[Review] Reckless by Cornelia Funke - Tidak semua dongeng berakhir bahagia selama-lamanya
Baik Goyl maupun manusia tidak ada yang
hidup terlau lama untuk memahami bahwa masa lalu terlahir dari masa depan, sama
seperti masa depan terlahir dari masa lalu.
gambar diambil dari sini |
Judul: Reckless
Seri: Mirrorworld #1
Seri: Mirrorworld #1
Pengarang: Cornelia Funke
Penerbit: Gramedia
Pustaka Utama
Tahun terbit: Februari,
2012
Tebal buku: 376
halaman
ISBN: 978-979-22-8008-1
Bagi
penyuka dongeng dan makhuk mitos, boleh jadi nama-nama seperti Putri Tidur,
Putri Salju, Cinderella, Hans dan Gretel, bukanlah sesuatu yang baru. Pun
nama-nama makhluk mitos semacam Penyihir, Peri, Raksasa, Kurcaci terasa begitu
familiar di ingatan. Nah, bagaimana jika semua makhluk dongeng dan mitos
tersebut benar ada dan hidup di dalam satu dunia yang sama? Dapatkah kamu membayangkannya? Sebuah dunia yang penuh dengan kumpulan makhluk-makhluk di atas. Satu dunia dimana Putri
Salju, Putri Tidur berikut Peri dan Kurcaci berada dalam tempat yang sama. Sebuah dunia tempat dimana berbagai macam dongeng berasal dan dunia
itulah yang menjadi latar belakang cerita di novel ini.
Awalnya aku
sedikit malas untuk membaca novel. Hal ini dikarenakan desain sampulnya tidak menarik. Ada gambar semacam makhluk raksasa hijau yang
mencoba meninju seorang pemuda berkaos merah. Tampak aneh di
mataku. Komposisi warnanya turut menurunkan semangat
untuk mulai membuka buku ini (menurutku). Begitu pula ketika membaca halaman
kedua dan berikutnya hingga bab pertama selesai, sering sekali aku menjadi bingung
karena susunan kalimat tersebut membuatku memutar otak. Ah, cukup
sulit awalnya.
Nah, setelah memasuki bab lima “Schwanstein”, aku baru merasakan alurnya. Jangan khawatir, jarak antar satu bab dengan bab yang lainnya tidaklah
dalam hitungan puluhan halaman. Sebagai contoh, Bab 4 hanya berisi tiga halaman
saja. Jadi meski terdiri dari banyak bab, namun isinya singkat, jarang malah yang
terdiri dari sepuluh halaman lebih.
Semakin
aku masuk ke dalam cerita ini, semakin miris dan kelam. Greget banget! Aku jadi takut sendiri dengan jalan ceritanya. Aku jadi waswas dengan nasib
tokoh utama yang, apa ya, bukan menyedihkan tapi cukup menggenaskan di beberapa
bagian. Oh, ini novel sudah jadi semacam novel thriller nyaris suspense.
Dan benar seperti yang teah diperingatkan oleh sinopsis cerita di sampul belakang: Kalau kau mencari cerita
dongeng yang berakhir bahagia selama-lamanya, berarti buku ini bukan untukmu.
Haha, mungkin aku terdengar lebay, namun jika kamu pencinta dongeng, maka
persiapkan dirimu sebelum membaca buku ini. It will ruin your sweet childhood tale world, lol.
Reckless bercerita tentang petualangan Jacob Reckless di dunia Cermin. Jacob mempunyai seorang ayah yang bernama John Reckless dan seorang adik
bernama Will Reckless. John seorang insinyur teknik yang tiba-tiba
menghilang saat Jacob dan Will masih kecil. Hal ini membuat ibu mereka mengalami depresi.
