[Review] Kisah-Kisah Tengah Malam by Edgar Allan Poe – Menikmati horor dan teror dari Buku Edgar Allan Poe pertamaku
“Now this is the point. You fancy me a mad.
Madmen know nothing. But you should have seen me. You should have seen how
wisely I proceeded...”
gambar diambil dari sini |
Judul: Kisah-kisah Tengah
Malam
Judul Asli: Tales of
Mistery and Terror
Pengarang: Edgar
Allan Poe
Penerbit: Gramedia
Pustaka Utama
Tahun terbit: Juli,
2011
Tebal buku: 248
halaman
ISBN:
978-979-22-6537-8
Nama Edgar Allan Poe tidak
asing, sudah pernah kudengar. Setahuku Poe adalah pengarang yang aktif menulis puisi. Ternyata ia juga menulis cerpen
bertemakan horor. Di sampul belakang buku ini, penerbit menyebut Edgar
Allan Poe sebagai master horor gotik.
Di buku ini ada 13 cerpen karangan Poe. Aku
tidak tahu apa alasan dibalik pemilihan ketigabelas cerpen ini. Yang jelas,
tiga buah cerpen Poe yang terkenal: The Black Cat, The Fall of The Usher, dan
Tell-Tale Heart bisa kita temukan di buku ini. Aku pun memutuskan untuk
membaca semua cerpennya sesuai urutan daftar isinya. Jadi aku mulai dengan
cerpen Tell-Tale Heart atau yang di sini diterjemahkan sebagai Gema Jantung
yang Tersiksa.
Cerpen ini bercerita tentang
seorang lelaki yang disebut -aku- yang begitu membenci seorang pria tua yang
memiliki mata seperti mata burung bangkai. Anehnya walau dia benci tapi dia
merawat pria tua tersebut. Karena tidak tahan dengan mata pria tua itu dan
dengan suara detak jantung pria itu yang bisa terdengar jelas bahkan seperti
bunyi memekik membuat si -aku- membunuh pria tua tersebut. Lalu untuk
menghilangkan jejak, -aku- memutilasi mayatnya. Hmm..akhirnya aku tahu apa
maksud horor gotik a la Edgar Allan Poe. Ini tak lain adalah horor yang penuh
teror, sadis, dan menciptakan rasa takut yang merayap ketika membaca buku ini
Bagaimana dengan keduabelas kisah lainnya?
Aku akan menggolongkan kisah atau cerpen-cerpen di buku ini
menjadi beberapa kategori yang tentunya kategori itu aku buat sendiri, hehe.
#1
Horor Sadis Tipe Ringan
Maksud dari kategori ini adalah kisah yang
disajikan dalam cerpen Poe mengandung unsur horor namun bukan horor yang
berkaitan dengan dunia gaib atau hantu. Ini horor yang lebih ke arah sadis dan menurutku kadar sadisnya masih ringan. Tidak terlalu membuatku mendesis dan bilang aww.
Ada satu kisah yang cocok untuk kategori ini. Kisah atau
cerpen tersebut berjudul Gema Jantung yang Tersiksa a.k.a Tell-Tale Heart.
Tentang bagaimana alur cerpennya sudah kubahas di atas. Adegan mutilasi di
sini kadarnya masih lumayan dan tidak terlalu mengejutkan. Oleh karena itu
cerpen ini masuk ke kategori horror sadis tipe ringan.
“…Sebelah
matanya mengingatkanku akan mata burung bangkai - warnanya biru pucat, dilapisi
selaput tipis yang menjijikan. Setiap kali mata itu menatapku, darahku mengalir
dingin, hingga akhirnya tumbuh hasrat di dadaku untuk membunuh beliau…”
(hal.12)
#2
Horor Sadis Tipe Berat
Oke, kategori ini masih sama seperti kategori
sebelumnya. Cerpen yang masuk ke kategori ini tergolong horror sadis dengan
kadar yang tinggi. Niat banget sepertinya Poe membuat takut para pembacanya.
Terror yang disajikan perlahan merayap dan membuat jantung pembaca, ya, katakanlah sepertiku, terkejut-kejut. Haha. Mungkin terdengar hiperbola, tapi
coba saja baca. Menurutku cerpen yang masuk ke kategori ini ada dua yaitu Kucing
Hitam dan satu lagi berjudul Jurang dan Pendulum.
