[Review] 204 Rosewood Lane by Debbie Macomber – Tentang kehidupan, cinta dan keluarga
“Waktu yang akan menjawab, bukankah
begitu,” - Marryellen
![]() |
sumber |
Judul terjemahan:
Mengejar Kekasih Hati
Seri: Cedar Cove #2
Pengarang: Debbie Macomber
Penerbit: Violet
Books
Tahun terbit: 2010
Tebal buku: 427 halaman
Format: Paperback
Genre: Romance
ISBN: 978-979-081-305-2
Hal pertama
yang membuatku membeli buku ini adalah sampulnya. Kombinasi warna ungu
muda dengan magenta plus ilustrasi sebuah rumah lengkap dengan taman dan pagarnya
terlihat menarik dimata. Satu-satunya yang mengganggu adalah nama pengarangnya
yang tercetak lebar. Itulah hal yang sering membingungkanku ketika
membeli atau melihat novel bergenre romance dan harlequin. Nama penulis
tercetak lebih besar daripada judul novelnya sendiri. Otakku jadi
terbalik-balik dan aku butuh waktu untuk mencernanya. Namun untuk novel kali
ini, meski masih dengan ukuran font nama pengarangnya yang lebih besar dari
judul, aku menganggap covernya bagus, manis.
Buku ini
setebal 427 halaman. Awalnya aku sempat berharap halamannya sampai 500. Jadi
bisa masuk ke dalam Read Big Challenge,
haha. Tapi, aku cukup terhibur dengan pembatas bukunya. Aku suka buku yang
dilengkapi pembatas. Untuk buku ini, pembatasnya mungil, tidak terlalu panjang,
dan ada quote dari Gibran tercetak di bagian belakangnya. Ada satu hal yang
membuatku sempat mau mundur dan menunda juga, sih, setelah membuka segel buku
ini. Aku lupa, beberapa kali membaca terbitan Violet Books, selalu memakai spasi
1. Tulisan yang kecil plus spasi 1, oh
dear. Namun syukurlah lebar buku ini pas untuk dipegang di tangan dan
setelah mulai membaca kisahnya, perlahan aku mulai enjoy dan spasi serta ukuran font-nya
tidak lagi jadi masalah.
204
Rosewood Lane sendiri merupakan buku kedua dari Cedar Cove. Penulisnya bilang,
untuk setiap buku Cedar Cove, kita bisa melihat nomor bukunya melalui judul. Seperti di buku ini, nomornya adalah 204, itu berarti ini buku kedua. Meski
aku loncat membaca langsung ke buku kedua, itu tidak jadi soal. Sinopsis di sampul belakang cukup membantu jika kita membacanya dengan perlahan. Pun narasi
di awal novel ini juga membantu.
Membaca novel ini seperti menonton tayangan drama. Menurutku
genre-nya full Romance. Sisi
percintaan setiap tokohnya dibahas secara total dan runtut. Penulis memakai
sudut pandang ketiga (tahu segalanya). Perpindahan cerita percintaan satu tokoh
ke tokoh lainnya berjalan mulus. Ada banyak tokoh di dalam novel ini dan bisa
dikatakan semuanya terkait satu sama lain. Nama-nama tokohnya simple jadi mudah
untuk diingat. Meski begitu sebagian besar tokohnya adalah wanita dan kisah
percintaannya dititikberatkan dari sisi wanita. Ya, secara penulisnya pun
wanita, hehe.
Cedar Cove
adalah tempat yang menjadi latar cerita. Tempat ini memang ada. Penulisnya
terinspirasi dari kampung halamannya di Port Orchad, Washington. Untuk tokohnya
sendiri merupakan imajinasi bebas si penulis. Tidak terkait dengan penduduk di
sana. Namun mengenai kopi di Pancake Palace, itu sepertinya komentar pribadi si
penulis mengenai salah satu restaurant di sana. Darimana aku tahu ini semua?
Haha, sempatkanlah membaca pengantar dari penulis sebelum meluncur membaca kisahnya
atau bab pertama buku ini. Aku merasakan sambutan yang hangat dari penulisnya.
Ini buku jadinya terasa akrab dan ramah.
Baiklah, cerita
dibuka dengan Grace Sherman yang sedang berada di kantor pengacara bersama
putrinya Marryellen. Dia berada di sana untuk menandatangani surat
perceraiannya dengan Dan. Suaminya tersebut tiba-tiba pergi dan menghilang
meninggalkan Grace dengan kedua puterinya yang sudah dewasa. Kelly, adik Marryellen,
anak keduanya sangat dekat dengan ayahnya. Dia selalu yakin jika ayahnya
tersebut akan kembali pulang sebelum anak pertamanya lahir. Kelly berpikir,
ayahnya tidak akan melewatkan momen untuk bertemu dengan cucu pertamanya
tersebut. Tetapi setelah Kelly melahirkan anaknya, Dan tidak juga datang. Meski
demikian dia tetap yakin ayahnya akan pulang. Namun Grace, setelah dirundung duka
sekian lama serta diliputi beragam pertanyaan kemana perginya Dan, dia
memutuskan untuk bangkit dan melanjutkan hidup.
Grace
mempunyai sahabat bernama Ollivia. Mereka tumbuh bersama dan telah bersahabat
sejak masa sekolah. Ollivia mengenalkannya dengan Cliff Harding. Pria ini
tinggal 10 mil dari Cedar Cove. Dia mempunya seorang kakek yang kebetulan
dirawat dan menjadi teman ibunya Ollivia, Charlotte. Cliff telah bercerai
selama 5 tahun dan merasa tertarik dengan Grace. Dia mau bersabar hingga Grace siap
untuk kembali membuka hatinya. Sementara itu, Ollivia sendiri adalah seorang
hakim di wilayah tersebut. Dia dekat dengan seorang duda beranak satu, Jack.
