging dari buku ini. Halamannya berwarna dan hard cover. Ilustrasi dari E.H. Shepard sangat menarik. Ilustrasi yang berwarna membuat betah membaca buku ini sekaligus memudahkan pembaca untuk memvisualisasikan suasana Hutan Seratus Ekar begitu pula dengan wujud serta tingkah polah Pooh, Piglet, Rabbit, dan teman-tamannya. 

Jumlah buku dalam serial ini 

Aku tidak tahu pasti sebenarnya ada berapa buku dalam serial ini. Awalnya kukira hanya dua buku saja (Winnie-the-Pooh dan The House at Pooh Corner). Kisah Pooh pun tampak berakhir di The House at Pooh Corner bab kesepuluh dimana Christopher seperti mengucapkan selamat tinggal kepada Pooh. Hingga suatu kali aku melihat gambar ini di Pinterest. Tampaknya ada empat buku. Ya, mungkin seharusnya aku menyelidiki ini. But..maybe not today, haha. Jika pembaca Bukulova ada yang tahu mengenai hal ini, silakan share di kolom komentar, ya. Atau kapan nanti aku temukan jawabannya (tsaahh..) aku akan update postingan ini. Untuk sementara marilah kita fokus kepada dua buku dulu. :D 

sumber Pinterest

Tentang dua buku Pooh yang telah kubaca 

Kedua buku ini (Winnie-the-Pooh dan The House at Pooh Corner) masing-masing memiliki ketebalan ±200 halaman. Jadi, bisa dituntaskan dengan sekali duduk. Setiap buku terdiri dari sepuluh bab. Masing-masing bab memuat satu cerita tentang keseharian Pooh dan teman-temannya di Hutan Seratus Ekar. Dari cerita-cerita tersebut dapat terlihat karakter masing-masing tokoh. Misalnya karakter Pooh yang menyukai madu dan suka mengarang lagu, Piglet yang pemalu, Eeyore yang sinis dan pesimis, Rabbit yang cerewet, dll. 


Sebelum membaca bab-bab tersebut, kita akan bertemu dengan katakanlah “halaman pembuka”. Pada buku pertama (Winnie-the-Pooh) halaman pembukanya berjudul Introduksi. Halaman tersebut berisi perkenalan dengan sang karakter utama dan perihal asal usulnya. Sementara itu, The House at Pooh Corner dilengkapi dengan halaman pembuka yang mengesankan kalau ini buku terakhir tentang Pooh. Halaman tersebut diberi judul Kontradiksi. 

Dibaca secara berurutan atau acak?

Kedua buku ini bisa saja dibaca secara tidak berurutan. Apalagi kalau pembaca sebelumnya sudah mengenal Pooh dan teman-temannya dengan baik. Namun mengingat “halaman pembuka” tadi, ada baiknya dibaca berurutan. Ditambah pula, di buku pertama (Winnie-the-Pooh), Pooh dan teman-teman kedatangan Kanga dan Roo sebagai penghuni baru di Hutan Seratus Ekar. Sementara di buku selanjutnya (The House at Pooh Corner), mereka kedatangan Tigger yang membal dan karakter Tigger ini langsung akrab dengan Roo. Jadi menurutku jika dibaca secara berurutan akan terasa lebih menarik. 

Kesimpulan

Baiklah secara keseluruhan tentulah aku menyukai serial ini. Kedua buku dalam serial ini sama-sama menarik meski tampaknya penulis menggunakan pola kisah yang mirip pada keduanya. Dan setelah melihat gambar di Pinterest tadi, aku berharap semoga bisa membaca buku-buku Pooh lainnya yang ditulis oleh A.A. Milne. Entah itu nanti versi terjemahannya ataupun versi aslinya. :D 

“Tidak perlu terburu-buru. Kita akan sampai di sana suatu hari nanti.” Namun, semua aliran sungai kecil di Hutan pergi ke sana kemari, terburu-buru, penuh semangat, mencari sebanyak-banyaknya pengetahuan sebelum terlambat. (The House at Pooh Corner - hlm. 96) 

Average rating: 4/5 (really liked it) 
Winnie-the-Pooh series: 

Comments

  1. Ya ampunnn aku meskipun tau dengan karakter Winnie the Pooh tapi aku gak terlalu tau cerita sesungguhnya yang mereka alami. Berarti ini semacam novel ya jatuhnya? Aku kira buku ini tuh kumpulan cerita loh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kumpulan cerita kak isinya. Cuma kalau dilihat2, ada poin yang saling berhubungan gitu antara buku pertama dan kedua, hehe. Kalau mau mengenal lebih jauh Pooh dkk, cuss dicoba serial ini. :D

      Delete
  2. Halo kak, ini pertama kalinya aku berkunjung ke blog buku Lova. Ternyata kita sama, suka sama buku pooh juga. Kalau kakak ada waktu boleh mampir ke blog aku. Kita saling follow. Salam kenal ya, kak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo desti. Iyya pooh ntu salah satu bagian masa dari masa kecil yg gak terlupakan hehe.

      Oya, salam kenal ya. Terimakasih sudah berkunjung kemari. Semoga betah. Nanti bakal mampir ke blog desti. :D

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

7 Alasan Memilih dan Membeli Buku Bacaan

[Review] The Silmarillion by J.R.R Tolkien – Sebuah riwayat yang panjang

[Review] Cewek Paling Badung di Sekolah by Enid Blyton – Asal mula Elizabeth dikirim ke Whyteleafe