[Review] Day of the False King by Brad Geagley
Ia akan melihat hal-hal yang sebenarnya tidak ada, dan buta terhadap hal-hal yang ada. – Elibar
Judul
Asli: Day
of the False King
Judul
Terjemahan: Hari Raja Palsu
Pengarang:
Brad
Geagley
Alih Bahasa: Gita Yuliani
Ilustrasi sampul: Eduard Iwan Mangopang
Penerbit:
Gramedia Pustaka Utama
Terbit:
Cetakan pertama, 2015
Tebal
buku: 392 halaman
Format:
Paperback
ISBN:
978-602-03-1995-7
Kisah Semerket masih berlanjut. Day of the False King adalah buku keduanya.
Di bagian belakang buku yang terbit tahun 2015 ini, tepatnya di halaman profil penulis,
dikatakan jika Brad Geagley tengah menulis buku ketiganya. Jika melihat
Goodreads, sejauh ini seri Semerket baru terdiri dari dua buku dan keduanya
telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Aku belum tahu buku ketiga
manakah yang dimaksudkan pada halaman mengenai penulis tersebut. Aku lumayan
berharap segera terbit kisah Semerket berikutnya mengingat dalam epilog di
novel ini, ada asumsi Ratu Tiya masih hidup. Tentu saja dia dan keturunannya
tidak akan tinggal diam untuk kembali membalas dendam terhadap Semerket dan
mungkin akan menciptakan konspirasi lainnya dalam lingkungan kerajaan Firaun.
Day
of the False King atau buku keduanya kali ini tidak
menggunakan Mesir sebagai latar cerita. Pembaca akan dibawa ke daerah Mesopotamia.
Sebuah peradaban kuno yang saat itu tidak kalah besar dengan peradaban di
Mesir. Semerket tidak lagi menyusuri sungai Nil, melainkan sungai Eufrat. Bertugas
sebagai utusan resmi, Ramses IV mengirimnya ke Babilonia. Di sana dia akan
menjemput Naia dan Rami dari pengasingan. Sebagai tambahan (baca: gantinya),
Ramses juga memintanya untuk membawa Bel-Marduk (patung dewa tertinggi penduduk
Babilonia) ke Mesir.
Sekilas misi ini terlihat mudah karena
saat itu antara Mesir dan Babilonia telah terjalin hubungan yang baik satu sama
lain. Semerket juga diberi lencana khusus tanda perwakilan langsung dari sang
Firaun. Selain itu dia juga dilengkapi dengan banyak sekali emas. Setelah tiba
di sana, ternyata negeri tersebut sedang dalam masa pemberontakan. Kaum Elamit
yang tengah menguasai Babilonia terancam akan dilengserkan dan seorang putera
mahkota Babilonia mencoba mengambil kembali haknya. Keberadaan Naia dan Rami
pun sulit dilacak.
Buku kedua dari seri Semerket ini masih
mengusung tema yang sama. Misteri pembunuhan dan konspirasi politik masih
dominan mengalir di sepanjang buku. Fiksi sejarah yang diangkat terasa segar
dan menarik. Sebelum masuk ke dalam cerita, pembaca akan diberitahu peristiwa
sejarah apa yang diangkat beserta sumbernya. Menurutku sebaiknya lebih dulu
membaca bagian tersebut agar nanti bisa lebih menikmati Day of the False King.
Jika harus membandingkan antara Year of the Hyenas dan Day of the False King, aku lebih
menyukai buku keduanya ini. Meski mengangkat budaya dan kehidupan dari
masyarakat yang berbeda, buku kedua ini lebih mudah untuk dinikmati. Alur
ceritanya lebih mudah dipahami dan aku tidak terlalu canggung mengingat nama dari
banyak karakter di dalamnya. Apakah karena penterjemahnya adalah orang yang
berbeda? Atau apakah karena kebetulan nama karakter di dalamnya lebih mudah
diingat? Entahlah. Namun, selain itu petualangan Semerket kali ini juga terasa
lebih greget dan aku tidak lagi
merasa meh saat penulis memberikan
deskripsi yang hiperbola terhadap mata hitam Semerket yang mengintimidasi itu.
Perihal Semerket yang terlalu setia dan cinta mati terhadap Naia juga ternyata
tidak mengurangi keseruan melahap novel ini.
Secara keseluruhan, Day of the False King menawarkan nuansa budaya yang baru namun
masih dalam koridor kisah yang mirip. Kedua buku di dalam seri ini dapat dibaca
terpisah karena latar tempat dan kasus yang diangkat berbeda. Namun akan lebih
baik jika dibaca berurutan. Pembaca dapat melihat tokoh utama mengalami
pengembangan karakter dan beberapa bagian cerita yang terkait dengan buku
sebelumnya dapat memberikan pengalaman baca yang lebih baik.
Rating:
4/5 (really liked it)
Semerket series
#2 Day of the False King
Kutipan
menarik dari buku ini:
“Kadang-kadang,
hanya keyakinan mendalam yang memberi kita keunggulan di atas musuh-musuh kita.
Kadang hanya itu yang kita miliki.” – hlm.41
Biasanya
pengetahuan tentang kebenaran membawa serta hukumannya sendiri. – hlm.42
Takkan
ada gunanya mempersulit diri sendiri dengan membayangkan sesuatu yang tak ada;
segalanya akan terungkap pada waktunya. – hlm.246
Kalau
Tuan Besar lewat, petani yang bijaksana membungkuk dan kentut diam-diam.” –
hlm.250
makasih reviewnya
ReplyDeleteSama-sama mba :)
DeleteWah saya baru tahu sama seri ini. Sepertinya saya bakalan suka sama setting Mesir dan Babilonnya, soalnya jarang banget baca novel dengan setting di kedua tempat ini. Wishlist-in dulu deh, hihihi.
ReplyDeleteIya, kak. Menurutku, jadi terasa segar, gitu. Mungkin karena jarang diangkat atau ngebaca novel dengan setting seperti ini. Semoga wishlist nya terwujud, kak.
Deletebuku ketiga seri semerket udah rilis belum ya ka?
ReplyDeleteKalau lihat di gooreads dan baca2 di web, sepertinya belum ya. Dan ini juga gak tahu, apakah emang bakal ada buku lanjutannya atau tidak (meski berharap ada) :D
Delete