[Review] The Physick Book of Deliverance Dane by Katherine Howe – Fiksi sejarah tentang pengadilan penyihir di kota Salem
“Kau bisa memiliki seluruh kehidupan ini, dengan semua pendapatmu, cintamu, ketakutanmu. Namun, akhirnya bagian dirimu yang itu lenyap. Kemudian orang-orang yang masih mengenang bagian tersebut dari dirimu pun juga akan menghilang. Dan, yang tertinggal darimu hanyalah sebuah nama di dalam buku catatan.” – Samuel Hartley
Judul
asli: The
Physick Book of Deliverance Dane
Judul
terjemahan: Buku Ramuan Deliverance Dane
Pengarang:
Katherine
Howe
Penerjemah: Dina Begum
Penerbit:
Violet Books
Terbit:
Cetakan pertama, 2011
Tebal
buku: 416 halaman
Format:
Paperback
Genre:
Historical Fiction
ISBN:
978-979-081-631-2
Setahun yang lalu aku mulai membaca The Physick Book of Deliverance Dane
(TPBoDD) atau yang diterjemahkan menjadi Buku Ramuan Deliverance Dane. Saat itu
mungkin menjelang akhir tahun juga. Aku tidak bisa menamatkan buku ini, entah karena
tergiur membaca buku lain atau karena ada kesibukan yang tidak dapat ditunda.
Cerita di buku ini juga semakin terasa berat dan membingungkanku saat itu. Namun
ketika membaca ulang, malah jadi lebih mudah dicerna.
Sejarah kota Salem (Desa Salem, sebutan
pada masa itu) terutama yang terkait dengan pengadilan penyihirnya menjadi inti
dari kisah di buku ini. Ya, TPBoDD mengusung genre historical fiction/fiksi sejarah. Ada dua plot yang dituliskan
bergantian. Satu di masa lalu dan satunya di masa depan. Hal ini membuatku teringat
dengan The Rosetti Letter. Selain
mengusung genre yang sama, model penceritaannya juga begitu. Apakah rata-rata
hisfic menggunakan model seperti itu? Pengalaman membaca hisfic-ku masih minim.
Aroma sihir (meski terkait dengan
sejarah) sudah bisa dirasakan sejak halaman awal buku. Pada sampul bagian dalam,
ada ilustrasi tumbuhan yang bernama mandrake.
Lebih lanjut dijelaskan mandrake ini merupakan
umbian beracun yang tidak boleh sembarangan mencabutnya. Umbi ini membuatku
teringat dengan mandrake di dalam
Harry Potter yang mampu berteriak begitu nyaring saat dicabut, hehe. Meski terdengar
masih dalam lingkup ilmiah, ada bagian yang memang benar-benar beraroma
“sihir/aliran tenaga dalam/keajaiban” termuat di dalam buku ini.
“Begitu
beracunnya, bahkan, sampai-sampai legenda menyebutkan bahwa siapa pun yang
mencoba menggalinya, ia akan mati di tempat. Oleh karena itu, kalau ada yang
menginginkan tanaman ini, haruslah digali oleh seekor anjing.” (hal. 60)
“Selain
itu,” tambahnya, “beberapa buku holtikultura modern menyebutkan bahwa ketika
mandrake dicabut, tumbuhan itu akan menjerit.” (hal. 60)
Connie Goodwin memerlukan waktu di musim
panas untuk melakukan penelitian desertasinya. Namun ada ibunya yang meminta
Connie “menangani” rumah neneknya di sekitar Salem. Rumah tersebut direncanakan
untuk dijual, jadi perlu ada beberapa perbaikan. Connie datang ke sana bersama
sahabatnya, Liz. Rumah itu ternyata cukup tua, dibangun sejak masa abad
pertengahan. Ada banyak herba liar yang tumbuh saling tumpang tindih karena
sudah tidak terurus. Semakin masuk ke dalam, ada prabotan berupa deretan
botol-botol kaca dengan beragam bentuk. Connie menemukan kunci tua di dalam
Alkitab abad ketujuh belas. Di dalam kunci tersebut, ada sepotong perkamen
dengan sebuah nama tertulis di dalamnya: Deliverance Dane.
Connie pun mendapat ide untuk bahan
desertasinya. Penemuan di rumah neneknya tersebut mengarahkan Connie untuk
mencari tahu, siapakah Deliverance Dane berikut mencari artefak langka yang
memiliki kekuatan misterius. Yap, sesuai judul novel ini: buku ramuan. Di sisi
lain, ada Professor Chilton yang merupakan pembimbing desertasinya. Chilton
juga turut mendesak penemuan buku langka tersebut. Sangat mendesak dan memaksa
malah.
Seperti yang kukatakan sebelumnya, kisah
tentang Connie berselang-seling dengan kisah Deliverance dengan setting masa
lalu yang berkaitan dengan pengobatan, pengadilan penyihir, penjara, teluh,
dsb. Aku menyukai deskripsi yang Katherine (penulis novel ini) tampilkan
tentang suasana abad pertengahan tersebut di Salem. Pun dengan gambaran
mengenai orang-orang di masa itu. Katherine mencoba detail dan membaca banyak
sumber terkait hal tersebut. Salah satu pengetahuan baru bagiku adalah cara mereka
memanggil atau address seseorang.
Misalnya kalau sekarang, banyak digunakan kata Mr. (kependekan dari Mister),
Miss, Mrs., dll. Nah, pada masa itu mereka menggunakan kata Goodman dan Goody.
Ya, menurutku itu salah satu detail yang diperhatikan oleh Katherine.
“Goodman
James sedang mengendalikan keledainya ke rah dermaga. Goody James bangun,
mencondongkan badannya ke belakang…” (hal. 120)
Membaca historical fiction memang
terkadang menguras pikiran. Ada saat kita harus beradaptasi tidak hanya dengan
pergantian plot dan latar waktunya, namun juga dengan konten sejarah itu
sendiri. Meskipun demikian, aku membaca novel bermuatan sejarah lebih menyenangkan
daripada langsung membaca buku teks yang kelewat formal. Adanya dialog dan
deskripsi mengenai perasaan karakter di dalamnya yang digulirkan oleh pengarang
sejarah fiksi membuat kita membaca konten tersebut dengan lebih santai. Singkatnya,
The Physick Book of Deliverance Dane
menawarkan sajian sejarah yang menarik terkait dengan pengadilan penyihir di
masa lalu. Khususnya mengenai cara pengobatan atau penyembuhan terkait suatu
penyakit dengan sistem ramuan/herbal. Pembaca diajak untuk melihat sisi lain
dari segala yang berbau penyihir di masa itu. Suatu sajian yang menyenangkan
untuk dinikmati.
Rating:
(3/5) liked it
Submitted
to:
Comments
Post a Comment