[Review] Poirot Investigates by Agatha Christie – Kisah sebelas perkara yang telah ditangani Poirot
“Mau apa lagi? Kalau kita memang lain dari yang lain, kita tentu menyadarinya! Dan orang lain pun melihat hal itu—…” – Hercule Poirot
Judul
asli: Poirot Investigates
Judul
terjemahan: Poirot Melacak
Series:
Hercule Poirot (a Collection of Stories) #3
Pengarang:
Agatha
Christie
Penerbit:
Gramedia Pustaka Utama
Terbit:
Cetakan keenam - Januari, 2014
Tebal
buku: 288 halaman
Format:
Paperback
Genre:
Mystery
ISBN:
978-979-22-3247-9
Ini merupakan salah satu dari lima buku
yang masuk ke dalam tbr bulan Juni.
Selain Poirot Investigates, buku
Agatha lainnya yang masuk adalah Misteri Karibia. Dan selain dalam rangka
membabat timbunan, aku juga berencana menyelesaikan tunggakan untuk kategori "Lima Buku dari Penulis yang sama" pada Read and Review Challenge 2017 yang diselenggarakan oleh BBI.
Poirot Investigates tidak terdiri dari
satu kisah/kasus yang utuh. Buku ini merupakan kumpulan kasus-kasus (a Collection of Stories) yang berhasil
diselesaikan oleh Poirot. Total ada sebelas kasus di dalamnya yang menjadikan
buku ini lumayan padat, menurutku. Dan sebenarnya aku cukup sengaja memasukkan
seri ini untuk membuatnya seimbang dengan Miss Marple’s Final Cases yang sudah kubaca dan kureview di awal tahun lalu.
Seimbang karena sama-sama berisi kumpulan kasus yang ditangani oleh dua
pentolan detektif rekaan Agatha Christie tersebut, hahaha, #apasih.
Kisah-kisah di dalam Poirot Investigates masih dikisahkan
melalui sudut pandang Kapten Hastings. Biasanya aku kurang bisa menikmati kisah
Poirot jika bercerita melalui Kapten Hastings, namun buku ini terasa lumayan.
Lumayan tidak terlalu membingungkan seperti di The Mysterious Affair at Styles. Ya, kembali lagi, ini mungkin
karena Poirot Investigates tidak
berisi hanya satu kasus saja. Selain itu di sini ada cukup banyak tambahan
informasi (untukku) tentang hubungan persahabatan Poirot dengan Kapten Hastings.
Ada beberapa kali aku tertawa membaca komentar-komentar si Kapten terhadap
gerak gerik Poirot. Keakraban diantara mereka terasa menyenangkan untuk
diikuti.
Meskipun
ia sering mencemooh aku, hatiku lekat sekali pada sahabat kecilku yang aneh
itu. (hal. 22 – Misteri Bintang Barat)
Ia
keluar, dan pintu tertutup. Sambil tersenyum menertawakan perilakunya, dan
dengan penuh kasih sayang, kuambil jasnya dan kuulurkan tanganku untuk
mengambil sikat pakaian. (hal. 184 – Perampokan Permata di Hotel Grand
Metropolitan)
Seperti biasa, Poirot adalah detektif
cerdas yang bekerja dengan metodenya sendiri yaitu dengan lebih memanfaatkan
sel-sel kelabu di otaknya yang berada di dalam kepala bulat telurnya tersebut. Deskripsi
tentang hal tersebut tampaknya memang selalu ada dalam setiap seri Poirot. Satu
hal yang kusukai adalah semakin banyak membaca kisah atau buku Poirot, aku
merasa semakin banyak karakteristik Poirot yang terkuak. Pun dengan
karakteristik Hastingss, hehe.
