[Review] Gone (Tiada) by Lisa McMann – Penutup yang mengaduk Perasaan
Ada hal-hal yang justru lebih mudah jika
dilakukan sendirian.
Judul: Tiada
Judul asli: Gone
Series: Dream Catcher #3
Series: Dream Catcher #3
Pengarang: Lisa McMann
Penerbit: Gramedia
Pustaka Utama
Tahun terbit:
Oktober, 2010
Tebal buku: 216
halaman
ISBN:
978-979-22-6286-5
Hore! Berhasil menyelesaika Gone (Tiada) bagian ketiga dari trilogi Dream Catcher. Dan buku
seri terakhir ini lebih serius dan benar-benar mengaduk perasaan. Baik itu,
perasaan kesal, perasaan gemas, juga sedih. Aku sampai dua kali menangis ketika
menuju akhir dari kisah di buku Gone ini.
Melalui
buku ini, Janie bertemu dengan ayahnya dalam kondisi koma dan sekarat di rumah
sakit. Dan terungkap pula darimana dia bisa mendapatkan kekuatan sekaligus
kutukan: tersedot ke dalam mimpi seseorang. Janie kalut bagaimana memutuskan
langkah yang diambil untuk masa depannya. Dia berhadapan dengan Morton's Fork
alias buah simalakama. Apapun yang dipilih, masing-masing membawa konsekuensi
yang tidak menyenangkan.
Apa kabar
Cabel? Haha, cowok itu masih memukau. Namun lebih memukau ayahnya Janie, Henry
Fiengold. Oke, memukau dalam urusan cinta. Haha, baiklah sedikit spoiler, Henry
tidak tahu jika dia memiliki anak dari "cinta sejati seumur hidupnya"
yaitu Dorothea, Ibu Janie. Bagaimana dia begitu mencintai Dottie (nama
panggilan Dorothea) hingga akhir hayatnya itu sesuatu, hehe.
Dan aku
benar-benar gemas bercampur kesal, salah satunya, melihat tingkah Dorothea. Dia
benar-benar digambarkan sebagai ibu yang kurang bertanggungjawab. Oke, mungkin itu sedikit keras.
Dia seharusnya mendapatkan pertolongan. Depresi yang berujung kepada alkohol,
membuatnya bertukar peran dengan Janie. Ya, Janie lebih mirip ibu untuk
Dorothea. Seandainya Dorothea lebih tegar dan melanjutkan hidup. Bukan
tenggelam meminum vodka setiap hari yang bisa membuat livernya membusuk.
Ketika membaca awal mula buku ini, bagian ucapan terimakasih, Lisa (pengarang) sepertinya memang sengaja memasukkan unsur orangtua pemabuk dan
efeknya kepada anak-anak mereka. Seperti ayah Cabel yang telah membakarnya
sewaktu kecil. Lalu Ibu Janie yang mengabaikannya dan membuatnya super mandiri.
Ya, Lisa mengajak siapapun di luar sana yang mengalami masalah yang sama,
mampir ke situs al-anon.alateen.org. Hmm, aku tidak mengecek situs tersebut,
hanya jika ada yang membutuhkan, silakan mampir ke sana. Mungkin bisa mendapat
bantuan.
Melalui Gone, intinya Janie mencoba berdamai dengan masalahnya lalu membuat pilihan
untuk kehidupan masa depannya. Untung dia masih memiliki Cabe, yang begitu
setia. Begitu pula dengan Kapten Fran Komisky yang membuatnya merasa memiliki
keluarga. Pun Carrie, sahabatnya yang kompak.
Jika
melihat dari dua buku sebelumnya, aku bisa menemukan benang merah yang
mungkin bisa menjadi ilmu jika ingin membuat serial, hehe. Di buku pertama,
Lisa menjawab pertanyaan "apa, dimana, dan kapan" awal mula kekuatan
Dream Catcher yang Janie miliki. Lalu dibuku kedua dia berkenalan dengan
"bagaimana" mengendalikan kekuatan tersebut. Barulah diakhir seri,
Janie mendapat jawaban tentang "siapa dan mengapa" dia mendapatkan
kekuatan tersebut. Ya, mungkin benang merah tersebut bisa dijadikan ramuan
untuk membuat trilogi ataupun novel berseri seperti ini. Hehe, ini pendapat
awam-ku, sih. Silakan direvisi. :)
Aku
menikmati membaca kisah trilogi ini. Bukunya juga cuma tiga, tidak terlalu
panjang. Kata-kata yang digunakan ringan, cocok untuk intermezo dari bacaan
yang serius. Kertas dan packaging-nya juga menarik, walaupun di seri ketiga ini
tidak ada pembatas bukunya, haha.
Oh ya,
perihal quotes, memang tidak banyak. Dari buku ini, aku hanya menemukan lima yang
menarik (menarik versi aku-nya ya). Baiklah, kututup postingan ini dengan list
quotes tersebut, ya. Selamat hari Jumat dan selamat berpuasa. :)
----------------------------------------------------------------------
[Quotes] Gone by Lisa McMann
Mimpi tidak
pernah berlibur seperti manusia. (Hal. 14)
Ada hal-hal
yang justru lebih mudah jika dilakukan sendirian. (Hal. 41)
Mungkin
hati yang hancur bisa lebih mudah pulih daripada tangan dan mata yang rusak.
(Hal. 52)
Karena
dengan orang yang tepat, kadang berciuman terasa bagai penyembuh hati. (Hal.
66)
Ada sikap
saling menghargai. Kedalaman perasaan. Sikap tidak mementingkan diri sendiri.
Serta rasa saling memahami yang jauh melampaui semua hal buruk lain. Selain itu
ada cinta. (hal. 209)
Tidak ada
komitmen. Tidak ada rencana-rencana besar. Hanya menjalani hidup, setiap hari.
Maju terus tanpa tekanan. (hal. 209)
Comments
Post a Comment