[Review] Just So Stories by Rudyard Kipling – Kumpulan dongeng pengantar tidur
“Terkadang
orang memang tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik
untuk diri mereka sendiri.”- Ular
Judul
asli: Just So Stories
Judul
terjemahan: Sekadar Cerita
Pengarang:
Rudyard
Kipling
Penerbit:
Gramedia Pustaka Utama
Terbit:
Desember 2011
Tebal
buku: 160 halaman
Format:
Paperback
Genre:
Children Literature, Classic Literature
ISBN:
978-979-22-7803-3
Just
So Stories pernah masuk ke dalam daftar wishlist-ku. Buku karangan Rudyard Kipling yang juga
merupakan pengarang The Jungle Book
ini berisi banyak fable tentang asal muasal sesuatu dan aku tertarik dengan hal
tersebut. Idenya unik-unik dan bikin penasaran. Ceritanya, pada suatu ketika,
aku meminta mas-mas di Gramedia
membongkar tumpukan buku diskon karena aku mencari seri ketiga Hannibal Lecter.
Ketika Mas tersebut sedang membongkar, buku ini muncul ke permukaan. Sampulnya
yang hijau terang dengan ilustrasi paus menelan banyak hewan laut cukup eye-catching. Dan melihat stempel mawar
di pojok kanan bawah, jelaslah bahwa ini buku klasik yang telah melintasi masa
ke masa. Segelnya masih rapi, hanya sedikit menguning dipinggirannya. Aku pun
membawa wishlist book ini pulang
setelah izin sama mbak kasir tentunya, hehe.
Tidak ada keterangan yang spesifik kapan
pertama kali kisah-kisah di buku ini diterbitkan. Hanya di blurb disebutkan bahwa kisah-kisah ini sudah berusia lebih dari
seratus tahun, weew. Lebih lanjut, di
bagian awal ada semacam kata pengantar dari Steven Andersen yang merupakan
illustrator yang melengkapi kisah di buku ini. Yup, buku ini dilengkapi
ilustrasi di setiap cerita yang dihasilkan. Awalnya, Kipling sendiri yang
menggambar untuk ilustrasinya, namun ada kebijakan lain untuk seri yang
Gramedia terbitkan. Steven sendiri merasa terhormat dan mengerjakannya sebaik
mungkin. Ilustrasi menjadikan buku ini semakin menarik untuk dibaca.
“Kalau
ditanya kenapa buku yang sudah memiliki ilustrasi kemudian digambar ulang, saya
rasa jawabannya sangat sederhana: kenapa tidak? Kipling mengilustrasikannya
Just So Stories sebagai penulis; sedangkan saya mengilustrasikannya sebagai
pembaca -- ….” (hal. 6)
Total ada 12 kisah dengan judul yang
berbeda-beda yang dikumpulkan di dalam Just So Stories. Sebagian besar melibatkan
hewan-hewan yang bisa berbicara, yang bertingkah laku dengan khas dan tentunya
penampilan mereka tidak seperti yang kita lihat pada masa sekarang ini. Itu
semua karena buku ini banyak bercerita mengenai asal mula sesuatu (terutama
yang berhubungan dengan hewan) dan memiliki setting di jaman dahulu kala.
Contoh kisah di dalam buku ini seperti Kenapa Paus Tidak Bisa Memakan Manusia;
Bagaimana Unta Mendapat Punuknya; Kenapa Kulit Badak Penuh Lipatan, dst.
Dari 12 kisah yang disajikan, aku akan
membahas tiga kisah di sini. Kisah tersebut terbagi atas kisah yang aku sukai,
kisah yang kurang aku sukai (kurang bisa kunikmati) dan kisah yang menarik
karena suatu hal.
Kisah yang kusukai berjudul Kucing
Penyendiri. Bukan karena aku suka kucing, kisah ini lumayan unik. Ringkasnya
ini berkisah tentang asal muasal sifat makhluk hidup. Awalnya ada manusia goa
lalu mereka membuat hewan-hewan liar menjadi jinak seperti, anjing, sapi, kuda.
Sifat-sifat hewan tersebut juga terbentuk karena sumpah yang mereka ucapkan dan
sebagai perjanjian mereka dengan manusia goa tersebut. Hanya satu hewan yaitu
si Kucing yang bentuk perjanjiannya cukup aneh dan menjadi sifat yang kucing
saat ini miliki. Kucing Penyendiri merupakan dua kisah terakhir yang ada di
buku ini. Silakan baca, ya. :)
Well,
ya, memang ada beberapa kisah yang butuh sedikit perjuangan untuk membacanya
hingga tuntas. Di buku ini, ada beberapa kisah yang membuatku sedikit mengulur
waktu untuk menyelesaikannya. Beberapa kali aku menemukan kisah dimana ada kalimat
di dalamnya yang ditulis berulang. Dan hal itu membuatku kurang bisa
menikmatinya.
Salah satu kisah yang kurang bisa
kunikmati berjudul Bagaimana Alfabet Dirumuskan. Pada zaman dahulu kala, ada
seorang anak kecil yang cerdas bernama Taffimai Metallumai (biasa dipanggil
Taffy) dan ayahnya yang seorang kepala suku bernama Tegumai. Setelah kejadian
salah paham akibat surat bergambar yang Taffy kirim ke Ibunya, Taffy mencoba
merumuskan tulisan yang lebih mudah dimengerti. Dari situ satu per satu huruf alphabet
dirumuskan dan idenya berdasarkan suara yang dikeluarkan.
