[Review] Mary Poppins Comes Back by P. L. Travers – Perjumpaan kedua dengan Mary Poppins dan keajaiban yang mengikutinya
Mungkin
kita tidak akan pernah lebih tahu daripada ini—memikirkan sesuatu adalah
mewujudkannya.- Matahari
Judul:
Mary
Poppins Comes Back
Seri: Mary Poppins #2
Seri: Mary Poppins #2
Pengarang:
P.
L. Travers
Penerbit:
Qanita
Terbit:
Cetakan pertama - Januari, 2015
Tebal
buku: 336 halaman
Format:
Paperback
Genre:
Fantasy
ISBN:
978-602-9225-59-4
Ini merupakan buku kedua dari seri Mary
Poppins. Aku merasa senang ketika pertama kali menemukannya. Selain
karena kavernya yang jauh lebih asyik daripada seri pertamanya yang kupunya
itu, aku juga merasa senang bisa melanjutkan membaca seri ini secara berurutan.
Tidak terpikir sebelumnya jika ada Mary Poppins lainnya yang telah diterjemahkan.
Senang sekali kembali mengenal sosok pengasuh yang tegas, angkuh, narsis dan
sedikit pemarah tersebut.
Awalnya memang merasa cukup aneh dengan
karakternya. Mengapa dia bersikap begitu aneh dengan anak-anak? Dia membuat
jarak dengan mereka meski tugasnya adalah mengasuh. Namun rasanya akan seru
jika bisa berkenalan dengan Mary Poppins karena jika dia datang maka sekitar
kita akan dipenuhi keajaiban yang ganjil dan juga tentunya petualangan yang
benar-benar diluar nalar dan dugaan.
Jane
dan Michael saling bertukar pandang. Mereka tahu, tidak ada gunanya bertanya
karena Mary Poppins tidak pernah menjelaskan sesuatu pun. (hal. 38)
Mary Poppins kembali datang ke rumah
keluarga Banks, rumah Nomor 17 di Cherry-Tree Lane. Marry datang bersama layang-layang
yang diterbangkan Michael di suatu taman. Dan Mary memang datang di saat yang
tepat. Di rumah tersebut sedang terjadi kegaduhan dan Mrs. Banks (seperti
biasa) menjadi panik dan sedih. Kedatangan Mary Poppins sangat disukai oleh
keluarga tersebut. Meskipun cara Mary aneh dalam mengasuh dan berinteraksi
dengan anak-anak, namun mereka sangat menyayanginya. Aku pun mungkin demikian
jika bisa berkenalan dan menghabiskan waktu dengan Mary Poppins.
Tidak ada alur yang signifikan. Satu hal
yang bergerak maju adalah pertumbuhan anak-anak keluarga Banks serta kedatangan
seorang anggota baru yaitu si manis Annabel. Selebihnya isi dari buku ini
adalah petualangan dan hal ajaib yang Mary tawarkan kepada anak-anak tersebut.
Polanya pun mirip dengan buku sebelumnya (klik review-nya di sini).
Pertama, pola tentang kedatangan Mary
Poppins yang tiba-tiba. Di buku pertama dia turun dari angkasa dengan
menggenggam payung bertangkai burung beo kepunyaannya itu. Di buku ini, Mary
turun bersama awan dan benang layangan. Pola selanjutnya, jika di buku pertama,
anak-anak Banks bertemu Paman Albert, di sini mereka bertemu kerabat Mary
lainnya yaitu Mr. Turvy. Semua menjadi terjungkir balik di setiap hari Senin
Keduanya.
Adapun pola lainnya, di seri ini
anak-anak Banks tidak berpesta dengan hewan-hewan di kebun binatang. Kali ini
keganjilannya meliputi bintang-bintang, komet, matahari, dan aneka benda
langit. Mereka Keluar Malam dan menonton pertunjukkan sirkus yang dipimpin oleh
Matahari dan ditutup dengan adegan dansa. Oh ya, tidak lupa dengan burung Jalak
yang berisik namun kesepian. Ia kembali menyambut kelahiran seorang anggota
keluarga Banks setelah di buku pertama burung itu banyak berbincang dengan bayi
John dan Barbara. Bayi Annabel yang masih mampu memahami suara alam membuat si
Burung kegirangan. Namun akhirnya Annabel perlahan melupakannya dan membuatnya
sedih dan kecewa. Mungkin dia memang ingin punya sahabat manusia. Tentunya
hanya Mary Poppins yang berbeda.
“Perjalanan
panjang, sungguh!” kata Burung Jalak pelan sambil mengangkat kepala dari dada.
