[Review] Princess Deokhye by Kwon Bee-Young – Kisah tentang seorang putri yang dilupakan sejarah
“Tempat ini adalah negaraku. Aroma negara yang sudah merasuk di dalam jiwa dan ragaku.” – Deokhye
Judul:
Princess
Deokhye
Judul Asli: The Last Princess of Chosun
Dynasti Deokhye
Pengarang:
Kwon
Bee-Young
Penerbit:
Bentang
Terbit:
Cetakan pertama - Juni, 2012
Tebal
buku: 368 halaman
Format:
Paperback
Genre:
Historical Fiction, Asian Literature
ISBN:
978-602-8811-76-7
Princess Deokhye adalah novel
bercitarasa Asia kedua yang telah selesai kubaca. Sebelumnya aku pernah membaca
The Conch Bearer yang merupakan novel anak dengan nuansa kehidupan di India karangan
Divakarunii. Rasanya menyenangkan dan segar setelah sebelumnya sering membaca
novel terjemahan berbau Eropa atau Amerika. Pun terasa perbedaannya dengan
membaca novel lokal berlatar negeri sendiri, meski masih berada di benua yang
sama yaitu Asia.
Selain bercitarasa Asia, Princess
Deokhye ini bisa pula digolongkan sebagai historical fiction. Di halaman
pembuka, pnulisnya telah memaparkan bahwa ini merupakan gambaran dari kisah
kehidupan dari seorang putri bungsu raja Korea yang hidup di masa perang dengan
Jepang. Putri Deokhye tidak dapat hidup layak sebagaimana seorang Putri Raja.
Bahkan ia harus meninggalkan negaranya sendiri dan hidup di Negara penjajah
sebagai tawanan. Penulis yang tersentuh dengan kehidupan sang Putri mulai
tertarik untuk menulis novel ini meski sebelumnya dia lebih senang menulis
novel dengan latar belakang masa kini.
Sebelum membaca novel ini, aku sudah
bisa menebak bahwa ini merupakan kisah yang penuh kesedihan. Sedikit tergambar
nuansa kehidupan Korea di masa lalu dengan pakaian tradisional mereka. Gambaran
tersebut kudapat ketika masih rajin menonton beberapa dramanya beberapa waktu
lalu, hehe. Ya, selama ini baru menikmati aroma Korea dari layar kaca. Oleh karena
itu salah satu hal yang membuatku membawa buku ini ke kasir adalah rasa
penasaran akan setting tempat dan apa yang menimpa sang Putri di kehidupannya
tersebut. Tentunya gambar dan pilihan warna kavernya juga menarik hati.
Ketika mulai membaca novel ini aku sempat
merasa bingung dan lumayan makan waktu untuk beradaptasi dengan cara penulis bertutur
(entah jika ada kaitannya dengan cara penterjemahannya). Belum lagi mengingat
nama-nama tokoh yang menurutku sulit dilafalkan. Setelah mendapat gambaran yang
mantap, aku baru bisa mengikuti kisah sang Putri dengan lebih nyaman.
Ada kalanya di tengah kisah aku merasa
tidak ingin menamatkan buku ini karena beberapa hal misalnya tentang karakter
sang Putri yang mengesalkan. Juga tentang betapa keras hatinya beberapa tokoh
lainnya. Namun jika dilihat dari sisi lain, justru hal tersebut dapat membuat
karakternya tampak lebih manusiawi, termasuk karakter sang Putri sendiri. Ya,
pada akhirnya aku berhasil menamatkan novel ini meski endingnya sedikit
membingungkan. Setidaknya bertambahlah pengalaman baru mencicipi novel yang
kental dengan nuansa budaya suatu negara.
Secara ringkas, novel ini berlatar masa
lalu dengan alur yang bergerak maju. Dan tentunya bercerita tentang kehidupan
Putri Deokhye. Ia merupakan anak bungsu Raja Joseon (sebutan untuk kerajaan
Korea pada masa itu). Sang Putri dibesarkan oleh Raja dan Ratu serta dayang yang
mengasihinya. Ia tumbuh menjadi anak yang manis, baik hati, dan juga pemberani
serta peduli terhadap kehidupan dan kesejahteraan rakyatnya. Ia pun sangat
mencintai tanah airnya. Dan hal tersebutlah yang begitu menghancurkan hatinya ketika
harus pergi ke negeri Jepang.
Pada saat itu Jepang menjajah Joseon.
Sang Putri dibesarkan dalam tata cara kerajaan sekaligus mendapatkan pendidikan
formal ala Jepang. Ia pun fasih berbahasa negara tersebut. Hingga suatu kali
(kalau tidak salah saat usianya 12 tahun) ia diminta untuk meninggalkan tanah
airnya dan menetap di Jepang sebagai tawanan. Tentunya tawanan dari kalangan
kerajaan diperlakukan berbeda dan tetap dihormati. Namun rasa cinta terhadap
keluarga dan tanah air sang Putri sangatlah kuat. Hatinya terbebani dan
kehidupannya diliputi kesedihan. Belum lagi di tambah ketika ia harus menikah
dengan orang Jepang meski sang Raja pernah mengusahakannya untuk mendapatkan
jodoh lelaki Korea. Tentunya ada sedikit romansa dan kisah tentang beberapa hal
lainnya yang meliputi kehidupan sang Putri.
Ya, sepertinya pengalaman membacaku masih
kurang. Nama penulisnya yaitu Kwon Bee-Young ini pun baru kudengar saat ini.
Mungkin aku akan meminta tanda tangannya di buku terjemahan Princess Deokhye
ini jika suatu kali bisa bertemu dengan penulisnya. Atau jika khayalan ini
diteruskan, aku ingin mengoleksi buku ini dalam bahasa dan aksara aslinya.
Boleh juga kalau di buku asli tersebut ada tanda tangan penulisnya, hehe.
Overall,
buku ini menawarkan pengalaman membaca yang berbeda. Tentunya karena latar dan
budaya yang berbeda dari kebanyakan novel yang kubaca akhir-akhir ini. Terlepas
dari kesulitan memahami alur cerita, penuturan penulis, dan anam-nama tokohnya,
aku lumayan menikmati dan penasaran dengan jalan kehidupan sang Putri yang
terlupakan. Rasa cintanya terhadap keluarga dan tanah air pun sangat menyentuh.
Bukan hanya sang Putri, begitu pula beberapa pemuda Korea lainnya yang menolak
penjajahan dan berjuang demi kemerdekaan. Lebih lanjut, aku pun penasaran
dengan tulisan Kwon Bee-Young lainnya yang katanya lebih banyak bercerita
dengan latar masa kini. Singkatnya, ini buku yang menarik namun perlu kesabaran
untukku memahami dan menamatkannya.
Rating:
(3/5) liked it
Submitted to:
Submitted to:
Comments
Post a Comment