[Review] Dongeng Charles Dickens – Potret kehidupan sosial dalam balutan fiksi klasik
Sungguh
mengerikan bahwa anak-anak seperti Jo harus menderita dan kelaparan. Betapa
menyedihkan ketika orang kaya jadi terlalu kaya dan orang miskin menjadi sangat
menderita. – Bleak House
Judul
asli: Illustrated
Stories from Dickens
Judul
terjemahan: Dongeng Charles Dickens
Seri:
Dongeng Sepanjang Masa
Pengarang:
Charles
Dickens
Diceritakan kembali: Mary
Sebag-Montefiore
Ilustrasi: Barry Ablet
Penerjemah: Dono Sunardi
Redesain: Helen Lie
Penerbit:
Bhuana Ilmu Populer
Terbit:
Cetakan pertama, 2012
Tebal
buku: 352 halaman
Format:
Hardcover
Genre:
Classic
ISBN:
9786022490258
Diantara beberapa seri Dongeng Sepanjang
Masa yang terpajang di etalase saat itu, aku menyukai dua diantaranya. Satu
cerita dari Dickens dan satunya yang kusuka adalah dongeng dari Grim
bersaudara. Sayangnya saat itu aku hanya bisa membeli satu. Dan aku memilih
Dickens. Sekilas dari blurbnya, buku ini berisi lima cerita terbaik karya
Dickens. Salah satunya Oliver Twist. Dan si Oliver inilah yang membuatku
membawa pulang buku ini.
Ada apa dengan Oliver? Diantara daftar
buku yang telah kubaca namun tidak dapat kuselesaikan, novel Oliver Twist
terbitan Bentang salah satunya. Bukan karena terjemahannya atau karena terlalu
tebal. Aku tidak bisa menamatkannya karena kisahnya terlalu menyedihkan. Aku
melihat cerita Dickens di Dongeng Charles Dickens ini lebih singkat dan
dilengkapi ilustrasi. Aku berasumsi cerita-cerita tersebut lebih ringan untuk
dinikmati. Jadi, aku kembali merasa optimis melalui buku ini aku bisa
menamatkan kisah Oliver sekaligus membaca kisah-kisah Dickens lainnya.
Kelima cerita terbaik yang dihimpun di
buku ini antara lain: Oliver Twist, Bleak
House, Great Expectations, A Tale of Two Cities, dan David Copperfield. Ah,
lagi-lagi Oliver Twist berada di urutan pertama. Gelombang kesedihan kembali
menghampiriku sehingga aku melompati Oliver Twist dan langsung memulai dengan Bleak House dan seterusnya. Ketika
sampai di A Tale of Two Cities, aku
meletakkan buku ini di meja lalu berdiri dan menarik napas sambil berjalan
mondar-mandir. Oh, Tuhan, mengapa karya Dickens berisi kehidupan yang suram dan
penuh tragedi, sih?
Syukurlah cerita di buku ini telah
ditulis ulang dan dipersingkat. Syukurlah dilengkapi dengan ilustrasi berwarna
yang kece. Aku kembali duduk dan melanjutkan membaca hingga tamat. Bahkan
hingga kisah Oliver itu dapat aku baca sampai selesai. Berikut sekilas tentang
lima cerita terbaik Dickens di buku ini.
Oliver
Twist
Secara garis besar, ini kisah tentang
perjalanan hidup seorang anak. Ia dilahirkan di panti asuhan yang kejam dan
pelit. Namanya diperoleh berdasarkan urutan abjad anak-anak yang ditampung di
sana. Mr. Bumble (pengurus panti) termasuk orang yang pelit dan kejam. Oliver
dan anak-anak lainnya kelaparan karena jatah makan yang kurang. Oliver pun
tertimpa sial sehingga akhirnya dijual oleh Mr. Bumble kepada tukang pembuat
peti mati. Kehidupannya di tempat itu juga tidak baik sehingga anak kecil itu
melarikan diri. Ia pun diajari menjadi pencopet dan hal-hal lainnya. Endingnya? Happy ending. Tapi percayalah, jalan menuju ke sana lumayan
mengiris hati.
