Kutipan Menarik dari Novel bertema Fiksi Sejarah


Dua minggu terakhir, jadwal posting blog ini agak berantakan atau tidak tepat waktu lagi. Bahkan minggu kemarin, sudah bolos posting, hehe. Sebagian besar dikarenakan aku sedang mengerjakan (katakanlah) proyek bareng suami. Agar blog ini dan proyek itu bisa berjalan dengan baik, aku pun mencoba mengumpulkan banyak ide postingan untuk blog lalu mengatur urutan dan jadwal kapan postingan tersebut akan muncul. Ternyata membuat hal-hal seperti itu lumayan makan waktu. Belum lagi ada kemungkinan di mana boleh jadi aku mangkir dari jadwal yang kubuat sendiri. Misalkan dijadwalkan untuk menulis tentang A, eh aku malah menulis tentang B. Haha, tapi, ya, sudahlah, dicoba saja dulu. 

Saat mengumpulkan ide itu, aku melihat ada satu label di blog ini yang jarang kuisi lagi. Label tersebut adalah label Quote. Label ini berisi kumpulan quote atau kutipan dari buku-buku yang sudah kubaca dan kuulas. Dulu aku memang lumayan rajin mencatat banyak kutipan dan kubuatkan postingan terpisah dari ulasannya. Akhir-akhir ini, kutipan-kutipan itu telah kugabungkan saja dengan postingan ulasannya, sehingga terbengkalai lah label ini. 

Melihatnya terbengkalai, ada rasa tidak tega. Jadi muncul keinginan untuk membangkitkan kembali label ini, haha. Akan tetapi, aku belum menemukan cara yang tepat, masih meraba-raba. Rasanya aneh kalau hanya membuat daftar kutipan saja tanpa ditambahkan sesuatu yang khusus. Akhirnya sampailah aku pada postingan ini. 

Sebagai permulaan dan pembuka kembali label Quote, aku akan menampilkan kutipan yang menurutku menarik yang telah kujadikan pembuka ulasan/review dari tiga buku/novel bertema historical fiction (fiksi sejarah) yang ulasannya telah kuposting di blog ini. Sekaligus aku cerita sekilas tentang isi novelnya. Kebetulan ketiga novel ini mengangkat kisah tentang perempuan-perempuan masa lampau yang menjadi bagian dalam sejarah dunia. 



Novel The Rosetti Letter ini berkisah tentang Claire Donovan yang sedang berjuang menyelesaikan disertasinya dan tentang Alessandra Rosetti—seorang pelacur terhormat di Venesia masa lampau. Claire meneliti tentang Konspirsi Spanyol di Venesia tahun 1600an dan mencoba menguak peran Rosetti terkait Konspirasi tersebut. Jadi, novel ini membawa pembaca menikmati dua kisah sekaligus (kisah Claire di masa kini dan kisah Rosetti di masa lampau) serta kaitan antara keduanya. 



Novel ini berkisah tentang kehidupan Princess Deokhye. Ia merupakan putri bungsu Raja Joseon (sebutan untuk kerajaan Korea pada masa lampau). Ia dibesarkan sebagaimana layaknya puteri kerajaan dan sangat cinta dengan keluarga dan tanah airnya. Namun sayangnya saat berumur 12 tahun, ia harus pergi ke Jepang sebagai tawanan. Saat itu tampaknya Jepang memang menguasai kerajaan Joseon. Meskipun tawanan, ia diperlakukan dengan baik dan terhormat namun rasa rindu dan cintanya terhadap keluarga dan tanah airnya sangatlah kuat. Hatinya terbebani dan kehidupannya pun diliputi kesedihan. 



Pernah mendengar tentang pengadilan “penyihir” di Kota Salem? Novel ini berkisah tentang hal tersebut. Mirip dengan novel The Rosetti Letter, di sini penulisnya menggunakan dua alur waktu yang bergantian. Connie Goodwin yang sedang mencari ide untuk penelitian disertasinya diminta oleh ibunya menghabiskan musim panas mengurus rumah peninggalan neneknya di Kota Salem. Di rumah tua tersebut rupanya dia menemukan sebuah kunci dan sepotong perkamen tua dengan sebuah nama Deliverance Dane tertulis di dalamnya. Sembari Connie mencari tahu tentang kunci tersebut, pembaca akan diajak ke masa lampau ketika Deliverance Dane hidup dan dibuat sedikit penasaran apakah Deliverance memang seorang penyihir. 

Itulah tiga kutipan dari tiga novel fiksi sejarah yang pernah kuulas di blog ini. Setelah membaca ulang, tampaknya kutipan-kutipan tersebut seperti tidak dominan, ya—kurang banyak atau apa gitu. Ya, sudahlah, mungkin nanti kucoba perbaiki di postingan selanjutnya, haha. Terimakasih telah membaca hingga ke kalimat ini. Semoga hari kalian menyenangkan. :D

Comments

Popular posts from this blog

7 Alasan Memilih dan Membeli Buku Bacaan

[Review] The Silmarillion by J.R.R Tolkien – Sebuah riwayat yang panjang

[Review] Cewek Paling Badung di Sekolah by Enid Blyton – Asal mula Elizabeth dikirim ke Whyteleafe