Reading Wrap Up: March 2020
Di
luar keprihatinan terhadap kondisi dunia menghadapi wabah Corona serta dukungan
terhadap gerakan #dirumahsaja, aku merasa bersyukur bulan Maret lalu dapat
menghabiskan beberapa timbunan. Bersyukur karena daya bacaku mulai kembali setelah
setahun (katakanlah) hiatus. Selain itu, aku juga dapat menyelesaikan ulasannya
tepat waktu. Aku memang mencoba komitmen kepada diri sendiri untuk membuat
ulasan setelah selesai membaca satu buku. Jadi, bulan Maret lalu terasa
menyenangkan dari sudut pandang tersebut.
Berapa buku yang telah dibabat? Paragraf di atas memberikan kesan ada banyak buku yang telah dituntaskan, hehe. Total hanya empat buku dengan ketebalan rata-rata 400an halaman. Buku-buku tersebut kebanyakan bergenre horror & thriller.
Berapa buku yang telah dibabat? Paragraf di atas memberikan kesan ada banyak buku yang telah dituntaskan, hehe. Total hanya empat buku dengan ketebalan rata-rata 400an halaman. Buku-buku tersebut kebanyakan bergenre horror & thriller.
#4 The Isle of Blood
Ini
merupakan buku ketiga dari seri The
Monstrumologist. Meskipun paling tebal, ini yang paling kusukai dari tiga
temannya yang lain. Alur ceritanya menarik dan dapat dinikmati dengan mudah. Kebetulan
monster yang dihadapi mirip dengan kondisi dunia saat ini. Namun tetap saja,
diantara berbagai macam monster yang ada, monster di dalam diri sendiri lah
yang mungkin paling sulit dihadapi. Di sini kita mengintip monster apa yang ada
di dalam diri Will Henry yang lantas mampu mengubah karakternya. Rating: 4/5 (really liked it)
#5 The Final Descent
Seri
The Monstrumologist bisa dibilang
berakhir melalui buku ini. Sekali lagi Dr. Warthrop hampir meraih kesuksesan di
bidang monstrumologi yang telah ditekuninya seumur hidup. Ia akan menampilkan
spesies terakhir dari T. cerrejonensis di kongres tahunan para monstrumolog.
Namun sebuah insiden terjadi. Buku penutup ini lebih tipis dari teman-temannya
yang lain namun paling menguras emosi dan memutabalikkan persepsi. Perubahan
karakter dari setiap tokoh utamanya sangat signifikan. Rating: 3/5 (liked it)
#6 The Silent Patient
Alicia
dituduh membunuh suaminya dengan keji. Menariknya, ia kemudian membisu dan
hanya mengekspresikan diri melalui sebuah lukisan. Theo mencoba memahami dan
berniat untuk menyembuhkan Alicia. Buku ini penuh intrik dan apa yang terlihat
bukanlah yang sebenarnya. Sebuah novel yang menarik meski dalam gaya bahasanya
tidak penuh dengan metafora. Rating: 3.6/5
(liked it)
#7 The Lucky One
Setelah
membaca tiga buku yang mengandung horror dan thriller, aku berusaha menetralkan
suasana dengan menikmati sebuah fiksi yang mengandung percintaan karangan
Nicholas Spark. Beberapa novelnya telah diangkat ke layar lebar, termasuk The
Lucky One ini. Secara pribadi aku kurang bisa menikmati kisah di novel ini
karena beberapa kali merasa lelah membaca untaian paragraf di dalamnya. Belum
lagi, mengenai tokoh utamanya yang tampak ideal/sempurna. Mungkin versi filmnya
lebih menarik. Rating: 2.7/5 (it was
okay)
Itulah
keempat buku yang berhasil kutuntaskan pada Maret lalu. Rasanya ingin
mengulangi pencapaian tersebut atau bahkan meningkatkannya di bulan April ini.
Di sisi lain, semoga wabah virus Corona bisa cepat selesai dan kehidupan dapat
kembali normal seperti sebelumnya. #staysafe #dirumahaja
Comments
Post a Comment