Suatu hari,
Jacob -yang juga begitu merasa kehilangan akan ayahnya dan sangat menginginkan
agar ayahnya kembali- masuk diam-diam ke dalam ruang kerja ayahnya. Dan di situlah
dia akhirnya menemukan sebuah cermin yang indah yang ternyata mampu membawanya
ke sebuah dunia, dunia dongeng. Dunia ini masih muda, belum semaju dunia
yang kita tinggali. Di dunia ini semua dongeng dan makhluk mitos hidup. Jacob
pun jadi ketagihan melakukan petualangan di dunia ini selama bertahun-tahun. Dia berpetualang mencari benda-benda ajaib seperti Sepatu Kaca, Rambut
Rapunzel, Pohon Emas, Manusia-Angsa, dan benda lainnya yang mengandung sihir.
Dan selama bertahun-tahun pula dia menyembunyikan dunia cermin ini dari
siapapun, terlebih dari adiknya, Will.
Hingga
suatu hari, Will mulai mengetahui tentang dunia ini dan ikut masuk ke dalamnya.
Saat itu di dunia cermin sedang terjadi pemberontakan dan perang besar antara
bangsa Goyl dan manusia. Bangsa Goyl adalah makhluk berkulit batu dan tinggal
di dalam tanah. Mereka kuat, besar, dan kulit batunya yang keras memiliki warna
berbeda. Ada yang memiliki kulit batu kecubung, jasper, oniks dan batu baiduri
bulan. Mata mereka berwarna emas dan sangat sensitive dengan cahaya matahari.
Namun mata mereka mampu melihat dengan tajam di kegelapan.
Bangsa Goyl
dipimpin oleh seorang Raja bernama Kami’en. Dia mempunyai seorang jendral
perang yang bernama Hentzau. Kami’en mempunyai seorang istri Peri bernama Peri
Gelap. Karena bantuan peri ini pulalah, dia bisa memenangkan perang dengan
bangsa manusia yang dipimpin oleh Kaisar Therese von Austrien. Peri ini pun
menebar kutukan. Bagi manusia yang terkena cakar Goyl, perlahan kulit dan
dagingnya akan berubah menjadi batu serupa bangsa Goyl. Ingatan manusianya pun
akan menghilang dan mereka pun menjadi prajurit Kami’en. Peri menebar kutukan
ini untuk memanen manusia-goyl berkulit Giok. Di dalam mimpinya, Peri melihat
bahwa manusia-goyl berkulit giok ini yang akan melindungi Kami’en. Yea, Peri
Gelap sangat mencintai Kami’en.
Sebelumnya
tidak pernah ada Goyl yang memiliki Giok sebagai kulit dan tubuhnya. Hentzau
dan bahkan Kami’en sendiri berpikir ini hanyalah omong kosong peri. Namun
mereka berusaha menghormati keinginan Peri Gelap dan terus mencari Goyl Giok
tersebut. Hingga suatu hari, Will Reckless terkena cakar Goyl dan Jacob harus
mati-matian mencari penawar bagi tubuh adiknya yang mulai berubah menjadi batu.
Jacob dan Rubah yang selalu mengikutinya kemana-mana, lalu Will serta Clara –kekasih
Will- memulai perjalanan mereka. Mulai dari melewati Rimba Lapar yang penuh
makhluk menyeramkan (termasuk penyihir yang menculik Hans dan Gratel) hingga
melewati padang Unicorn untuk masuk ke Lembah tempat tinggal para Peri.
Petualangan mereka sangat greget dan kasihan sekali aku kepada Jacob yang
berulang kali demam dan luka-luka. Miris sekali nasibnya namun bagaimanapun dia
harus menyelamatkan Will sekaligus melindunginya dari bangsa Goyl yang mulai
memburunya. Belum lagi ulah Orang Kerdil atau Dwarf yang bernama Valiant yang
menyebalkan. Haha, ya, walaupun Valiant licik dan gila emas, dia akhirnya
menjadi penolong Jacob untuk mencari penawar bagi adiknya. Benar, jangan
mencari akhir yang bahagia di buku ini, haha.
