[Review] Fade (Pudar) by Lisa McMann – Ini Lebih Serius
Kau harus memutuskannya sendiri. Tolong
jangan letakkan tanggung jawab itu di pundak orang lain. Itu hanya akan
menyiksa mereka.” – Martha Stubin
gambar diambil dari sini |
Judul: Pudar
Judul asli: Fade
Series: Dream Catcher #2
Series: Dream Catcher #2
Pengarang: Lisa McMann
Penerbit: Gramedia Pustaka
Utama
Tahun terbit: April,
2010
Tebal buku: 264
halaman
ISBN:
978-979-22-5584-3
Setelah
selesai membaca Wake (bagian pertama dari trilogi ini), aku langsung mengambil Fade.
Apalagi alasannya jika bukan ingin melihat tingkah Cabel di kelanjutan seri ini.
Haha, labil banget, ya? Tetapi tentu saja, aku juga ingin melihat tantangan selanjutnya
yang akan dihadapi oleh Janie perihal kemampuannya dalam menangkap mimpi.
Ketika
membaca seperempat halaman dari buku ini, aku bisa menebak mengapa buku ini
berjudul Fade (pudar). Ya, ini adalah efek dari kekuatan yang Janie miliki.
Perlahan penglihatannya menjadi kabur. Butuh waktu lama baginya untuk bisa
melihat kembali setelah tersedot ke mimpi orang lain. Dan Cabe semakin gila
mengkhawatirkan Janie.
But fellas,
Cabe di sini tidak terlalu charming lagi, haha. Memang dia begitu
mengkhawatirkan dan tulus menyayangi Janie namun sikapnya malah cenderung
menjadi posesif dan cemburuan. Agak mengecewakan namun dia punya alasan
sendiri yang terkait dengan masa lalunya sehingga dia jadi bertingkah seperti
itu.
Baiklah,
singkat cerita, Kapten Fran Komisky memberikan tugas baru untuk Cabe dan
terutama Janie (jika dia bersedia). Tugas tersebut adalah mengungkap kasus
pelecehan di Fieldridge High, tempat Janie dan Cabe sekolah. Diduga ada guru yang
melakukan pelecehan terhadap para murid. Namun informasinya masih samar dan
baru sebatas kecurigaan. Di sini, Janie akan jadi umpan dan Cabe jelly se-jelly-nya
(read: jealous, cemburu). Bukan karena Janie mendapat tugas, namun dia takut
kehilangan Janie dan melihat Janie berdekatan dengan cowok lain. Dan hal
tersebut hampir membuatnya gila.
Selain
tentang kisah detektif sederhana tersebut, Janie pun semakin mengetahui kekuatan
apa yang bersarang di dirinya selama ini. Kapten menyerahkan arsip Martha
Stubin kepada Janie. Ya, sebelumnya Martha memang bekerja di kepolisian dan
Kapten sudah tidak asing dengan seseorang yang mempunyai kemampuan menangkap
mimpi. Dan melalui arsip serta buku catatan yang Martha tuliskan, Janie
mendapatkan berita gembira sekaligus mimpi buruk.
Membaca
Fade mungkin memang tidak semeriah membaca Wake. Namun alur serta gaya
penceritaan yang Lisa McMann pakai masih sama. berbentuk semacam jurnal dengan
penanda berupa tanggal dan jam. Kisah ini sedikit lebih kompleks dan aku turut
prihatin dengan Janie yang merasa begitu kelelahan dan butuh waktu lebih lama
untuk bisa kembali melihat dengan normal sehabis masuk ke dalam mimpi orang
lain. Penggambaran Janie yang jarinya kebas, lalu sakit kepala serta memudarnya
penglihatan yang dia memiliki mengingatkanku dengan gangguan tidur bernama
sleep paralysis. Ada yang pernah mengalaminya? Aku pernah dan cukup
intens kala itu. Membaca deskripsi tersebut turut membuatku ikutan sakit
kepala. Well played, Lisa! Well played.
Tidak
banyak quote yang bisa kukutip dari buku ini. Entah mungkin karena aku yang
membacanya terlalu cepat atau aku yang memang terlalu tenggelam dan malas
membuat beberapa catatan sebagaimana biasa jika aku membaca buku yang nantinya
akan kuulas. Namun masih ada pesan moral yang baik yang mungkin ingin Lisa
sampaikan kepada pembacanya. Pesan (yang berhasil kutangkap) tersebut cukup
implisit.
Pesan
pertama, memang tidak ada manusia yang sempurna. Haha, ya, ya, lagi-lagi fokus
kepada Cabe. Memang cowok itu baik, perhatian, dan bertubuh sehat, namun
dibalik itu dia bisa menjadi monster seandainya tidak dapat menahan diri. Ya,
semua itu berasal dari trauma masa lalu yang pernah dia hadapi. Beruntung dia
mempunyai kemampuan untuk keluar dari hal tersebut dan dia masih mempunyai
kakak yang mau mengurusi dan membesarkannya.
Pesan
kedua, hmm, kira-kira seperti ini: kamu tidak akan tahu bagaimana rasanya
hingga kamu mengalaminya sendiri. Ya, seperti Janie yang merana melihat Cabe
yang dulu harus mendekati Shay demi membongkar kasus narkoba di sekolah
tersebut. Kali ini Cabe yang harus melihat Janie didekati dan harus mendekati
salah seorang guru di sekolah tersebut. Guru tersebut masih muda dan ya, guru
yang tampan. Cabe hampir gila menghadapi hal itu dan berulangkali meminta Janie
untuk mundur dari kasus tersebut. Ya, you should walk on their shoes and feel
it.
Bisa
dibilang, Fade mengubah Wake yang semula ringan dan asik menjadi lebih serius.
Namun aku masih merasa enjoy membacanya. Haha, begitu enjoy-nya, kutamatkan
buku ini dalam waktu sehari. Ya, packaging buku ini sangat membantu sekali.
Kertas yang digunakan tebal dan terang. Spasi dan ukuran huruf di buku ini pun
sedang sehingga tidak terlalu menyakiti mata. Plus di setiap buku ada pembatas
yang tebal dan menarik. Haha, ya, aku memang pecinta bonus pembatas buku.
Baiklah,
kurasa hari ini aku akan mulai membaca Gone (Tiada), buku terakhir dari trilogi
ini. Lucu itu jika aku bisa menamatkan Gone dalam waktu sehari seperti menamatkan
Wake dan Fade. Lucu, karena bisa dibilang aku bisa menamatkan 600 halaman dalam
waktu tiga hari. Sementara ada buku 500an halaman lainnya yang butuh seminggu
lebih untuk menamatkannya. Haha, ya, mungkin kembali lagi ke konten bukunya.
Oke, sepertinya
tidak ada lagi poin lainnya yang menarik untuk dibahas. Sekian untuk ulasan kali ini. Mudah-mudahan bermanfaat. :)
“Aku mencintaimu. Aku akan berusaha tidak
menyakitimu lagi. Aku tahu aku pasti gagal. Tapi aku akan terus berusaha,
selama kau mengizinkanku.” Cabe – hal. 85
Comments
Post a Comment