[Review] 2 Menantu by V. Lestari – Campuran drama dan misteri
Tidak ada orang yang berhak atau mampu mengubah jalan hidup orang lain sesuai kemauannya.
Judul:
2
Menantu
Pengarang:
V.
Lestari
Penerbit:
Gramedia Pustaka Utama
Terbit:
Cetakan pertama, 2011
Tebal
buku: 560 halaman
Format:
Paperback
ISBN:
978-979-22-9855-0
Aku tidak punya ekspektasi apa-apa
terhadap buku ini. Alasan membawa 2 Menantu ke kasir karena aku suka kavernya
(sepertinya aku memang cover buying type)
dan alasan lainnya karena ini novel lokal yang nama pengarangnya sering kulihat di beberapa bagian toko saat itu. Aku tidak mengecek Goodreads atau apapun.
Bahkan aku tidak masalah jika kisahnya berbau seperti "sinetron". Dan ternyata
disitulah kejutannya. Saat membacanya hingga menyelesaikan novel ini, aku
langsung menyukainya. Terkadang memang tidak ada salahnya untuk tidak berharap
atau memasang harapan yang terlalu tinggi.
2 Menantu berkisah tentang dua orang
pria tampan yang merupakan menantu dari sebuah keluarga kaya raya. Mereka
menikahi putri keluarga tersebut yang wajahnya biasa saja (maaf, bisa dikatakan
jelek). Mereka melakukannya karena mengincar harta. Kedua menantu ini sangat
jahat hingga melakukan perbuatan yang kelewat batas. Intinya mereka bagai
serigala berbulu domba. Setidaknya itulah kisah yang tertulis pada sinopsis di sampul belakang buku ini.
Nah, karenanya aku jadi bertanya-tanya. Kok,
kisahnya di buku ini dimulai melalui sisi yang berbeda, ya? Bahkan kedua
menantu itu bukanlah tokoh utama. Intinya, tidak langsung membahas keluarga
kaya tersebut.
Aditya merupakan (salah satu) tokoh
utama di buku ini. Dia adalah seorang ahli programmer yang dicelakai oleh
seseorang hingga jatuh koma. Ketika di alam koma inilah dia mengikat janji
dengan Simon, kepala keluarga kaya tersebut (yang juga sama-sama koma). Singkatnya
roh mereka saling bertemu dan berbincang. Simon mengetahui kejahatan kedua
menantunya namun semua sudah terlambat. Dia sudah tidak bisa berbuat apa-apa.
Bahkan tak lama kemudian dia meninggal dunia. Oleh karenanya Simon emminta
bantuan Aditya.
Iya, terlihat aneh memang ide tentang roh tersebut. Namun
disitulah menurutku kelebihan V. Lestari. Deskripsinya dalam novel ini mengalir
lancar. Kita (pembaca) tidak merasa dibodohi atau kisahnya terkesan dipaksakan.
Tidak pula ada kisah percintaan yang menye.
Ini novel dewasa dan semua tokoh di dalamnya memiliki karakternya sendiri yang
kuat. Alur kisahnya rasional. Caranya menuturkan kisah membuatku terkesan
sehingga meskipun novel ini tebal (560 halaman), aku tidak bosan membacanya.
Bahkan hingga penyelesaiannya pun menarik.
Akupun jadi penasaran, siapakah V.
Lestari? Google pun dimintai bantuan. Ada beberapa informasi yang kudapat dan
dapatnya dari situs Goodreads. Onde, mengapa tadi gak langsung ke Goodreads, ya? Hehe.
V.
Lestari dilahirkan di Bogor, 10 Oktober, dan tinggal disana sampai
menyelesaikan sekolah menengahnya, sebelum pindah dan menetap di Jakarta. Ia
mengkhususkan diri menulis cerita detektif-kriminal, jenis cerita yang
memerlukan ketelitian dan keahlian khusus untuk meramunya. Dan yang lebih khas
lagi semua novel-novelnya menampilkan tokoh utama wanitanya sebagai
"dektetif"-nya. Novel pertamanya, Yang Tak Ternilai, terbit tahun
1982. Sejak itu sudah lebih dari 30 novelnya diterbitkan Gramedia.
Whoa,
ada 30 novelnya yang sudah diterbitkan oleh Gramedia. Dan novel-novel itu telah
mulai diterbitkan sejak tahun 1982. Setelah kulihat lebih jauh, setiap judulnya
memang terkesan drama namun ternyata alirannya adalah misteri atau kriminal.
Ya, mungkin untuk diriku sendiri, aku masih menganggap novelnya (terutama yang
ini) bernuansa drama misteri.
Mungkin tidak banyak yang bisa kukatakan
tentang novel ini. Intinya aku terkesan. Tidak sia-sia mencoba meski awalnya
tidak terlalu berharap. Nanti aku mau coba baca novel V. Lestari yang lainnya.
Mungkin dari situ bisa kubandingkan atau apalah, haha. Terimakasih sudah membaca
hingga ke bagian ini. Dan tentunya, teruslah membaca buku, kawan.
Rating: (3/5) liked it
Submitted
to:
----------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------
Aloha! Terkadang karena begitu menikmati
kisah di sebuah novel, aku sering melewatkan kutipan manis yang sebenarnya
lumayan berkesan ketika aku membacanya. Aku menyukai kalimat tersebut namun
terlalu malas untuk menandainya. Apalagi kalau sudah pewe sekali posisi bacaku.
Mau melipat kertas di halaman itu, kok, ya, tidak sampai hati rasanya. Jadilah
hanya ketika ada post note di dekatku
baru kutipannya kutuliskan ulang di sini. Tidak banyak. Hanya ada tiga. Selamat
menikmati.
Prasangka
hanya mengurangi kebahagiaan. Seperti meracuni diri sendiri saja. (hal. 334)
Tidak
ada orang yang berhak atau mampu mengubah jalan hidup orang lain sesuai
kemauannya. (hal. 553)
Ia
mengerti maksud Irawan, bahwa kebahagiaan hari ini belum tentu akan tetap
menjadi kebahagiaan di hari esok. (hal. 554)
Comments
Post a Comment