[Review] 7 hal Terbaik yang Dilakukan Remaja Top by John C. Friel - Suatu Pedoman Hidup Menuju Kedewasaan
“Pemuda-pemuda
sekarang suka kemewahan. Mereka berperilaku buruk, merendahkan otoritas, tidak
menghargai orang lain..!”
Judul: 7 Hal Terbaik yang Dilakukan Remaja Top
Judul asli:
The Best Thing (Smart) Teens Do
Pengarang:
John C Friel, Ph.D dan Linda D Friel, MA
Penerbit:
Kaifa
Tahun
terbit: Cetakan I, Januari 2003
Tebal buku:
244 halaman
Pada saat
ini banyak sekali kita mendengar berbagai macam penilaian ataupun perkataan
para orangtua yang bernada miris dan sinis kepada para remaja sekarang. Yang
pada umumnya berkaitan dengan perilaku buruk mereka. Padahal itu semua tidak
terlepas dari peran orangtua dalam memberikan pendidikan atau menyikapi segala
tingkah laku anak-anaknya.
Seiring
dengan perkembangan zaman, tantangan hidup yang dialami para remaja sekarang
sangatlah berbeda dengan masa-masa sebelumnya atau masa para orangtua mereka.
Sehingga timbullah berbagai hal yang membingungkan dan menyulitkan bagi para
orangtua dan anak-anak mereka. Namun tetap saja ada solusi untuk memecahkan
masalah masa kini seperti juga pada masa lalu. Seperti apakah solusi yang baik
dan tepat itu?
Berawal
dari berbagai tingkah laku para remaja dan sikap orangtua (orang dewasa) inilah
John C Friel, Ph.D dan Linda D Friel, MA, yang berprofesi sebagai psikolog dan
menangani terapi individu dan keluarga ini mengeluarkan solusi dan pendapat
mereka dalam sebuah buku yang berjudul Teens on 7 (7 Hal Terbaik yang Dilakukan
Remaja Top). Buku ini tersusun atas 19 bab yang dikelompokkan lagi menjadi 4
bagian, yaitu: (1)Penderitaan dan kenikmatan, kekuatan dan kemuliaan, (2)Tujuh
langkah cerdas, (3)Kiat-kiat, (4)Bawa semuanya pulang.
Pada awal
bab (Bab 1-2), penulis memaparkan tentang segala tingkah para remaja,
penyebabnya, dan bagaimana para orangtua sekarang menyikapinya. Namun masih
berupa penjelasan yang bersifat umum.
Perbedaan
para remaja sekarang dengan saat para orangtua mereka remaja, disebutkan oleh
John dan Linda sebagai konflik antar generasi. Tentunya masalah para remaja
sekarang tidak dapat diatasi dengan cara yang sama dengan para orangtua mereka
pada saat dulu. Namun bukan berarti pula tidak ada solusinya.
Setiap
manusia, khususnya para remaja yang akan beranjak pada masa dewasa membutuhkan
suatu perjuangan. Diantaranya perjuangan untuk membebaskan diri dari peran
‘korban’ dan ‘pelaku’, terutama pada tindak kekerasan. Karena bias diasumsikan bahwa
kebanyakan korban dan pelaku tindak kekerasan itu menganggap bahwa solusi atas
masalah mereka adalah si Korban harus merasakan menjadi pelaku tindak
kekerasan. Begitu pula sebaliknya, si Pelaku haruslah merasakan dirinya menjadi
korban. Solusi tersebut dipandang salah oleh sepasang suami-istri psikolog ini.
Solusi bagi keduanya adalah menjadi seseorang yang dewasa dan bertanggungjawab.
Hal ini membutuhkan suatu perjuangan untuk tumbuh menjadi kuat. Dan inilah
tantangan hidup yang bukan hanya untuk para remaja saja.
Adapun 7
langkah cerdas dalam mengarungi masalah remaja yang merupakan judul pokok buku
ini dipaparkan pada bab ke-4 sampai dengan bab ke-11, dimana terangkum pada
bagian ke-II. Namun isi bagian ke-II ini masih terbatas pada pemahaman dan proses
pembelajaran dari 7 langkah cerdas tersebut.
Langkah
cerdas tersebut adalah (1)Mengembangkan kemampuan paling tidak dalam satu
bidang dan (2)Mempunyai kecerdasan emosional (EQ) yang baik (Bab ke 4-5). Namun
hal ini tentunya diiringi dengan rasa penerimaan diri dan rasa memiliki.