“Tapi
itu juga termasuk suara. Itu suara yang sama seperti yang dibuat ular,
Ayah—saat ia berusaha berpikir dan tidak mau diganggu. Ayo kita gambar suara
ular yang berbunyi ssh. Apa ini cukup?” Dan dia pun menggambarnya. (hal. 95)
Ya, berdasarkan judul sepertinya sudah
dapat ditebak jika ini memang berkisah tentang asal muasal alfabet. Aku kurang
menyukai kisahnya. Kisah ini sangat panjang (sekitar 20 halaman) dan isinya
memang penuh imajinasi, kreatifitas, tapi entah mengapa aku merasa monoton dan
kurang bisa menikmatinya. Kisah ini pun sebenarnya ada dua bagian. Bagian
pertama berjudul Surat Bergambar dan kemudian barulah dilanjutkan dengan kisah
yang kusebutkan ini.
Selanjutnya, kisah yang menarik di buku
ini berjudul Kepiting dan Lautan Luas. Kisah ini mengambil latar saat awal
mula Bumi diciptakan. Penyihir Tua satu per satu menyiapkan isi dunia. Mulai
daratan, lautan, langit, bulan, hingga penghuni di dalamnya (hewan, tumbuhan,
dan manusia pertama). Hewan yang dilemparkan Penyihir Tua ke dunia sangat besar
dan merupakan nenek moyang hewan yang bisa kita lihat pada saat ini.
Masing-masing hewan memiliki perannya masing-masing dalam membantu Penyihir Tua
untuk mendadani Bumi.
Pau Amma si Kepiting agak nakal dan
keluar sebelum Penyihir Tua mengijinkannya. Dia akhirnya berseteru dengan
Penyihir dan Manusia. Hal itulah yang nantinya menjadi asal mula mengapa
kepiting memiliki capit, mengapa membangun sarang berupa lubang, dst.
Apa yang menarik di sini adalah aku
menemukan unsur islam dan Indonesia di sana. Ada kata: “Kun - Payah kun”
setelah selesai satu penciptaan. Mungkin yang muslim akan teringat dengan salah
satu ayat di AlQuran, “Kun fayakun/Jadilah! Maka jadilah sesuatu itu”. Aku
cukup terkejut dengan hal itu. Aku pun merasa ini menarik dengan deretan pulau indah
yang diciptakan itu meliputi Kalimantan, Sulawesi, Sumatera dan Jawa. Wow, Rudyard Kipling memang seorang
kebangsaan Inggris namun dia lahir di India dan mencintai negara tersebut.
Mungkin itu sebabnya dia mengenal nama-nama pulau di Nusantara. Dan entah
mengapa ada terselip rasa senang saat pulau-pulau tersebut adalah bagian dari negaraku, Indonesia. Sepertinya daerah Indonesia memang telah terkenal dan baik
namanya di mata dunia. Semoga akan selalu seperti itu. :)
Yap, itulah pengalamanku membaca salah
satu karya Rudyard Kipling. Salah satu karyanya yang terkenal adalah The Jungle Book. Sejauh ini aku baru
menonton filmnya. Bolehlah jika nanti mencoba membaca bukunya juga. Kisah di
dalamnya masih seputar hewan yang bisa berbicara, dan kearifan menjaga alam.
Jika bisa sedikit berkomentar, The Jungle
Book adalah versi cerita yang lebih baik daripada cerita semacamnya (baca:
Tarzan). Dan mungkin lagu yang dinyanyikan Baloo si Beruang Tua ditulis oleh
Kipling sendiri. Mungkin, lho, ya. Ini hanya dugaanku saja, hehe. Aku berpikir
demikian karena selain ilustrasi, Just So
Stories juga dilengkapi dengan puisi/sajak yang diletakkan di bagian akhir
setiap kisah di buku tersebut. Dan karena ini versi terjemahan, maka sajak
tersebut juga sudah diterjemahkan pula. Silakan baca deh, bagi yang penasaran
dengan buku ini. Untuk anak-anak juga aman, lho. Okay? Selamat membaca buku! :D
Rating:
(3/5) liked it
Submitted
to:
----------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------
Yap, seperti biasa, aku membuat bagian
ini untuk menuliskan beberapa kalimat menarik yang kutemukan di Just So Stories karangan Rudyard
Kipling. Namun kali ini tidak banyak yang kutemukan meski ini termasuk buku
klasik (biasanya aku menemukan lebih banyak quote menarik di buku-buku klasik).
Hal itu mungkin dikarenakan buku ini merupakan kumpulan dongeng pengantar tidur
dengan fokus cerita yang tidak hanya berada di satu plot cerita dan karakternya
yang beragam. Tapi terlepas dari itu, aku akan tetap menuliskan quote tersebut
di sini. Mungkin bisa menginspirasi. Selamat membaca. :D
“Terkadang
orang memang tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik
untuk diri mereka sendiri.” (hal. 46 – Ular dalam Kisah si Anak Gajah)
“….
Sekarang bentuknya masih seperti gambar, dan seperti yang kita lihat hari ini,
tidak semua gambar bisa dimengerti dengan benar.” (hal. 87 – Kepala Suku
Tegumai dalam Surat Bergambar)
Ini buku favorit, soalnya ada gambar didalemnya dan gambarnya juga cantik, bikin betah baca berulang-ulang.
ReplyDeleteIya mba, ilustrasinya keren. Jadi bikin betah bacanya ya. 😊
ReplyDelete