Buku-buku yang Basah dan Cara Mengatasinya


Kalau di Jambi sedang hujan lebat, aku jadi teringat dengan kargo barang pindahan yang datang beberapa bulan lalu. Di antaranya ada satu kardus besar berisi buku-buku, terutama novel yang memang sengaja kubawa pindah.

Sedihnya, terjadi keterlambatan pengiriman. Alasannya sih proses barang keluar dari Batam agak susah. Ditambah lagi berdekatan dengan Nataru (padahal aku shipping awal Desember).

Intinya, kargo tersebut ditangani sedemikian rupa. Tidak langsung dikirim via Batam-Jambi melainkan Batam-Pekanbaru-Jambi. Dimulai dari awal Desember (sekitar tanggal 3) dan baru sampai rumah Jambi pada 10 Februari. Jera banget rasanya pakai ekspedisi ini. Pengiriman lama, barang rusak dan ada juga yang hilang.

Lanjut cerita, saat kargoku berada di Pekanbaru, terjadi kerusakan. Katanya gudang ekspedisi di sana ambrol. Air hujan menerpa paket yang berada di dalamnya, termasuk paketku. Diantara banyak kardus yang dikirim, kardus berisi buku tampak parah dan masih basah ketika diterima. Alhasil ada beberapa jurnalku dan novel tercinta yang rusak akibat insiden tersebut.

Tentunya komplain dan permintaan ganti rugi sudah kulayangkan. Namun rasa kesal dan sedih masih terasa. Apalagi tanggapan dari pihak ekspedisi juga mengecewakan. Jadi, melalui postingan ini, aku mau sedikit misuh-misuh. Aku mau cerita kondisi buku yang rusak apa saja, bagaimana bentuknya sekarang, dan cara mengatasinya.

The Life We Bury karya Allen Eskens

Masih ingat novel bertajuk kriminal ini? Bercerita tentang narapidana Carl Iverson yang sedang sekarat akibat kanker. Vonisnya seumur hidup tahun akibat tuduhan membunuh Crystal, gadis berumur 14 tahun.

Iverson setuju untuk diwawancarai Joe Talbert, seorang mahasiswa yang saat itu harus menyelesaikan tugas dari kampusnya. Apakah benar Iverson yang membunuh Crystal?

Jujur, aku menyukai buku ini. Cara penulis bercerita, enak untuk disimak. Alurnya juga rapi dan sepertinya dipersiapkan dengan matang. Intinya, ini salah satu buku yang ingin kusimpan. Dan beginilah kondisinya sekarang.


Diantara novel-novel yang rusak lainnya, The Life We Bury tergolong parah. Buku ini terlepas dari sampulnya. Lalu terkoyak, terbelah menjadi dua bagian. Belum termasuk halamannya yang menjadi keriting akibat basah terkena air.

Patah hati melihatnya. Yah, mungkin kuota rezeki memiliki buku ini dengan kondisi mulus dan mudah untuk dibaca terbatas sampai sini saja.

Apakah suatu kali aku ingin membeli gantinya? Aku belum tahu dan belum kuputuskan. Sejauh ini, buku yang rusak tersebut masih tersimpan di lemari.

My Grandmother Asked Me to Tell You She's Sorry karya Fredrick Backman

Patah hati keduaku terasa saat melihat buku karya penulis dari Swedia ini. Novel dengan judul yang lumayan panjang berisi cerita bertema keluarga yang menghangatkan hati. Desain sampulnya juga menarik serta pernah masuk ke dalam buku incaranku beberapa waktu lalu.

Elsa dan Nenek, dua tokoh utama berbeda usia yang mengisi petualangan serta menghidupkan alur cerita di buku ini. Nenek sering meminta Elsa melakukan misi perburuan harta karun. Misinya seputar mencari barang-barang Nenek yang saat itu diperlukannya tapi dia lupa dimana meletakkannya.

Sebagai permintaan terakhir, Nenek memberikan Elsa suatu misi yang nantinya dapat mengubah hidup siapa pun yang terlibat di dalamnya. Misi terakhir itulah yang menjadi konflik di novel ini. Misi tersebut adalah mengantar surat-surat dari Nenek yang sebagian besar isinya berupa permintaan maaf dari Nenek untuk si penerima surat. Tentunya surat-surat tersebut tidak tersusun rapi di atas meja. Elsa harus menemukan petunjuk tentang keberadaan surat tersebut dulu baru bisa mengantarkannya.


Nah, kondisi buku ini lumayan parah daripada yang lain namun tidak separah The Life We Bury. Halamannya menjadi keriting dan kusam (ada bekas air). Punggung bukunya berkerut hebat. Jilidnya tidak lepas namun sudah sedikit terbuka. Bentuknya sudah tidak lurus lagi, melainkan agak miring. Intinya buku ini tampak renta padahal sebelumnya mulus dan cantik.