Ia
segera meninggalkan kami. Poirot bersandar, lalu menyalakan rokok Rusia-nya
yang kecil. Lalu dengan hati-hati dan cermat, disusunnya cangkir-cangkir kopi
yang sudah kosong, membentuk suatu barisan rapi. Lalu dengan wajah berseri-seri
dipandanginya hasil kerjanya itu. (hal. 165 - Perampokan Permata di Hotel Grand
Metropolitan)
“Saya
sebenarnya bahkan tak perlu meninggalkan London. Sebenarnya cukuplah kalau saya
duduk saja tenang-tenang di kamar saya di sana. Yang penting adalah sel-sel
kecil kelabu di dalam sini. …” (hal. 211 – Perdana Menteri yang Diculik)
Diantara 11 kisah/kasus di buku ini, aku
akan bercerita tentang 3 diantaranya. Pertama tentang kasus yang kusukai. Lalu
tentang kasus yang menjadi ilustrasi kaver buku ini, dan terakhir kasus yang
menurutku membingungkan sehingga membuatku gagal paham, hehe.
Oke, akan aku mulai. Aku suka dengan kisah
kesembilan yang berjudul Hilangnya Mr. Davenheim. Kisah ini dimulai dengan
kedatangan Inspektur Japp dari kepolisian Scotland Yard ke flat tempat tinggal
Poirot. Inspektur Japp merupakan tokoh yang lumayan sering masuk ke dalam kisah
kriminal yang Poirot tangani. Inspektur Japp dan Poirot bertaruh dalam
memecahkan kasus ini. Poirot sangat yakin jika metodenya yang berfokus
memanfaatkan sel-sel kelabu di otak merupakan metode yang efektif. Dia tidak
perlu beranjak dari kursinya. Ya, menurut Poirot yang diperlukan dalam
memecahkan suatu kasus hanyalah sel-sel kelabunya dan kumpulan fakta-fakta
mengenai kasus tersebut.
Mr. Davenheim sendiri adalah salah satu
pendiri Davenheim and Salmon, sebuah perusahaan perbankan dan keuangan yang
terkenal. Suatu hari ia keluar dari rumahnya dan tidak terlihat lagi. Sang
Istri berupaya mencarinya dan sama sekali tidak ada jejak pembunuhan. Apakah
mungkin Mr. Davenheim diculik lalu dibunuh di suatu tempat yang jauh? Lalu apa
motif dari si pelaku?
Aku menyukai kisah ini karena beberapa
hal. Pertama ini kisah mudah untuk diikuti. Tidak terlalu sulit untuk
memahaminya. Kedua, kisahnya memiliki puntiran atau twist di bagian akhir yang menarik. Dan terakhir aku menyukainya
karena di kisah ini semua karakter yang berhubungan dengan Poirot berkumpul.
Maksudku Kapten Hastings dan Inspektur Japp. Agatha pun menceritakannya dengan
dibumbui humor. Haha, aku teringat kisah ini membuatku tertawa saat membaca
adegan Hastings dan Inspektur Japp yang meragukan kehebatan Poirot dan
berbicara di belakangnya. Pun semakin geli melihat tingkah detektif Belgia
berkepala bulat telur tersebut. Silakan nanti teman-teman coba baca.
“Eh
bien!” kata Poirot langsung. “Kalian berdua menertawakan Papa Poirot, ya?” Ia
menuding-nudingkan jari telunjuknya kepadaku. (hal. 234 – Hilangnya Mr.
Davenheim)
Selanjutnya, kasus kesepuluh yang
berjudul Petualangan Bangsawan Itali merupakan kasus yang menjadi ilustrasi
dari kaver buku ini. Seperti yang bisa teman-teman lihat di bagian atas
postingan ini, hanya ada satu barang yang menghiasi kaver Poirot Investigates yang kumiliki ini. Sebuah patung pualam kecil
dengan noda darah di bagian dasarnya. Aku tidak tahu ada alasan apa dibalik
pemilihan kisah tersebut untuk dijadikan kaver karena menurutku pribadi, kisah
Petualangan Bangsawan Itali tersebut tidak terlalu menarik dan biasa saja.