Bleak
House
Dickens banyak menangkap kehidupan di
Inggris pada zaman Victoria. Ada beberapa norma yang berlaku di masyarakat dan
hal-hal lain yang bisa kita lihat di dalam kisah-kisah yang dituliskannya. Bleak House bercerita tentang kehidupan
Esther Summerson yang ditampilkan melalui buku hariannya. Kisah dimulai dengan
kasus perebutan harta yang telah berlangsung bertahun-tahun. Esther diasuh oleh
ibu baptisnya, Miss Barbary. Namun Miss Barbary kemudian meninggal dan Esther
diasuh oleh Mr. Jarndyce. Syukurlah Mr. Jarndyce baik hati dan bijaksana. Namun
tidak menutup kemungkinan akan tragedi tidak hadir di kisah ini. Norma atau
aturan sosial di zaman tersebut mengikat ibu kandung Esther dan membawa
kesedihan di hidupnya. ada juga sempilan cerita anak penyapu jalan yang malang
yang tidak punya tempat bernaung dan menderita cacar hingga itu membuatnya
meninggal.
Great
Expectations
Secara singkat, Great Expectations bercerita tentang kehidupan seorang (bisa juga
dua orang) anak manusia dari kecil hingga dewasa. Bagaimana mereka tumbuh dan
diasuh. Bagaimana kehidupan mengubah sifat-sifat dasar mereka. Estella diadopsi
oleh perempuan yang tidak mempunyai hati yang sepanjang hari memakai gaun
pernikahan. Ia diasuh dan tumbuh menjadi gadis yang berhati dingin oleh
perempuan yang masih hidup dan tidak berdamai dengan masa lalunya. Di sisi
lain, takdir seorang anak bernama Pip berubah menjadi lebih baik hingga hampir
membuatnya lupa diri. Untuk cerita lengkapnya, silakan baca, ya, teman-temanku.
:D
A
Tale of Two Cities
Ini cerita yang hampir membuatku
berhenti lagi membaca karya Dickens. Singkatnya tentang perseteruan antara dua
kota yaitu London dan Paris. Karena kemarahan dan dendam mengakibatkan banyak
sekali yang dipenggal alias dihukum mati. Lucie, Charles dan Sydney – ya terutama
Sydney, mengalami ketidakadilan nasib. Tragedi menimpa dan kesedih bercampur
kegeraman menguar saat aku membaca adegan Sydney memutuskan menyamar menjadi
Charles. Onde, emesh greget dibuatnya
karena Sydney diceritakan bahagia dengan pilihannya tersebut.
David
Copperfield
Disebutkan bahwa cerita David
Copperfield yang paling mirip dengan kisah hidup Dickens sendiri. Inti dari
cerita ini adalah tentang seorang anak. Berasal dari kalangan berkecukupan
namun takdir memintal hidupnya menjadi berkebalikan. David yang masih berusia
sekolah mengalami kehilangan yang beruntun, dimulai dari kehilangan ibu,
pengasuh kesayangan, hingga kehilangan rumah. Perjuangan anak sekecil itu
berjalan kaki menempuh jarak yang cukup jauh dan juga kelaparan kembali dapat
menyentuh hati pembaca. Lalu bagaimana endingnya?
Yuk, silakan baca langsung, ya.
Bisa disimpulkan bahwa kisah-kisah yang
Dickens tulis memang sarat akan hal-hal yang mengerikan (tragis, miris,
menyedihkan) yang menimpa anak-anak dan orang miskin. Namun bila kita lihat
kembali, boleh jadi kisah tersebut mengandung kritik sosial yang mungkin ingin
Dickens suarakan atas kengerian kehidupan banyak orang yang ia saksikan
disekitarnya. Karya sastra memang bisa terlahir karena kegelisahan sang
sastrawan terhadap kondisi masyarakat, ketegangan budaya, dsb. Singkatnya sastra
dapat menjadi potret sosial yang terjadi di suatu tempat pada kurun waktu
tertentu. Ya, mungkin bukan simpati yang diinginkan setelah membaca cerita-cerita
Dickens melainkan pemahaman yang kemudian disertai tindakan untuk mencegah agar
kesedihan dan kepedihan seperti itu tidak kembali terjadi khususnya terhadap
anak-anak.
Rating:
(5/5) it was amazing
Submitted
to:
jadi ingin membaca kisah-kisah dickens versi lengkapnya, terutama Oliver Twist. entah kenapa, penasaran banget dengan cerita itu. :)
ReplyDeleteHaduh justru cerita itu yg gak bisa sy baca sampai selesai mba kalau gak ada versi singkatnya seperti buku ini, :D
Delete