“Dan, ah, akan segera terlupakan!” (hal. 160)
Meski polanya mirip, ada beberapa hal
yang mengejutkan di buku keduanya ini. Petualangan yang dialami anak-anak
keluarga Banks tidak semuanya menyenangkan. Ada petualangan yang mengerikan dan
aku merasa: wah, ini petualangan ajaib yang berbahaya. Ini kisah Jane yang
hampir teperangkap di dunia Mangkuk di hari Rabu saat dia menjadi begitu
berbeda karena bad mood. Jane mau
saja diajak anak-anak di dunia Mangkuk untuk masuk dan mampir ke rumah mereka.
Setelah sampai di rumah tersebut, seorang kakek tua dan anak-anak tersebut
tidak memperbolehkan Jane kembali. Anak itu sangat ketakutan. Lalu, pasti tahu,
kan, siapa yang menyelamataknanya? Hehe.
Hal lainnya yang mengejutkan adalah
tentang kisah Robertson Ay dan sekilas clue
tentang Laksamana Bloom. Robertson Ay adalah pemuda pemalas yang sering sekali
tidur. Mr. Banks sudah beberapa kali dibuat marah-marah dengan tingkahnya yang
aneh misalnya menyemir topi Mr. Banks dengan tidak rapi dll. Melalui kisah yang
Mary tuturkan, kita dibawa menebak siapa jati diri Robertson Ay sebenarnya
#tsah. Sementara Laksamana Bloom yang memang aneh karena sering berteriak dan
selalu terbawa suasana laut tampak mengucapkan selamat tinggal ketika Mary dan
anak-anak pergi menuju komidi putar. Malam itu kalung rantai yang dipakai Mary
putus. Artinya Mary harus pergi kembali meninggalkan keluarga Banks. Anak-anak
merasa kehilangan. Namun liontin yang Mary pakai mereka simpan dan dalam
liontin tersebut tersimpan sesuatu yang mengharukan.
Melalui blurb di belakang buku ini bisa
diketahui bahwa Mary Poppins Comes Back telah diadaptasi dalam bentuk film
musical pada tahun 1964 dan mendapatkan banyak penghargaan diantaranya Academy
Awards, Golden Globe Awards, dan Grammy Awards. Rasanya aku belum pernah
menonton seri adaptasinya. Semoga ada waktu dan kesempatan nanti. Terlepas dari
itu, buku ini juga dilengkapi dengan ilustrasi pada beberapa halaman dari
bagian awal hingga akhir buku yang membuatku merasa lebih enak menikmati
kisahnya.
Ya, sangat menyenangkan
bisa berkenalan dengan Mary Poppins. Imajinasi di buku ini tanpa batas namun berisi
nasehat dan pembelajaran yang baik. Meskipun sosoknya tegas dan angkuh, Mary
adalah pengasuh terbaik dan penyayang. Siapa yang tidak suka dengan Mary
Poppins walaupun tidak ada yang tahu sebenarnya dia itu apa, hehe. Silakan
dicoba membacanya. Jangan menyerah ketika merasa buku ini begitu aneh. Bacalah
hingga akhir dan rasanya akan sangat menyenangkan. Sekali lagi imajinasinya
cukup liar (dalam konotasi baik, ya). Selamat membaca buku, kawan.
Submitted to:
----------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------
Tadaa…selesai sudah bertualang dengan
Mary Poppins di seri keduanya ini. Melalui buku ini kita dapat lebih mengenal
sosok Mary Poppins berikut orang-orag di sekitar kawasan Chery-Tree Lane. Aku
menyukai kisah klasik ini dan berharap dapat membaca kelanjutannya. Pada buku
setebal 336 halaman ini ada beberapa kutipan manis yang kutemukan. Dan seperti
bias akarena jumlahnya tidak lebih dari 10 buah, aku gabung dnegan reviewnya.
Silakan dinikmati. Semoga hari kalian menyenangkan dan penuh keajaiban, hehe.
:D
“Awal
yang baik adalah pekerjaan yang sudah setengah selesai. …” (hal. 46)
“Berhati-hatilah
dengan rasa penasaranmu,” kata Mary Poppins. (hal. 49)
“Kita
selalu berjalan,” gerutunya kepada Jane dengan berbisik, berhati-hati agar Mary
Poppins tidak mendengarnya, “tapi rasanya seakan kita tidak pernah tiba di mana
pun.” (hal. 171)
“Apa
yang nyata dan apa yang tidak? Bisakah kau memberitahuku atau aku
memberitahumu? Mungkin kita tidak akan pernah lebih tahu daripada
ini—memikirkan sesuatu adalah mewujudkannya. Maka, jika Michael mengira membawa
Bulan di kedua lengannya—wah, kalau begitu, dia memang membawa Bulan.” (hal.
234)
“Ada
balon untuk semua orang, seandainya saja mereka tahu. Mereka menentukan pilihan
dan tidak terburu-buru! Dan aku telah menjual semuanya! Balon dan balon!” (hal.
265)
“Semua
hal baik pasti akan berakhir, pada suatu saat nanti,” kata Mary Poppins angkuh.
(hal. 308)
Comments
Post a Comment