Ringkasnya di kisah Kucing Hitam, si –aku-
(lagi-lagi Poe memakai tokoh tanpa nama yang disebutnya sebagai –aku-)
mengalami kutukan karena telah menganiaya seekor kucing hitam. Awalnya –aku-
adalah seorang yang baik dan pecinta binatang, namun seiring waktu dia menjadi
seorang pemabuk dan hilang akal. Dengan sadis dia menyiksa dan membunuh
kucingnya. Selain itu, istrinya pun dia bunuh juga.
Beda halnya dengan kisah si –aku- di cerpen Jurang
dan Pendulum. Di sini –aku- adalah seorang tahanan yang sedang mengalami
penyiksaan. Dia ditempatkan di penjara yang gelap dan para penyiksanya berharap
dia mati karena gila atau mati karena tidak tahan dengan penyiksaan tersebut.
Penyiksaan pertama adalah dengan adanya jurang di sel tahannya. Jurang tersebut
maksudnya lubang yang tidak terlalu dalam yang terletak di tengah ruangan. Yang
jadi masalah, jurang tersebut dihuni oleh tikus-tikus lapar. Kebayang kan apa
yang terjadi kalau ada tahanan yang masuk ke dalam jurang tersebut. Bakal mati
sendiri digerogoti para tikus lapar. Hiii..
Namun si –aku- selamat dari teror jurang.
Ini membuat penyiksanya menaikan level penyiksaannya terhadap si –aku-
tersebut. Dia lalu diikat terlentang diatas tempat tidur dan dipastikan tidak
ada anggota badan yang bisa digerakkan selain siku tangan kiri. Tepat di
atasnya ditaruh pendulum berbetuk sabit yang tajam. Pendulum tersebut perlahan
turun dan jika saja si –aku- tidak cerdik, jantungnya akan terpotong oleh pendulum
tersebut. Ini karena pendulum itu memang dipasang pas di atas jantung si –aku-.
Eww...
Berikut kutipan yang menunjukkan kesadisan di
cerpen ini:
“Dari
saku jaket kuambil sebilah pisau kecil, lalu kugenggam leher kucing itu sebelum
kucungkil salah satu matanya!” (Kucing Hitam, hal. 150)
“Getaran
pendulum kini berada di sebelah kanan tubuhku. Kulihat bilah sabitnya didesain
khusus untuk menyayat bagian dada (jantung)-ku.” (Jurang dan Pendulum, hal.
175)
#3
Deskripsi yang Panjang dan (agak) Bertele-tele
Aku tidak terlalu menikmati cerpen
yang masuk ke kategori ini. Aku mencoba, tapi memang tidak mudah. Cerpen di
kategori ini seperti uji kesabaran, dan aku berhasil sih membaca lembar demi
lembarnya. Asli, aku melihat Poe sebagai penulis yang begitu detail. Kadang
deskripsi yang Poe sajikan terkesan berbelit-belit, namun mungkin itulah gaya
Poe bercerita. Ada tiga cerpen yang aku golongkan ke dalam kategori ini.
Pertama adalah cerpennya yang berjudul Pesan
dalam Botol. Asumsi pertama, aku membayangkan ada seorang yang tersesat di
lautan atau terdampar di pulau antah berantah, lalu orang terebut mengirimkan
pesan kepada orang lain melalui botol yang kebetulan ada di dekatnya. Ternyata,
Poe menyajikannya dengan sangat kompleks bahkan membingungkan. Bahkan aku tidak
merasa tokoh utama di situ menghanyutkan botol yang berisi pesan. Haha. Ada
satu yang menarik di sini, ada kata –Batavia-. Aha, apa kalian teringat sesuatu
ketika mendengar kata –Batavia-? Aku tidak menyangka Poe memasukkan Jakarta
Tempoe Doeloe di dalam cerpennya. :)
“Usahaku
sebelumnya untuk bersembunyi dari mereka sungguh konyol, karena mereka takkan
pernah melihatku.” (hal. 32)
Cerpennya yang lain yang tak kalah bertele-tele berjudul Mengarungi Badai Maelstrom. Cerpen ini menghabiskan
sekitar 28 lembar dan itu full deskripsi terutama di bagian-bagian awal. Cukup melelahkan membacanya. Aku terus berpikir, kapan ini habisnya? Sepertinya
Poe meneror pembacanya alih alih bercerita tentang teror yang dialami si pelaku
di dalam cerpennya ini.
