[Review] Miss Marple’s Final Cases by Agatha Christie – Bukan hanya satu, tapi delapan kisah
“Sungguh
gila rasanya, kalau semua yang baru saja terjadi sudah kita lupakan.” – Alicia
Coombe
Judul asli: Miss Marple's Final Cases
Judul terjemahan: Kasus-kasus Terakhir Miss Marple
Seri: Miss Marple #14
Seri: Miss Marple #14
Pengarang: Agatha Christie
Penerbit: Gramedia
Pustaka Utama
Terbit: Cetakan
kelima, Januari, 2014
Tebal buku: 172 halaman
Format: Paperback
Genre: Classic; Mystery
ISBN:
978-979-22-3259-2
Kembali aku menulis review dengan sebab
untuk memperbaiki ritme membaca hingga untuk kembali berlatih menulis. Betapa
hidup memang penuh kejutan. Tidak terlintas bahwa 2016 yang sudah berlalu akan
menjadi tahun penuh warna warni. Rasanya seperti baru kemarin memasang target
membaca, ikutan reading challenge, dsb. Pun tidak terlintas bahwa akan ada
lebih banyak buku yang kubeli daripada yang kubaca. Dan sama sekali tidak menduga kalau aku bisa mendapatkan buntelan buku Agatha Christie dengan harga yang begitu
miring, hehe.
Satu buntelan ini berisi 10 buku. Tidak
hanya seri Poirot, ada pula seri Miss Marple di dalamnya. Dan aku memilih untuk
membaca buku ini setelah sempat bingung ingin duluan membaca judul yang mana. Selain
karena tebalnya yang hanya 172 halaman, aku memilih buku ini juga karena aku
kangen dengan Miss Marple. Terakhir membaca Sleeping Murder dan itu kira-kira
setahun yang lalu (September, 2015).
Tidak seperti karya Agatha yang
sebelumnya kubaca, buku yang ini sedikit berbeda. Kontennya masih seputar kisah
misteri pembunuhan dan semacamnya, namun kali ini tidak hanya mengangkat satu
kisah. Buku ini berisi 8 kisah pendek yang tentunya menarik meskipun tidak
dengan penampilan bukunya. Maksudku, pada terbitan ini ada beberapa halaman yang ketikannya terlihat membayang. Bahkan ada
typo pada paragraf pertama, di awal buku. Terlepas dari penampilannya, aku
tetap bersemangat membaca kisah di dalamnya.
Seperti yang kusebutkan sebelumnya, buku
ini berisi 8 kisah pendek. Bisa kukatakan bahwa 6 kisah awal masih ada menyebut
nama Miss Marple. Namun 2 kisah terakhir tampak berupa kisah lepas. Tidak ada
Miss Marple di dalamnya. Kisahnya pun agak berbau supranatural. Aku juga tidak
mengerti, mengapa kedua kisah tersebut termasuk ke dalam seri Miss Marple ini.
Terlebih salah satu dari 2 kisah tersebut dipakai sebagai ilustrasi untuk sampul bukunya. Bahkan pada blurb di bagian
belakang buku menyebutkan bahwa ke-8 kisah di dalam buku ini memiliki satu
kesamaan yaitu dipecahkan dengan brilian
oleh Miss Marple. Hmm, jadi semakin bingung. Entahlah jika ada tokoh-tokoh
di dalamnya yang pernah muncul di seri Miss Marple lainnya. Atau ada bagian
dari kisah tersebut yang disingkat sehingga nama Miss Marple tidak muncul. Haha,
aku memang masih kurang referensi dan tidak mau repot mencari. Apakah ada
pembaca review ini yang tahu sebabnya? :)
Baiklah, kita lanjutkan saja. Bicara
tentang kisah-kisah di dalam buku ini, ada 3 kisah yang paling kusukai. Kisah
pertama yang kusuka berjudul Pembunuhan
dengan Pita Pengukur. Tidak seperti kisah lainnya dalam karya Agatha yang
sudah pernah kubaca sebelumnya, kisah ini sedikit berbeda. Sudah tergambar
dengan mudah siapa yang melakukan pembunuhan tersebut. Pun dengan caranya yang
bisa dikira-kira dengan mudah. Namun yang terasa unik bagiku dan kusuka adalah motif
dibaliknya. Mengapa dia melakukan pembunuhan tersebut cukup tidak terduga. Ya,
memang jika ingin ditarik benang merah dari semua kisah di buku ini, sebagian
besar motifnya antara harta dan kejahatan masa lalu.
Kisah kedua yang kusuka berjudul Kasus Pelayan yang Sempurna. Kisah ini
bercerita tentang seorang pelayan yang tampak begitu sempurna di sebuah umm katakanlah rumah susun yang
penghuninya tidak saling peduli satu sama lain namun menyimpan hartanya
masing-masing. Pelayan tersebut datang setelah salah satu penghuni tempat
tersebut memecat pelayan lamanya dengan tuduhan sebagai pencuri. Tidak ada
pembunuhan di sini namun yang menarik adalah pencurian yang terjadi selanjutnya
dan bagaimana si pelaku melakukannya.