Hubungan keduanya diuji dengan kedatangan Eric, anak lelaki Jack yang dirundung
masalah. Jack ingin sekali bisa dekat dengan anaknya dan tanpa sadar Ollivia
merasa teracuhkan.
Selain
konflik percintaan para orangtua, anak-anak mereka pun memilki masalahnya
masing-masing. Marryellen yang mempunyai trauma masa lalu dan memutuskan tidak
akan pernah lagi ingin menikah, mulai merasa tertarik dengan seorang seniman
yang sering membawa karyanya untuk dijual di galeri tempat dirinya bekerja. Jon
Bowman, selain seniman fotografer, dia juga ternyata koki. Sikapnya dingin dan
tidak mudah membagi cerita hidupnya dengan orang lain. Di sisi lain ada pula
Justine, putri Ollivia. Dia telah menikah dengan Seth namun sempat ragu dengan
lelaki itu. Seth bekerja menangkap ikan di Alaska. Tidak pulang ke rumah selama
berbulan-bulan. Masalahnya semakin rumit dengan hadirnya Werren Seget, mantan
kekasih Justine sebelum menikah dengan Seth. Werren begitu tidak tahu diri dan
masih mengharapkan agar Justine kembali padanya. Seth sendiri (meski tidak dia
ungkapkan) merasa cemburu dengan Werren. Namun Justine mencintai Seth dengan
sepenuh hatinya.
Konflik
percintaan lainnya melibatkan Zach Cox dan istrinya Rossemarry. Mereka tidak
terkait dengan tokoh lainnya yang telah kuceritakan di atas. Ya, keterkaitan
mereka sebatas sesame penghuni Cedar Cove. Seiring bertambahnya usia anak-anak
mereka (Allison dan Ted), Rose semakin disibukkan mengurus mereka.
Keterlibatannya dengan komite sekolah dan kegiatan sekolah anak-anaknya membuat
suaminya merasa terabaikan. Di sisi lain ada pula Janice, asisten Zach di
kantornya yang cekatan, ramah, bisa diandalkan. Pernikahan Zach dan Rose pun
terancam berada di gerbang kehancuran.
Aku
menikmati kisah percintaan mereka. Alurnya maju dan runtut. Sebelum mulai
membaca, aku sempat memikirkan konflik seperti apakah yang ditawarkan oleh buku
ini. Ketika berada di halaman 50-an ke atas, jalinan konflik mulai terlihat. Ketika
membaca di halaman 84, ada narasi yang membuatku bertanya, konflik apakah yang
ada di buku pertama. Jika di buku kedua ini, titik utama cerita yang dibahas
adalah perihal kehidupan percintaan Grace, maka apakah di buku pertama fokus
utamanya adalah masalah percintaan yang dialami Ollivia? Ditambah pula judul
seri pertama adalah 16 Lighthouse Road (dari sinopsis di
Goodreads merupakan alamat rumah Ollivia) dan 204 Rosewood Lane sendiri adalah
alamat rumah Grace.
Satu poin
menarik yang bisa kita lihat di novel ini berkaitan dengan budaya atau pola
pikir yang cukup berbeda dengan kehidupan di Indonesia. Di buku ini kutemukan
jika tidak masalah jika si pria bergantian dengan pasangannya untuk memasak makanan.
Pun setiap individu yang telah tinggal bersama diminta untuk bertoleransi dan
berbagi pekerjaan rumah tangga dengan pasangannya. Para wanita di Cedar Cove (mungkin
sama halnya dengan semua wanita di Amerika) berpikiran terbuka. Pun mengenai
permasalahan anak. Maksudku, mereka ada yang tidak ingin memiliki anak di
kehidupan rumah tangga mereka. Namun buku ini sepertinya menyarankan hal yang
sebaiknya. Ya, sepertinya penulis mendukung jika kebahagiaan rumah tangga bisa
bertambah dengan kehadiran anak-anak di dalamnya.
Akhir-akhir ini mereka bergantian
menyediakan makanan. (hal. 40)
Tak lama setelah kematian Jordan dan
perceraian kedua orang tuanya, Justine telah memutuskan kalau ia tidak
meinginkan anak. (hal. 88)
“Kau pernah berkata padaku kalau kau tidak
meinginkan anak.” (hal. 138)
Terlepas
dari 7 buah typo dan spasi serta ukuran font-nya, bisa kusimpulkan jika aku
menikmati membaca buku romance satu ini. Kadar ke-hot-annya tidak terlalu parah
seperti di seri Harlequin yang pernah kubaca. Kisah percintaanya matang dan
tidak cheesy. Haha, walaupun aku merasa jika pria-pria di sana (yang terlibat
percintaan dengan para tokoh cerita), terlihat terlalu sempurna. Mereka
pria-pria yang tulus dan mencintai kekasihnya. Dan seolah mudah saja bertemu
dengan pasangan yang tepat. Haha, ya namanya juga fiksi. Meski begitu, nuansa
yang penulisnya tawarkan terasa pas dan akrab. Meski tidak membuatku greget
maksimal, namun tidak masalah bagiku untuk membaca kelanjutan kisahnya. Tidak
ada deskripsi yang begitu kuat mengenai kota ini (menurutku), akan tetapi penulisnya
membuatku ingin berkunjung ke kota kecil itu dan tinggal beberapa hari di sana.
Mengikuti perjalanan penuh romansa di Cedar Cove #halah #hahaha.
Rating: (3/5) liked it
Submitted to:
Comments
Post a Comment