[Review] Good Omens by Neil Gaiman – Satu cerita tentang hari Akhir

Kalau begitu dia harus mempergunakan waktu yang ada ini sebaik-baiknya.



Judul asli: Good Omens
Judul terjemahan: Pertanda-pertanda Baik
Pengarang: Neil Gaiman & Terry Pratchett
Penerjemah: Lulu Wijaya
Desain sampul: Satya Utama Jadi
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Cetakan pertama, April 2010
Tebal buku: 520 halaman
Format: Paperback
Genre:
ISBN: 978-979-22-5622-2

Aku salah satu penyuka novel karya Neil Gaiman semenjak membaca Stardust di 2015 lalu. Jika melihat novelnya yang belum kupunya terpajang di etalase, aku bisa langsung membelinya tanpa membaca blurb, misalnya. Sempat terjadi perang batin #halah sewaktu belanja buku di liburan kemarin. Sulit memutuskan mau membeli buku yang itu atau buku Gaiman yang Norse Mythology. Dan keterbatasan dana pada waktu itu membuatku tidak bisa langsung membeli dua buku tersebut. Ya, semoga di tahun ini, aku bisa membaca beberapa karyanya lagi. #curhatterus

Sama halnya dengan Interworld, Good Omens bukan hanya ditulis oleh Gaiman saja. Untuk novel ini dia berkolaborasi dengan seorang penulis Inggris lainnya yaitu Terry Pratchett. Sebenarnya, aku belum pernah membaca buku karya Pratchett #akupembacaamatir. Jika teman-teman ada yang sudah pernah membacanya, boleh rekomendasikan aku judul buku Pratchett favorit kalian, ya. Terimakasih. :D

Sebenarnya aku sudah selesai baca novel ini beberapa bulan lalu (Juli 2017). Namun aku kesulitan membuat reviewnya karena bingung sendiri mau mulai darimana. Ya, it happens, right? Ada masa kita tidak bisa membaca atau menulis meski kedua hal itu sangat disukai. Akan tetapi, marilah dicoba.

Good Omens berkisah tentang dua malaikat yang mewakili dua jalur yang berlawanan. Satu mewakili Surga dan satunya, ya, mewakili, dunia bawah (bisa dibilang Iblis/Neraka). Kedua malaikat tersebut bernama Crowley dan Aziraphale. Mereka telah lama mendiami bumi, sejak masa penciptaan. Dan karena telah terlalu lama di bumi serta keasikan berinteraksi dengan manusia dan hal-hal duniawi lainnya, mereka menjadi terlalu menyukai dunia.

Berdasarkan ramalan yang begitu akurat yang diramal oleh Agnes Nutter, tersebutlah akhir dunia yang juga dikenal dengan armageddon sudah dekat. Antikristus telah sampai di bumi (baca: dilahirkan). Kedua malaikat tadi (yang memang memiliki sifat tidak bisa menolak perintah) mencoba menuruti rangkaian takdir yang telah ditetapkan. Namun disisi lain, mereka pada dasarnya tidak setuju dengan kedatangan kiamat apalagi dalam waktu dekat. Mereka mulai mencari cara untuk menghalangi hal tersebut terjadi.

Apa yang menarik di novel ini? Salah satunya, menurutku Good Omens memiliki ide ceritanya unik. Keunikan tersebut terlihat dari dua tokoh utamanya yaitu dua malaikat yang menolak terjadinya kiamat. Biasanya kisah tentang kiamat dilihat dari sudut pandang manusia. Oleh karena itu, Good Omens terasa “segar” dan out of the box. Keunikan lainnya adalah dengan segala kekuatan yang dimilikinya serta anjing neraka yang memang sengaja diutus sebagai pengawal, bagaimana jika sang antikristus tidak tumbuh seperti yang diharapkan? Bagaimana jika ternyata anak tersebut memiliki hati yang “baik”. Yap, suatu ide yang menantang untuk ditulis.

Good Omens bisa digolongkan sebagai buku bantal karena memiliki ketebalan di atas 500 halaman. Membacanya mungkin akan menimbulkan kelelahan. Apalagi notabene menyangkut keyakinan yang berbeda denganku. Namun aku melihatnya dari sisi pembaca yang menikmati sebuah kisah. Gaiman dan Prattchet telah meramunya sedemikian rupa sehingga acap kali membuatku tertawa. Narasi dan banyak dialog di dalamnya mengandung satir. Jika pun merasa lelah, itu aku alami di bagian awal buku.

Ya, ada banyak karakter di dalamnya. Di bagian awal, bisa dibilang kita diajak untuk melihat setiap tokoh di dalamnya satu persatu. Tidak hanya mengetahui nama mereka yang beberapa diantaranya susah diingat, namun juga beberapa informasi yang nantinya berperan dalam alur cerita. Intinya, jika kamu berhasil membaca sampai ke tengah maka akan semakin nyaman menikmati ceritanya.

Secara keseluruhan, novel ini lumayan menyenangkan untuk dibaca. Ide cerita di dalam buku ini bisa dibilang anti-mainstream. Topik Armageddon atau tentang hari Akhir dibawakan dengan tidak serius. Cukup bersabar saja dan mencoba memahami tokoh-tokoh di dalamnya. Oh, ya, di luar hal tersebut, kaver Good Omens yang kupunya ini cantik. Aku suka, hehe. Dan yang mungkin tadi terlupa dibahas, seingatku novel ini juga menyisipkan kepedulian terhadap lingkungan. Lalu kisah tentang empat pengendara kuda dan apa yang telah mereka lakukan kepada dunia juga seru untuk dibaca. Silakan dicoba sendiri, ya. Selamat membaca buku.

Dia cantik sekali, tapi cantiknya sama seperti kalau kau menganggap kebakaran hutan itu indah; sesuatu untuk dikagumi dari kejauhan, bukan dari dekat. (hal. 165)

Hanya Kematian yang tidak berubah. Ada beberapa hal yang tak pernah berubah di dunia ini. (hal. 456)

Bagaimanapun, kau tak pernah melupakan teman-teman pertama yang pernah kaumiliki, sekalipun pada waktu itu usiamu baru beberapa jam. (hal. 512)

Dia punya perasaan bahwa ada sesuatu yang akan berakhir. Bukan dunia ini sih. Hanya musim panas ini saja. Akan ada musim panas lainnya, tapi takkan pernah ada lagi musim panas seperti yang satu ini. Sampai kapan pun. (hal. 516)

Rating: (4/5) really liked it

Comments

Popular posts from this blog

7 Alasan Memilih dan Membeli Buku Bacaan

[Review] The Silmarillion by J.R.R Tolkien – Sebuah riwayat yang panjang

[Review] Cewek Paling Badung di Sekolah by Enid Blyton – Asal mula Elizabeth dikirim ke Whyteleafe