Quotes from "Lord Edgware Dies" by Agatha Christie
Ini kali
kedua aku selesai membaca seri Hercule Poirot karangan Agatha Christie. Tidak
seperti buku sebelumnya (Hallowe’en Party), kisah yang satu ini cukup kompleks
dan banyak sekali karakter yang terlibat di dalamnya. Yea, aku kagum dengan
cerita yang melibatkan banyak tokoh namun masing-masing dieksplor dengan baik.
Haha, sepanjang yang bisa kuamati memang begitu di seri Lord Edgware Dies ini.
Terlebih karakter antagonis di seri ini, haha, sangat menggemaskan. Herannya,
aku malah suka terlebih di bagian ending-nya.
Baiklah,
seperti biasa, setelah membuat review untuk buku ini, aku juga mengutip
beberapa quote yang menarik (lagi-lagi versi Bukulova). Boleh jadi quote
ini juga menarik bagi kalian. Enjoy, :D
Manusia memang mudah lupa. (hal. 9)
Untuk bisa menerima sorotan yang begitu
tajam dibutuhkan jiwa besar dan rasa humor yang tinggi. (hal. 13)
Karakter asing dengan mudahnya dapat
terpampang di wajah itu, tapi wajah itu sendiri tak punya karakter yang mudah
kukenali. (hal. 14)
“Apa kau tak tahu, Kawan, bahwa
masing-masing kita ini adalah kabut misteri yang pekat, benang kusut perasaan,
keinginan, dan kemampuan? Mais oui, c’est vrai. Betul. Kita membuat penilaian
--- tapi sembilan dari sepuluh dugaan kita itu salah.” (Poirot, hal. 16)
“Cinta uang bisa membuat orang macam itu
meninggalkan jalan yang bijak dan sikap hati-hati.” (Poirot, hal. 17)
“Bagi para ahli, bukan tindakan membunuhnya
yang menarik. Tapi latar belakangnya.” (hal. 17)
“Kita bisa melihat dengan mata hati kita.”
(Poirot, hal. 18)
“Penampilan sebenarnya soal kecil, tapi
bagi manusia --- itu penting --- untuk menjaga gengsi.” (Poirot, hal. 62)
“Dari satu sudut, sama sekali taka da hal
yang kebetulan.” (Poirot, hal. 98)
“Ah! Tiram pun bisa tergugah karena
curiga.” (Poirot, hal. 99)
“Dan seterusnya dan seterusnya --- sampai
kita mendapat baju yang paling pas --- yaitu kebenaran.” (Poirot, hal. 100)
“Tak ada seorang manusia pun yang harus
belajar dari manusia lain. Tiap individu harus mengembangkan kemampuan-kemampuannya
sendiri semaksimal mungkin, bukannya meniru kemampuan orang lain.” (Poirot,
hal. 165-166)
“C’est toujours possible, kemungkinan
selalu ada, Madame.” (Poirot, hal. 177)
“Gadis mana saja selalu punya kawan pria.
Kalau tidak, pasti ada kelainan.” (Japp, hal. 189)
“Detektif itu, selalu punya teori. Dia
memang seharusnya begitu.” (Poirot, hal. 192)
“Sebagai detektif aku punya kehormatan yang
mesti dijaga. Kehormatan itu soal yang serius.” (Poirot, hal. 208)
“Yah, kurasa di dunia ini ada berbagai
macam kehormatan.” (Hastings, hal. 208)
“Si mati angkat bicara. Ya, memang
kadang-kadang orang yang sudah mati pun bisa bicara.” (Poirot, hal. 224)
“Oh ya, ya, kita dapat. Kita akan tahu!
Kemampuan otak manusia itu, Hastings, hampir tidak terbatas.” (Poirot, hal.
282)
Comments
Post a Comment