Kisah lainnya yang juga menarik bagiku
berjudul Boneka Sang Penjahit. Kisah
yang juga menjadi ide ilustrasi cover buku ini sama sekali tidak menyebutkan
nama Miss Marple di dalamnya (atau aku yang melewatkan sesuatu?). Di kisah ini
tidak pula ada pembunuhan atau pencurian. Kisahnya pun sedikit absurd dengan
menyertakan sebuah boneka yang mampu berpindah tempat. Aku jadi membayangkan,
apakah kisah ini merupakan wujud keluhan dari Agatha ketika di usia tuanya.
Haha, cuma perkiraan saja karena aku tidak tahu persis berapa usia Agatha saat
menuliskan kisah ini dan apa yang menjadi inspirasinya. Intinya dari kisah ini
bisa belajar beberapa hal tentang perilaku manusia, tentang keinginan serta
tentang prasangka. Ada rasa menusuk yang tentunya berbeda dari rasa lega yang
seperti biasa dirasakan jika telah selesai membaca kisah-kisah pembunuhan yang
Agatha tulis.
Itulah 3 kisah yang kusukai. Dan ada 5 kisah lainnya yang mungkin akan
kalian suka antara lain Perlindungan
(cerita tentang seorang pria tak dikenal yang muncul di gereja dengan luka
tembak di tubuhnya); Lelucon yang Aneh
(teka-teki harta karun peninggalan seorang lelaki tua eksentrik); Kasus si Penjaga Rumah (kelakuan aneh
seorang penunggu rumah setelah kecelakaan berkuda yang mencurigakan); Miss Marple Bercerita (pembunuhan istri
seorang penulis di sebuah kamar hotel); Teka-teki
Pantulan Cermin (misteri cermin yang memantulkan bayangan seorang wanita
yang ditikam suaminya).
Terlepas dari 8 kisah tersebut, masih
ada 8 kisah lainnya di masing-masing buku karya Agatha di buntelan yang kubeli
itu. Masih ada 8 kisah yang tertinggal karena satu kisah diantaranya berjudul Hallowe'en Party yang dulu sudah pernah
kukoleksi, kubaca dan juga kuulas. Mungkin sebaiknya segera kucari tahu, ada
berapa sebenarnya kisah detektif yang Agatha tulis dan sudah dibukukan. Ingin
tahu karena penasaran saja. Agatha begitu produktif dan karyanya begitu
legendaris. Well, bagaimana dengan
kamu? Apa saja buku Agatha yang sudah kamu baca? Cerita donk! :D
Rating: (3/5) liked it
---------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------
Seperti biasa, aku suka mengutip
kalimat-kalimat (yang menurutku) menarik dari buku yang telah selesai kubaca
dan kulas. Terkadang aku menemukan begitu banyak kalimat menarik, namun ada
kalanya tidak. Aku membuat peraturan sendiri yaitu jika kalimat yang kutemukan
itu kurang dari 10, maka tidak akan kutulis dan ku-posting terpisah dengan
reviewnya. Dan karena kali ini yang kutemukan hanya 8 kalimat menarik, jadi
kugabung saja dengan postingan reviewnya. Ayo, kita baca bersama, berikut
kalimat-kalimat menariknya. :D
“Pasti
dia masih ingat,” kata Bunch. “semua orang ingat pada Bibi. Sebab Bibi lain
dari yang lain, sih.” Ia bangkit. (hal. 26)
“….
Tapi sesuatu memang selalu mengingatkan kita pada soal yang lain. Dan
kadang-kadang itu ada gunanya. ….” (hal. 44)
“….
Di dalam dunia yang jahat ini, kesimpulan-kesimpulan yang tak mengenal belas
kasihan sering dibenarkan.” (hal. 67)
“….
Dia punya pendirian bahwa ‘Jangan pernah perlihatkan perasaanmu’. ….” (hal. 72)
“Ah,
saya rasa Anda pun tahu, Kolonel Malchett. Saya dengar, suatu kejahatan mungkin
terjadi sehubungan dengan kejahatan masa lalu. ….” (hal. 75)
Pikiran
Louise terbatas dan agak menyedihkan. Orang-orang kaya memang kadang tak bisa
melihat kenyataan. (hal. 85)
Ia
ingin bertanya, tapi apa yang ingin ditanyakannya tidak muncul ke dalam
pikirannya. (hal. 133)
“Sungguh
gila rasanya, kalau semua yang baru saja terjadi sudah kita lupakan.” (hal.
138)
Great ppost thank you
ReplyDelete