[Review] Big Little Lies by Liane Moriarty
“Oh, musibah.”
Judul
Asli: Big Little Lies
Judul
Terjemahan: Dusta-dusta Kecil
Pengarang:
Liane
Moriarty
Alih Bahasa: Lina Jusuf
Editor: Bayu Anangga
Penerbit:
Gramedia Pustaka Utama
Terbit:
Cetakan kedua, Mei 2017
Tebal
buku: 512 halaman
Format:
Paperback
ISBN:
9786020339962
Menurut KBBI V /merisak/ merupakan kata
kerja yang berarti mengusik atau mengganggu. Kata ini digunakan sebagai padanan
untuk kata bullying dalam bahasa
Inggris (yang lebih umum dikenal oleh masyarakat). Bentuk perisakan yang
dilakukan dapat secara verbal atau fisik. Tidak hanya dilakukan oleh orang
dewasa, perisakan dapat pula terjadi pada anak-anak bahkan di usia TK. Kata
inilah yang menjadi isu utama dalam Big
Little Lies. Bagaimana perisakan telah berujung pada kematian seseorang.
Jane Chapman dan Ziggy (anak lelakinya)
telah berpindah-pindah tempat tinggal. Saat Ziggy telah waktunya bersekolah,
Jane memutuskan untuk menyewa apartemen di daerah Pirriwee Peninsula, Australia
(latar tempat kisah di novel ini terjadi). Ia menyekolahkan Ziggy di salah satu
TK di sana. Sekolah yang bagus, dan kepindahannya berlangsung lancar hingga
kejadian di hari orientasi mulai mengungkap banyak hal.
Jane berkenalan dengan Madeline (ibu
tiga orang anak, berusia empat puluh yang ekspresif dan bersemangat). Madeline
kemudian mengenalkannya dengan Celeste (ibu dari dua anak kembar, ia cantik dan
kaya namun selalu gelisah). Anak-anak mereka memulai kelas yang sama di sekolah
tersebut. Mereka pun bersahabat. Fokus cerita berpusat pada kehidupan keluarga mereka
bertiga.
Berdasarkan pengamatanku, pada novel
misteri terutama yang bearoma whodoneit,
setelah pengenalan karakter, pembaca disodorkan dengan kabar kematian. Siapa yang
kehilangan nyawa telah terungkap pada bagian awal cerita. Setelah itu pembaca akan
diundang untuk mengungkap siapa pelaku dan motifnya. Apakah Big Little Lies termasuk novel misteri?
Boleh jadi iya. Namun unsur dramanya juga sangat kental. Aku jadi ragu, hehe.
Di dalam novel ini, perihal kematian telah
samar-samar dimunculkan di bagian awal. Samar-samar karena pembaca tidak akan
mendapati siapa yang terbunuh dan bagaimana itu bisa terjadi. Kedua hal
tersebut baru akan terjawab di beberapa bab terakhir. Jika motif utama membaca Big Little Lies adalah untuk menebak
identitas korban dsb, silakan bersabar membacanya. Untungnya tidak akan membosankan
karena para orang tua anak-anak TK di Pirriwee Public School telah meramaikan
suasana dengan ocehan, gosip, dan drama diantara mereka. Ya, tidak membosankan, hanya menguji
kesabaran menahan rasa penasaran.
Namun tidak ada salahnya menikmati drama
yang tersaji di novel ini. Apalagi terkait isu perisakan yang dapat menimpa
siapa saja. Tidak hanya dalam lingkungan sekolah, hal ini juga dapat terjadi
dalam lingkungan keluarga. Efek dari perisakan itu sendiri sudah tentu merusak.
Perisakan secara verbal sama buruknya dengan perisakan secara fisik. Novel ini juga
menggambarkan bagaimana respon para karakter yang mengalami hal tersebut. Menurutku
Big Little Lies mengajak pembaca
untuk peduli dan melawan perisakan.
Secara keseluruhan, novel setebal 512
halaman ini menarik untuk dibaca. Kehebohan para orang tua (terutama ibu-ibu)
di sini (baik di sekolah maupun di rumah) terasa nyata dan akrab. Bagi yang
ingin menikmati versi visualnya, HBO telah menayangkan Big Little Lies dalam bentuk limited
series. Bahkan kopi yang kupunya ini memiliki sampul berupa wajah para
pemerannya.
Rating:
liked it (3.5/5)
Comments
Post a Comment