“Memandangi
sekelilingku, ke arah dinding hitam yang terbentuk oleh pusaran air laut, aku
melihat bahwa kapal kami bukan satu-satunya korban badai,…” (hal:83)
Yang terakhir dalam kategori ini berjudul William
Wilson. Bercerita tentang perjalanan hidup seorang anak dari kecil hingga dia
dewasa. Satu hal yang aneh di cerita ini adalah dia selalu bertemu dengan
seorang anak lainnya yang terlihat begitu sama persis dengan dirinya sejak
kecil dulu. Anak tersebut selalu mengikutinya dan menyainginya dalam berbagai
macam hal. Entahlah, namun membaca cerpen yang cukup panjang ini mengingatkan
aku dengan sebuah film berjudul Black Swan.
“Dalam
beberapa detik, aku memojokkannya, lalu membuatnya jatuh berlutut; maka kuambil
kesempatan itu untuk menusukkan pedangku sekuat tenaga, berkali-kali, ke
dadanya.” (hal.216)
#4
Kisah yang Miris
Lanjut ke kategori selanjutnya. Ada tiga
cerpen yang masuk ke kategori ini yaitu Hop-Frog; Kotak Persegi Panjang; dan
Obrolan dengan Mummy. Ketiga judul ini memiliki kesamaan yaitu mempunyai alur
kisah yang miris. Tentang ketidakadilan, dan tentang umm apa ya, terasa ada
sesuatu yang menggumpal sehabis membaca cerpen-cerpen ini. Ada yang berakhir
dengan happy ending ada juga yang miris. Walaupun kiah ini miris sedikit
melankolis, efek nuansa suram a la Poe tetap tidak hilang.
Di dalam kisah Hop-Frog, Poe bercerita
tentang seorang pelawak kerajaan. Dia adalah pelawak kesayangan Raja, karena
dia selalu bisa membuat Raja dan Para Menterinya tertawa dan menertawainya.
Akhirnya Hop-Frog, si Pelawak tersebut membalas perlakuan semena-mena sang Raja
dan menteri kepadanya. Nah mengapa dia dinamakan Hop-Frog dan bagaimana dia
membalas dendam? Langsung baca sendiri ya teman, hehe.
“Karena
mantel berbulu itu juga dilapisi -tar- yang mudah tersulut, belum lagi Hop-Frog
selesai berbicara kedelapan korbannya telah hangus ditelan kobaran api.” (hal.
53)
Berikutnya ada cerpen yang berjudul Kotak
Persegi Panjang. Ceritanya sedikit romantis melankolis. Tentang si –aku- yang
mempunyai teman bernama Cornelius. Dia dan temannya berlayar di sebuah kapal
yang bertolak dari South Carolina menuju New York. Yang jadi misteri adalah,
Cornelius ini membawa serta sebuah Kotak Persegi Panjang yang besarnya hampir
memenuhi kabin kamarnya di kapal tersebut. Kotak itu begitu menjadi misteri
bagi si –aku- dan dia pun berusaha mengungkap rahasia kotak itu yang
ternyata..isi kotak tersebut membuat cerita ini jadi mengharukan.
“Saat
berikutnya, Cornelius dan kotak persegi panjang itu sudah berada di dalam
perairan laut – mendadak hilang untuk selamanya.” (hal. 105)
Lain lagi dengan kisah di cerpen yang
berjudul Obrolan dengan Mummy. Secara garis besar, kisah ini menunjukkan
tentang kesombongan manusia yang sering menganggap orang lain yang bukan
kelompoknya lebih rendah. Yang menarik di sini adalah perdebatan antara si
Mummy dan para ilmuwan masa kini yang dikemas dengan baik sekali oleh Poe.
Rasa-rasanya aku jadi ingin ikut berbincang dengan Mummy yang pintar,
berwawasan serta pastinya tidak meneyramkan atau jahat. Justru hal jahat atau
horror di dalam cerpen ini adalah sikap atau ego para manusia. Aku jadi
penasaran, apakah Poe melakukan riset dulu sebelum menulis kisah ini atau
tidak? Dan kenapa kata –Mummy- di cerpen ini tidak ditulis –mumi- sebagaimana
bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia?
“Setelah
itu, jenazah tersebut bersin; lalu, ia menggerakkan sebelah tangan yang
terkepal erat di depan wajah Dokter Ponnonner dalam posisi hendak meninju;
diikuti oleh pembicaraan dalam bahsa Mesir kuno…” (hal. 117)
#5
Ending Menggantung yang Terasa Sedih
Ada dua cerpen di dalam kategori ini. Pertama
berjudul Potret Seorang Gadis. Bercerita tentang misteri lukisan seorang gadis
di sebuah istana di Pegunungan Apennines. Lukisan itu sangat hidup dan begitu
indah. Adalah si –aku- yang penasaran dengan lukisan yang tergantung di sebuah
kamar di istana tersebut. Kebetulan ada sebuah buku di atas kasur di kamar
tersebut yang bercerita hal ihwal lukisan tersebut. Ending cerpen ini sedikit
menggantung dan terasa sedih.
