[Review] The Dark Blood by Ashara – Kisah Makhluk Penghisap Darah, namun bukan Vampire
“Tak ada artinya memiliki jika dia tidak
bahagia.” – Evey
Judul: The Dark Blood
Pengarang: Ashara
Penerbit: Immortal
Publisher
Terbit: Januari, 2013
Tebal buku: 324 halaman
Format: Paperback
Genre: Fantasy;
Romance
ISBN: 978-602-7760-17-2
Aku tidak
bisa mengingat mengapa membawa buku ini ke kasir. Dugaanku sepertinya karena sampulnya yang berwarna hijau toska yang manis, meski aku tidak terlalu menyukai
ilustrasinya. Dugaan lainnya adalah karena sedikit kalimat di sampul depan yang dengan jelas menyatakan bahwa ini cerita fantasi mengenai makhluk
penghisap darah. Oke, ini menarik! Meski berbau fantasi dan kukira semacam
novel petualangan dan sesuatu yang kompleks lainnya, sinopsis di sampul
belakang novel ini membuatku ragu. Ceritanya memang fantasi namun juga condong
ke romance. Aku jadi harap-harap cemas, aku tidak terlalu suka teenlit yang
romance-nya cheesy atau ya, gitulah, jadi susah menjelaskannya, haha.
Tidak butuh
waktu lama untuk membaca buku ini. Ukuran huruf dan spasi yang digunakan tidak membuat
mataku protes. Juga kertas dan penampilan novel yang jauh lebih baik dari buku
yang sebelumnya kuulas (klik di sini,
jika mau tahu). Ya, meskipun kedua penerbit ini asing bagiku dan ini kali
pertama aku membaca terbitan mereka, namun membaca buku Immortal Publisher ini
terasa lebih menyenangkan. Aku tidak bermaksud membandingkan atau berlebihan,
aku cukup terhanyut dengan alur cerita yang ditawarkan Ashara (penulis novel ini).
Mungkin karena itulah novel setebal 324 halaman ini bisa kutamatkan dalam waktu
sehari saja.
Kisah
dibuka dengan seorang bernama Khazayn yang sedang bad mood di sebuah klub malam. Dia ditemani oleh Evey yang mencoba
membuatnya sabar dan bertahan di klub tersebut selama dua jam. Dan Khazayn harus mematuhi perkataan Evey
agar dia bisa sembuh dari sakaw darahnya.
Apa itu
sakaw darah? Baiklah, langsung saja, mereka berdua ini bukan manusia biasa
melainkan Bloodaine. Mereka datang dari dimensi berbeda yang disebut
Bloodarchane. Mereka makhluk yang mempunyai dua naluri khas: suka bertarung dan
penghisap darah manusia. Mereka membutuhkan darah manusia agar tetap kuat meski
Evey ternyata Bloodaine vegetarian. Dia hidup hanya dari menyerap cahaya
matahari. Ya, mereka tidak sama dengan vampire, makhluk mitos yang biasa kita
kenal, yang biasa takut dengan cahaya matahari.
Keterikatan
Khazayn dan Evey berawal dari Nergha (kakak Khazayn) yang tidak tenang melihat
adiknya sakaw darah. Gejalanya mirip dengan orang yang sakaw karena narkoba
semacam menggigil, badan panas dingin, dan mempunyai keinginan kuat untuk
mengkonsumsi barang yang dicandunya tersebut. Umumnya Bloodaine hanya masuk ke
dunia manusia seminggu sekali untuk minum darah. Di beberapa kasus, ada yang sebulan
sekali. Namun Khazayn dan Evey adalah Anomali, mereka tidak sama dengan
Bloodaine lainnya. Khazayn malah setiap hari meminum darah manusia. Ini juga
bertentangan dengan keputusan Dewan di Bloodarchane. Akhirnya Nergha meminta
Evey yang sama sekali tidak pernah minum darah (hidup hanya dari cahaya
matahari) untuk mengajari Khazayn mengendalikan haus darahnya tersebut. Lalu
bisakah seorang anomali menjadi normal?
Namun hal
tersebut bukanlah yang menjadi konflik di buku ini. Seiring cerita berlanjut, kita
akan mengetahui bahwa konflik sebenarnya adalah tentang perburuan Sasha Red dan
pengkhianatan serta adu domba di kalangan bangsa Bloodaine sendiri. Siapakah
itu Sasha Red? Sedikit bocoran, Sasha adalah Nightrace, makhluk setengah
manusia dan setengah Bloodaine. Di masa lalunya yang kelam, Sasha (dulunya
Sasha Spencer) telah meminum darah salah seorang Bloodaine yang mempunyai bakat
khusus dan akhirnya dia mampu mengubah dirinya menjadi makhluk yang sama sekali
berbeda, yaitu Sasha Red. Masa lalunya itu pula yang membuatnya menjadi separuh
psikopat dan dingin. Dia sangat membenci Bloodaine dan bahkan telah mulai
melakukan pembantaian terhadap mereka.
Oh ya, aku
belum cerita kalau ada beberapa Bloodaine yang memilki bakat khusus. Contohnya
seperti Khazayn dan Nergha yang pandai dalam bertarung dan mempunyai kekuatan
memprediksi gerakan lawan. Contoh lainnya Evey, yang akhirnya mengetahui jika
dia memiliki kekuatan penyembuh. Begitu pula dengan kekuatan yang Sasha punyai
yaitu mampu melesat dengan cepat. Dia mendapatkannya dari Bloodaine yang dia
minum darahnya sewaktu dulu. Kekuatan ini dan beberapa kemampuan lain semisal
telepati dan mengubah wujud disebut sebagai “sihir” di kalangan Bloodaine. Dan
darah manusia mampu membuat sihir mereka menjadi lebih kuat.