Seperti persepsi yang akurat tentang diri mereka sendiri termasuk keterbatasan
mereka. Buku ini menjelaskan pula bahwa kunci untuk menuju kecerdasan emosi
ialah belajar memahami perasaan sendiri, mendengarkan apa yang mereka katakana,
dan kemudian bertindak sepantasnya. Penguasaan emosi merupakan sesuatu yang
harus dipelajari oleh setiap orang sebelum mereka memasuki kedewasaan
psikologis dengan mengendalikan mereka, bukan menekannya.
Suatu pola
yang sangat memprihatinkan dan banyak terjadi di dalam keluarga pada saat ini
adalah semakin jarangnya para orangtua berada di rumah. Ini karena disibukkan
oleh berbagai urusan pekerjaan dan mereka hanya memberikan ceramah bukannya
mendengarkan segala keluhan anak-anak mereka. Hal ini membuat si Anak ‘menjerit
diam’ (seperti yang disebutkan John dan Linda).
Namun tidak
jarang pula mereka menumpahkan segala permasalahan mereka kepada teman-teman
mereka. Namun terlepas dari itu semua, anak-anak maupun remaja yang sedang
bermasalah memang lebih baik untuk mengumpulkan kekuatan mereka untuk berbicara
kepada orang dewasa terdekat. Karena perlu diakui, mereka mempunyai lebih
banyak pengalaman dan pemahaman dalam memberikan solusi yang terbaik. Itulah
langkah cerdas lainnya, yaitu (3)Mempunyai teman yang bisa diandalkan, dan
(4)Dapat memanfaatkan kekuatan yang dimiliki secara positif, (Bab 6-7).
Adapun
langkah cerdas lainnya ialah, (5)Tidak boleh lari dari masalah yang serius,
(6)Berusaha menemukan jati diri, dan yang terakhir (7)Tidak melakukan hal-hal
yang ekstrim (berbahaya). Ketujuh langkah cerdas ini disajikan dengan baik oleh
suami-istri Friel, walaupun hanya sebatas pemahaman dan pengaruh untuk
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya,
bagian ke-III dari buku ini yaitu bab 12-18, berisikan kiat-kiat tentang
cara-cara yang baik untuk memudahkan dalam mengaplikasikan langkah cerdas
diatas. Sebagai contoh, untuk menerapkan langkah cerdas pertama, penulis
menawarkan agar para remaja mendapatkan atau mencari seseorang yang tahu
tentang apa yang ingin kamu ketahui, misalnya dnegan membaca riwayat hidup
seseorang. Kemudian dalam menerapkan langkah cerdas kelima, John dan Linda
menganjurkan caranya yaitu dengan berani menyingkap dan mengakuinya. Begitu
pula dengan kiat-kiat lainnya yang disajikan dengan baik dan cukup jelas.
Adapun bagian yang terakhir, yang hanya terdiri dari 3 halaman, John dan linda
hanya memberikan kesimpulan ulang dari segala pembahasan dan kembali meyakinkan
bahwa hal-hal yang disajikan pada bab-bab sebelumnya sangatlah bagus untuk
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Namun buku
ini tetap memiliki beberapa kekurangan. Diantaranya ada sebagian kata-kata
ataupun kalimat yang kurang bias dimengerti dnegan mudah dan menjadikan bagian
awal buku ini kurang menarik, walaupun masih bisa ditelaah apa maksudnya.
Mungkin hal ini berkaitan dengan masalah penerjemahan isi buku.
Dilain
pihak, buku ini sarat akan kisah menarik yang dapat kita ambil hikmahnya.
Kisah-kisah itu terasa pas dengan topic pembahasan. Selain itu buku ini juga
membuka pengetahuan dan wawasan kita dalam bidang psikologi serta pengetahuan
tentang bagaimana menjadi remaja yang sebaik-baiknya.
Singkatnya
buku ini merupakan pedoman bagi para remaja menuju kebahagiaan dan
keberhasilan. Serta sebagai denah jalan yang unik menuju kedewasaan dnegan
berbagai fakta, data, teori, serta gagasan-gagasan yang ada. Karena remaja yang
mendengarkan pikiran dan hatinya akan mampu melewati masa remaja yang sukses.
Begitu pula dalam memperbaiki hubungan para remaja dan orngtua yang sering
terjadi kesalahpahaman. Karena buku ini juga tidak terbatas bagi para remaja,
para orangtua maupun para pendidik dapat memeperoleh berbagai pemahaman dari
dalam buku ini.
Rating : (2/5) it was ok
P.S.: Ini review pertamaku yang kubuat untuk keperluan tugas Bahasa Indonesia waktu SMA dulu.
Comments
Post a Comment