Filosofi untuk Hidup dan Bertahan dari Situasi Berbahaya Lainnya karya Jules Evans

Jika dua buku di atas telah dibaca tuntas serta diulas, maka buku ini sebaliknya. Saat dikemas dalam kardus, kondisinya masih baik sekali. Masih dalam kondisi tersegel dan belum dibaca sama sekali. Ya, begitulah. Ternyata keduluan terkena musibah.

Buku ini masuk ke dalam non fiksi bermuatan filosofi. Judulnya lumayan panjang. Dari blurb-nya bisa disimpulkan jika buku ini menceritakan pengalaman penulisnya dalam menghadapi gangguan emosional seperti serangan panik. Ia mengaitkan teknik penyembuhan CBT (Cognitive Behvioural Therapy) dengan pengetahuannya tentang filsafat Yunani kuno. 

Saat itu aku sedang ingin membaca nonfiksi dan melihat buku ini kena diskon. Topik bahasannya juga tampak menarik. Jadi ya kubeli saja.


Akibat terkena air, mau tidak mau plastik segelnya dibuka. Buku ini juga dijemur di bawah matahari. Sesudah kering, bentuknya berubah. Tidak mirip buku baru beli. Setengah halamannya menguning dan menjadi keriting. Setengahnya lagi mengeras kaku.

Ketika buku ini berubah bentuk, nyaris hancur seperti ini, keinginan untuk membacanya jadi ikut menyusut. Rasanya sayang jika tidak dibaca. Namun sudah keburu rusak dan melihatnya menjadi sedih.

Boleh jadi ini salah satu pelajaran yang bisa kuambil. Mungkin sebaiknya aku berhenti atau paling tidak berpikir berulang kali jika ingin menimbun buku lagi ataupun jika ingin membeli buku lebih dari satu. Buku-buku yang telah dibeli sebaiknya segera dibaca. Jika tidak ingin dikoleksi, segera masuk olshop Kikiocraft sebagai preloved.

Bagaimana dengan buku lainnya

Ketiga buku di atas boleh dibilang yang terparah dari lainnya. Ketika sampai, kondisinya masih basah. Namun buku serta jurnal lainnya di dalam kardus itu juga turut menjadi korban. Beberapa halaman buku lainnya lembab. Ada sebagian halaman yang menjadi keriting meski tipis-tipis.

Halaman jurnalku juga demikian. Meski sampulnya tebal (HC) kondisinya sekarang berubah bentuk. Ada beberapa halaman jurnal yang tintanya meleleh, terhambur, sehingga tulisan di jurnal tersebut menjadi sulit terbaca.

Cara Tepat Mengatasi Buku yang Basah

unsplash - by egor gordeev

Seperti yang kutulis di atas, buku yang basah sempat aku jemur di bawah matahari. Sebelumnya, buku-buku tersebut telah aku jejer di atas kursi dan kuselipkan kain untuk menyerap air di buku-buku tersebut.

Setelah berapa hari, aku pindahkan buku dengan kondisi terparah (tiga buku di atas) keluar rumah untuk dijemur. Nah, tampaknya cara ini membuat halamannya menjadi keriting dan tidak cantik lagi seperti sedia kala.

Aku tidak tahu bagaimana cara yang tepat dalam menangani buku yang basah. Saat kejadian, aku agak panik dan ada banyak hal lain yang harus dibereskan sehingga tidak kepikiran untuk googling.

Nah, agar tulisan ini lebih bermanfaat, dan tidak terjadi lagi kesalahan seperti yang aku alami, aku kutip langkah-langkah dalam mengatasi buku yang basah. Mungkin cara ini bisa menyelamatkan buku kesayangan teman-teman. Silahkan langsung klik link ini untuk baca selengkapnya ya.
  • Tidak menjemur langsung di bawah sinar matahari
  • Tidak buru-buru membuka lembaran yang menempel
  • Mengangin-anginkan buku dalam kondisi berdiri (bukan direbahkan)
  • Menaruh benda berat di atas buku agar tekstur halamannya kembali lurus
  • Meletakkan buku di ruangan yang bersirkulasi baik agar tidak berjamur

Comments

Popular posts from this blog

7 Alasan Memilih dan Membeli Buku Bacaan

[Review] The Silmarillion by J.R.R Tolkien – Sebuah riwayat yang panjang

[Review] Cewek Paling Badung di Sekolah by Enid Blyton – Asal mula Elizabeth dikirim ke Whyteleafe