Aku tidak
menaruh ekpetasi apapun ketika mulai membaca novel ini. Namun kenyataannya aku
larut dalam alur ceritanya. Apalagi di bagian tengah buku, alurnya makin
menjebak dan membuatku menebak-nebak siapa pengkhianat sesungguhnya. Sepertinya
penulis cukup detail merangkai plot cerita. Kisah di dalamnya (meski mengandung
romance) tidaklah cheesy, malah aku merasakan kedewasaan dan rasionalitas. Pun
aku suka dengan nada sarkastik yang bertebaran di kalimat-kalimat yang
mengiringi kisah The Dark Blood ini. Meski begitu nama tokohnya sempat
membuatku merasa meh. Namanya
aneh-aneh. Ya, mungkin itulah hasil fantasi penulisnya. Aku awalnya kira Khazayn itu cewek, lho. Eh rupanya cowok,
haha. Oke, mungkin aku lupa kegantengan Zayn
Malik karena bukan fans One Direction. :D
Buku ini
ditulis dalam dua sudut pandang yang saling bergantian. Pertama memakai POV
Khazayn, lalu berikutnya POV Evey. Jujur, aku kurang menyukainya. Aku merasa
penulisnya agak keteteran terutama pada karakter Khazayn. Mungkin karena itu juga
di awal aku menganggap dia itu cewek bukan cowok. Aku rasa lebih baik jika
memakai sudut pandang orang ketiga alias narator yang tahu segalanya. Selain
membuat cerita ini makin kuat, membaca dalam nuansa romance yang disajikan akan menjadi lebih menyenangkan. Meski menyukai alur dan ketelitian penulisan yang
menjaga agar tidak ada logika yang patah, aku masih berharap ceritanya
lebih mulus dan tidak terlalu terburu-buru, haha.
Hal lain
yang tidak memuaskanku adalah setting tempat yang dipaparkan penulis. Bukan,
bukan setting di Bloodarchane (aku menyukai setting ini) melainkan setting di
dunia manusia. Diceritakan mereka memasuki dunia manusia di benua Amerika.
Namun, ya, itu, setting Amerika-nya kurang terasa. Entah negara bagian mana
yang sebagian besar menjadi latarnya. Ini mungkin perlu digali lagi oleh si
penulis. Begitu pula dengan tempo bercerita yang cukup cepat (seperti saat
Sasha yang dengan mudah bercerita tentang masa lalunya kepada Khazayn, padahal
mereka baru saja kenal).
Aku pikir,
jika menggunakan sudut pandang orang ketiga maka alurnya akan bergulir dengan
lebih tenang. Pembaca pun lebih bisa menyerap kisah ini. Haha, iya, aku cuma bisa
berkomentar dan memang belum pernah menulis buku sebelumnya. Namun kupikir ini
bukan ide yang buruk untuk dicoba. Aku merasa sayang dengan ide cerita yang
bagus berikut pilihan kata serta alur yang lumayan teliti. Nuansa fantasi yang
ditawarkan juga terasa hidup. Apalagi ini bukan buku terjemahan, lho. Ini asli
karangan anak bangsa, #eaakk. Aku mau, kok, membaca buku fantasinya yang lain.
Ini buku yang menyenangkan meski temanya agak gelap dan sadis, haha.
Rating: (3/5) liked it
Submitted to:
----------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------
Yup, buku
ini telah berhasil kuselesaikan. Kisah di dalamnya menarik dan alur ceritanya
cukup kuat. Ini buku yang lumayan bagus dan bukan pula terjemahan. Aku cukup
heran mengapa aku tidak bisa menemukannya di Goodreads. Padahal aku telah
mengetikkan nomer ISBN-nya. Hmm, baiklah, kita skip dulu. Seperti biasa berikut
akan kukutip beberapa quotes menarik yang bisa kutemukan di kisah ini. Selamat
menikmati, hehe. :D
Barang siapa yang berada dalam bayang-bayang
kematian biasanya punya kecendrungan untuk menjadi sosok yang jujur. (hal. 59)
Seperti yang selalu kukatakan, terjadilah
apa yang memang seharusnya terjadi. (hal. 150)
Jika tak ada yang bisa dilakukan untuk
mengenyahkan penderitaanmu, beristirahat darinya selama beberapa saat akan
menjadi berkah tersendiri. (hal. 151)
“Kenapa orang selalu lebih mudah percaya
pada kabar buruk daripada kabar baik?” (hal. 232)
“…. Kadang-kadang, gertakan dan ancaman
memang perlu. Keduanya menghasilkan kepatuhan yang kerap kali lebih mutlak
daripada bujukan. ….” (hal. 240)
“Gagak memang hitam. Namun bukan berarti gagak makhluk yang jahat.” (hal. 267)
“…. Aku akan mencintaimu untuk
melepaskanmu.” (hal. 270)
“Tak ada artinya memiliki jika dia tidak
bahagia.” (hal. 279)
Namun sama seperti sebelum-sebelumnya, apa
pun yang terlalu sempurna untuk menjadi nyata bukanlah kenyataan. Jika memang
kenyataan, maka kesempurnaan itu tak akan berlangsung lama. (hal. 316)
Keluarin yang ke dua dong please! bukunya menarik sekali aku terbawa perasaan saat membaca,bahkan menangis,jadi tolong keluarin yang versi ke 2,kalo bisa sasha hidup kembali :') dia karakter yang paling gua cintai
ReplyDeleteDitunggu versi 2
ReplyDeleteYap, mari kita tunggu saja ya. :D
ReplyDelete