Kasus ini terkait dengan seorang
bangsawan dari Italia yang ditemukan terbunuh di flatnya. Dalam keadaan sekarat
dia sempat menelpon dan meminta tolong. Kebetulan Poirot sedang berada di
sekitar situ bersama dengan dokter yang merupakan salah seorang teman dari
bangsawan yang bernama Count Focatini tersebut. Tentu saja dengan kehadiran
Poirot di sana dapat diketahui siapa pelakunya, bagaimana cara melakukannya dan
apa motif si pelaku.
Nah, sekarang tinggal kasus yang
membuatku bingung dan gagal paham. Sebenarnya ingin membaca ulang kasus
tersebut, namun ya, mungkin nanti saja. Soalnya masih ada beberapa buku di
timbunan itu yang sudah melirik sekaligus teriak-teriak minta dibaca, haha. Seperti
kutipan klasik ini: so many books, so
little time.
Oke, kasus tersebut berjudul Misteri di
Flat Murah dan merupakan kasus ketiga di buku ini. Di sini Poirot menangani
sebuah misteri tentang sebuah flat yang disewakan dengan harga murah. Mrs. Robinson,
teman baru dalam kelompok minum the Hastings mengatakan dia telah menemukan
sebuah flat murah untuk ditinggali. Keanehannya terletak pada harga flat tersebut.
Sebelum Mrs. Robinson datang, ada seorang lagi telah datang melihat flat
tersebut namun tidak berhasil mendapatkannya karena harga yang tinggi dll. Mrs.
Robinson merasa begitu beruntung. Dan ketika Hastings menceritakan kisah
tersebut, Poirot menjadi tertarik.
Nah, aku menjadi bingung saat misteri
flat mulai terkuak dimana berhubungan dengan jaringan mata-mata Amerika dan
Jerman (kalau tidak salah, aku tidak mengecek ulang, hehe). Intinya aku menjadi
bingung mengenai proses dan kronologis keterkaitannya. Pun bingung dengan kronologis
penyergapannya serta tokoh-tokoh yang terlibat di dalamnya. Aku menjadi lumayan
sulit mengikuti kisah yang ini. Oleh karena itu, dalam review ini aku
menobatkan kisah tersebut sebagai kisah yang membuatku gagal paham. Ada yang
sudah baca juga? Bagaimana menurut kalian?
Overall,
aku termasuk salah satu penggemar tulisan Agatha Christie terutama seri
detektifnya yang antara lain HerculePoirot, Miss Marple, dan/atau suami istri Tommy and Tuppence. Kumpulan kasus di buku ini memberikan nuansa yang
berbeda khususnya dalam menikmati kisah Poirot. Tebal buku ini hanya 288
halaman namun entah mengapa terasa begitu padat. Aku awalnya berpikir bahwa
tidak mungkin buku ini berisi sebelas kasus. Adapun di sisi lain, Poirot Investigates merupakan satu lagi
buku karangan Agatha yang berhasil kubaca dan kureview. Lumayan buat melunasi
tunggakan pada RC yang kuikuti di tahun ini, haha. Oh ya, terakhir mengenai
kutipan, aku tidak akan membuat postingan khusus karena tidak banyak kutipan
yang kutemukan. Khusus kali ini aku akan langsung menuliskan kutipan yang
kutemukan sebagai kalimat terakhir dari review buku ini. Terimakasih sudah
mampir kemari dan selamat membaca buku, teman.
“Tapi
pasti ada ganjarannya, Hastings! Selalu ada ganjarannya, croyez-moi!” (hal. 114
– Misteri di Hunter’s Lodge)
Dan
seperti kukatakan, ketidakpastian menimbulkan kepanikan. (hal. 204 – Perdana
Menteri yang Diculik)
Rating: (3/5) liked it
Submitted
to:
Comments
Post a Comment