[Review] N or M by Agatha Christie – Serial detektif yang menggelitik

“Perang memang tidak enak. Tapi lebih tidak enak lagi kalau kita tidak dibolehkan berbuat apa-apa.” - Tuppence


gambar diambil dari sini
 
Judul: N atau M
Judul asli: N or M
Series: Tommy and Tuppence #3
Pengarang: Agatha Christie
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: Januari, 2014 (cetakan ke-6)
Tebal buku: 280 halaman
ISBN: 978-979-22-3507-4

Aku suka dengan cerita karangan Agatha Christie. Tulisannya menarik dan menyenangkan saat membacanya. Aku pernah membaca jika dia telah menulis banyak sekali buku serial detektif dengan latar (tentu saja) khas perang dunia/Inggris tempoe doeloe/jaman kakek dan nenek dulu. Ketika melihat buku ini, dengan “special price”-nya yang sesuatu banget, I took it. Bargain all the way but this is a good bargain. :D

Awal mula, kupikir ini salah satu seri Poirot yang biasa kubaca. Ketahuan benar aku belum banyak membaca buku-buku Agatha. Aku baru tahu jika selain Poirot, ada Miss Marple (aku punya satu buku Miss Marple namun belum kubaca) dan ada pula seri lainnya yaitu Tommy and Tuppence.

Tommy dan Tuppence adalah sepasang suami istri. Bayangkan suami-istri yang selalu bersama-sama memecahkan suatu kasus. Dan bahkan di seri ini, mereka sudah paruh baya. Usia mereka sekitar 46 tahun dengan dua anak kembarnya (Derek dan Deborah). Bahkan anak mereka pun sudah punya karier masing-masing.

Tommy berkata pelan, “saya tak tahu apakah saya akan melakukan hal itu… Tuppence dan saya --- tidak biasa begitu. Kami selalu menghadapi segalanya bersama-sama!” (hal. 60)

Baiklah, latar belakang kisah ini adalah di awal Perang Dunia II. Saat itu (ya, aku juga tidak terlalu paham sejarah), Inggris sangat bermusuhan dengan Jerman. Melalui Hitler dan Nazi, Jerman menjadi negara yang sangat mengancam. Di kisah ini, Jerman menggunakan taktik jitu, menyusupkan mata-mata ke Inggris guna mempelajari kekuatan dan kelemahan lawannya tersebut. Selain itu mereka juga menebarkan propaganda yang mengakibatkan orang Inggris sendiri ikut menjadi mata-mata untuk Jerman. Sepertinya hidup di masa itu memang penuh ketegangan.

Ada bocoran bahwa Jerman mendirikan Tonggak Kelima di daerah Leahampton, Inggris. Tonggak kelima adalah pasukan penyusup/mata-mata yang bertugas menyiapkan diri dan menghimpun kekuatan untuk Perang Dunia II. Sans Souci adalah penginapan milik Mrs. Perenna yang diduga sebagai markas Tonggak Kelima. Dua agen terpecaya Hitler tengah berada di sana. Mereka memiliki kode N dan M. N adalah laki-laki dan M adalah perempuan.

Tommy dan Tuppence begitu bosan dengan masa tua mereka karena tidak ada lagi yang mau mempekerjakan mereka. Sementara mereka sendiri adalah tipe pekerja aktif. Tuppence sangat bosan dengan kegiatan merajutnya, begitu pula Tommy yang gagal mendapatkan pekerjaan baru. Hingga akhirnya Mr. Grant, agen Dinas Rahasia Inggris datang meminta Tommy untuk mengungkap siapa N dan M.

Mr. Grant hanya meminta Tommy. Namun Tuppence tidak kehabis akal untuk ikut ambil bagian pada tugas ini. Dan akhirnya mereka dipercaya menyusup ke Sans Souci. Di sana ada beberapa orang yang dicurigai sebagai agen Jerman.

Di Sans Souci, Tommy menyamar sebagai Mr. Meadowes dan Tuppence sebagai Mrs. Blenkensop. Haha, percayalah, aku begitu menikmati membaca cerita penyamaran mereka. Bagaimana mereka berakting, mempunyai kepribadian dan identitas baru sembari mengungkap siapa N dan siapa M. Agatha menuturkannya dengan baik. :D

Aku tidak bisa mengatakannya dengan pasti, namun salah satu daya tarik buku-buku Agatha (sejauh yang sudah kubaca) adalah mempunyai nilai psikologis yang menarik. Agatha selalu melibatkan psikologi di dalamnya, terutama tentang mengartikan tindak tanduk seseorang. Dan itu tidak hanya berlaku di seri Poirot saja, karena aku menemukannya juga di seri ini.

“… Lalu kadang-kadang kau ingat terlalu banyak, lebih dari orang biasa. Orang biasa tak akan ingat begitu cepat apakah dia pergi berburu pada tahun 1926 atau 1927. Mereka harus berpikir sebentar untuk mengingat-ingat.” (hal. 77)

“Wanita itu berkata dengan suara pelan dan asing, mengucapkan kata-kata dengan hati-hati, seolah-olah dia menghafalnya.” (hal. 79)

Yea, aku menyukai seri ini. Mungkin karena tokoh utamanya berdua dan mereka suami-istri yang mulai beranjak tua, membuat kisah ini terasa lembut dan menarik. Melihat kegigihan Tuppence dan kecintaan Tommy kepadanya membuat kisah ini menjadi terasa menggelitik. Ini buku yang menarik. Yea, boleh jadi karena ini pertama kalinya aku membaca kisah mereka. Namun ingin rasanya aku membaca seri Tommy and Tuppence yang lainnya. Love at the first read!

Oh ya, perihal “special price”-nya, tentu dari sisi konten, aku tidak menyesal. Namun dari sisi packaging, haha agak menimbulkan tanda tanya. Masih ingat tentang Hallowe’en Party? Buku itu memakai seperti kertas buram dan terlihat seperti bajakan. Nah, buku yang kupunya ini pun seperti itu, terlihat seperti fotokopian. Ada yang blur pula huruf-hurufnya di beberapa bagian. Haha, ya, sedikit menimbulkan tanda tanya. :D

But after all, aku sepertinya jatuh cinta dengan tulisan Agatha. Menarik dan mengundang, hehe. Selanjutnya akan kulahap satu-satunya Miss Marple yang kupunya. 

Rating: (4/5) really liked it

Comments

Popular posts from this blog

7 Alasan Memilih dan Membeli Buku Bacaan

[Review] The Silmarillion by J.R.R Tolkien – Sebuah riwayat yang panjang

[Review] Cewek Paling Badung di Sekolah by Enid Blyton – Asal mula Elizabeth dikirim ke Whyteleafe