Bagi
pencinta dongeng, Reckless karangan Cornelia Funke ini bisa banget to
ruin your childhood, haha. Jalinan ceritanya yang kompleks dan beberapa
cuplikan rahasia dari dongeng-dongeng semacam Putri Salju, Cinderella, membuat
kita melihat ke sisi yang berbeda. Sisi yang kelam semacam Putri Tidur yang
menjadi mumi karena Pangeran yang tak kunjung datang. Sisi kelam ini
terkadang membuatku bergidik ngeri. Padahal aku tahu jika ini hanya fiksi
dan sebagian makhluk di dalam novel ini sudah pernah kudengar dan kubaca
sebelumnya. Namun apa yang dialami Jacob dalam petualangannya membuatku ikut
merasa deg-degan. Tidak salah jika majalah Time pernah menganggap Cornelia
memliki bakat yang unik dan memasukkannya ke “Time 100”, daftar orang-orang
yang paling berpengaruh di dunia.
Memang, ada
saat dimana aku kecewa karena tidak berhasil mendapat gambaran utuh, terlebih
mengenai makhluk mitos di buku ini, semacam Gagak-Emas, Daumling, Heinzel.
Cornelia terkesan sambil lalu menyebutkan nama-nama mereka seolah pembaca sudah
pernah melihat makhluk tersebut sehingga tidak perlu deskripsi. Namun mungkin
Cornelia sengaja seperti itu agar cerita fokus kepada tokoh cerita. Dan memang
aku menemukan penjelasan yang kuat dari sisi karakter atau watak dari para
tokoh penting (bukan figuran) di cerita ini. Baik itu watak/sifat protagonis maupun yang antagonisnya.
Ketika
mata-mata itu akhirnya kembali, bahkan penglihatan Hentzau yang kabur bisa
melihat dari wajahnya bahwa ia telah kehilangan jejak. Dulu ia pasti sudah
langsung menghabisi si mata-mata, tapi sekarang ia sudah belajar mengendalikan
amarah yang bergentayangan di dalam diri mereka semua, walaupun tidak sebaik
pengendalian diri Raja. (hal. 106)
Di
usia Nesser sekarang, ia tidak mengenal konsep takut; anak seusia itu mengira
mereka tidak bisa mati, bahkan tanpa darah Peri di pembuluh darahnya. Hentzau
masih bisa mengingat perasaan itu dengan sangat jelas. (hal. 106-107)
“Komandan?”
Hentzau
senang mendengar gelar itu dalam suaranya yang muda. Itu masih menjadi
penangkal terbaik untuk keraguan yang ditebarkan Peri Gelap dalam dirinya.
(hal. 107)
Di buku ini
pun Cornelia tidak langsung menyebutkan nama suatu perasaan. Dia lebih kepada
menjelaskannya, memberikan uraian. Mungkin inilah yang membuat aku lebih merasa
greget mengikuti jalinan cerita di novel ini. Seolah aku bisa merasakan perasaan
para tokoh dan mengalami ketegangan berikut konflik di dalam cerita ini. Haha, entah kenapa aku berulang kali memakai kata greget. Ini memang greget. :D
Perasaan
apakah ini, yang mencabik-cabik bagian dalam dirinya bagai rasa lapar dan
dahaga? Tidak mungkin ini cinta. Cinta hangat dan lembut, seperti gundukan
dedaunan. Tapi perasaan ini gelap, seperti bayangan di bawah semak beracun, dan
menyerupai perasaan lapar. Sangat kelaparan. Jacob.
Bahkan namanya pun tiba-tiba terasa berbeda. Dan Rubah merasakan embusan angin
dingin menerpa kulit manusianya. (hal.
240)
Novel setebal 376 halaman ini memang (lagi-lagi) greget. Penuh dengan adegan dan alur yang tidak terduga, misterius dan miris. Terlepas dari sebuah typo, desain sampul yang (menurutku) kurang menarik, serta beberapa kalimat terutama
di awal cerita yang membingungkan, buku ini seru dan layak untuk kalian baca,
baik bagi yang suka maupun yang tidak suka dongeng. Buku ini memberi warna baru untuk
dongeng-dongeng yang dulu sering kudengar/baca sewaktu kecil. Walaupun di
sini dongeng-dongeng tersebut berubah kelam and no happy ending, but I can deal
with it. Intinya keseluruhan buku ini menarik dan tak terduga. Bravo! :D
Rating:
(5/5) it was amazing
Comments
Post a Comment