“Mengingat
kemiripan gadis belia di dalam lukisan itu yang menyerupai manusia nyata, aku
menghabiskan waktu sekitar satu jam untuk duduk berpikir tanpa melepaskan
pandanganku dari dinding.” (hal.57)
Cerpen lainnya berjudul Pertanda Buruk. New
York, kota dimana si –aku- tinggal tengah diserang wabah kolera yang mematikan.
Nah si –aku- merasa ketakutan akan wabah ini sehingga saking takutnya dia mampu
melihat pertanda buruk berupa monster yang menuruni bukit. Ending kisah ini
menggantung membuat pembaca bertanya-tanya apakah yang sebenarnya terjadi.
Benarkah sebuah pertanda buruk atau hanya kegilaan seorang –aku-. Silakan
teman-teman telusuri. :)
“Ketika
pada akhirnya aku mengakui pada diri sendiri keberadaan makhluk aneh nan seram
itu dihadapanku, …., mataku mendadak terfokus pada rahang makhluk tersebut yang
terlihat semakin melebar, mulutnya terbuka, serta-merta mengeluarkan auman
keras yang menghentak sarafku. Dan begitu monster tersebut menghilang di kaki
bukit, aku pun jatuh pingsan, tergolek di lantai.” (hal.187)
#6
Tentang Hantu dan Dunia Gaib
Nah, ternyata hanya ada dua cerpen yang bisa
aku golongkan sebagai horor misteri semacam hantu atau dunia gaib yang tidak
masuk akal. Kedua cerita ini berjudul Setan Merah dan Misteri Rumah Keluarga
Usher. Di dalam setan merah, ada sesuatu yang tidak nyata yang menyerang dan
membunuh Pangeran Prospero dan seribu tamunya di dalam gereja yang seperti
istana seiring dengan dentang jam pukul 12 malam. Terror ini bersal dari salah
satu kamar di –katakanlah- istana tersebut. Kamar yang interiornya berwana
hitam, gelap dengan jendela berwarna merah darah.
“Mereka
juga melihat sosok misterius berjubah hitam panjang yang berdiri tegak di dalam
bayang-bayang jam dinding, sebelum napas mereka tercekat di leher saat
memperhatikan bahwa kain hitam dan topeng pucat itu tidak diisi oleh makhluk
nyata.” (hal.146)
Sedangkan di dalam cerpen lainnya yang
berjudul Misteri Rumah Keluarga Usher a.k.a The Fall of The Usher, Poe tidak
langsung menampilkan sosok hantu di awal cerita. Si hantu baru datang di akhir
cerita dengan tiba-tiba sehingga mengaggetkan sekali. Di cerita ini aku seperti
terseret masuk dan begitu terkejut dengan penampakan yang tiba-tiba hadir di
ending cerita. Cerita ini berakhir misris namun penuh misteri dan gaib yang
begitu kental. Hmm..cerpen Poe memang berwarna gelap dan horror pake banget, deh.
“Tapi,
setelah kedua pintu itu terjatuh ke lantai, kulihat sosok Lady Madeline berdiri
di sana. Jubahnya yang putih ternoda tetesan darah, …” (hal.244)
Begitulah, menurutku buku ini terasa padat
sekali walaupun secara fisik sekitar 200an halaman saja. Adakalanya membaca
sebuah cerpen seperti membaca empat bab novel atau sekitar 50-80 halaman. Ini
mungkin dikarenakan deskripsi yang hadir dalam setiap goresan Poe begitu
kental. Belum lagi unsur horor dan teror yang juga bisa membuat kepala
pembaca menjadi lelah. Ditambah pula Poe lebih banyak menggunakan –aku- sebagai
tokoh utama. Poe jarang sekali menggunakan nama atau memberi nama untuk
tokoh-tokoh di dalam cerpennya di dalam buku ini. Jadi seolah-olah, pembaca
berperan langsung menjadi tokoh utama dan mau tidak mau ikut merasakan teror
yang dialami si tokoh tersebut. Phew, Poe memang menarik dan cerdas sekali.
Tertarik? Ayo, baca dan rasakan sendiri sensasinya. Salam Teror, hehe. :D
Rating: (5/5) it was amazing
Rating: (5/5) it was amazing
Comments
Post a Comment